Alt Title

Menyoal Target Eliminasi TBC di Tahun 2030

Menyoal Target Eliminasi TBC di Tahun 2030

 


Persoalan TBC bukan sekadar masalah kekebalan tubuh masyarakat, melainkan persoalan sistemik

Untuk itu harus dicari akar penyebab utama dan mendasar yang menyebabkan merebaknya penularan

_________________________


Penulis Reni Rosmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya 

 

KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kasus TBC (Tuberculosis) masih menjadi ancaman serius di tanah air. Bahkan, Indonesia pun menduduki peringkat kedua sebagai negeri dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Dokter Spesialis Paru, Erlin Burhan pada acara pengangkatannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Erlin pun mengungkapkan penyakit TBC ini sangat berbahaya. Kuman TB bisa menyebar ke berbagai organ dan menyebabkan disabilitas. Bahkan setiap jam ada 16 orang meninggal dunia akibat penyakit ini. (Liputan6.com, 17/2/2024)


Indonesia sendiri menargetkan di tahun 2030 TBC dapat tereliminasi. Pada tahun itu ditargetkan terjadi penurunan angka kematian akibat TBC sebesar 90%, sementara kasus baru TBC, harus diturunkan hingga 80%.


Salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah vaksinasi yang juga sejalan dengan program global organisasi kesehatan dunia (WHO). Melalui program End TB Strategi, WHO menetapkan target eliminasi TBC. Di antara pilar strategi tersebut adalah vaksinasi. Vaksinasi ini bertujuan untuk memperkuat kekebalan kelompok (herd immunity). (Kompas.id, 24/3/2023)


Persoalan Sistemik 


Sebenarnya, persoalan TBC bukan hanya sekadar masalah kekebalan tubuh masyarakat, melainkan persoalan sistemik. Karena itu, untuk mengatasinya tidak cukup jika hanya dengan memberikan vaksinasi. Tetapi harus dicari akar penyebab utama dan mendasar yang memengaruhi juga menyebabkan merebaknya penularan kasus TBC.


Dalam hal ini, jika digali ada beberapa faktor yang menyebabkan terus mewabahnya kasus TBC. Di antaranya faktor kemiskinan ekstrem. Sudah menjadi mafhum bersama, bahwa kemiskinan ekstrem telah berdampak pada segala hal seperti; banyaknya rumah yang tidak sehat, gizi buruk, higiene dan sanitasi minim, dan lain sebagainya. Sehingga menyebabkan penularan TBC mudah terjadi. 


Sebagaimana diketahui, TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang mudah ditularkan melalui bersin, batuk, dan berbicara dengan penderita. Kuman TBC juga hanya bisa bertahan beberapa jam di udara dan di ruangan minim cahaya matahari dan ventilasi udara yang kurang. Sementara saat ini ada 8 dari 100 rumah tangga yang hidup di lingkungan kumuh dengan sanitasi yang buruk. Hal ini berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik). (Kompas.com, 20/2/2024)


Di sisi lain juga disebabkan oleh tata ruang dan kota yang buruk, polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor juga kegiatan industri, dan lain sebagainya. Sehingga berdampak pada mudahnya penularan TBC. Polusi udara pun dikategorikan oleh WHO sebagai kondisi darurat kesehatan dunia. (Mediaindonesia.com, 30/8/2023)


Sistem Demokrasi Kapitalisme Penyebab Utama


Sejatinya penyebab utama maraknya penularan TBC di negeri ini adalah penerapan sistem demokrasi-kapitalisme. Sistem demokrasi-kapitalisme tidak pernah mampu memberikan solusi solutif bagi manusia, alam semesta, dan kehidupan. Hal ini terbukti dari sejak awal penyakit TB muncul dan meningkat di tahun 1985 hingga hari ini, belum ada satupun solusi yang dikeluarkan sistem demokrasi kapitalisme yang mampu mengatasi penyakit TB sampai tuntas. Bahkan sekelas organisasi kesehatan dunia (WHO) pun demikian, tidak mampu menyolusikan masalah TBC sampai tuntas.


Penerapan sistem demokrasi kapitalisme telah menyebabkan kemiskinan ekstrem yang akhirnya berdampak pada mudahnya penyebaran penyakit TBC.


Sistem demokrasi kapitalisme tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dan vital masyarakat berupa pangan, sandang, papan, kesehatan, keamanan, dan pendidikan. Itu disebabkan sistem ini meniscayakan seluruh kebutuhan vital masyarakat dikapitalisasi melalui kebijakan negara. Sehingga tidak semua rakyat bisa mengaksesnya. Terlebih bagi keluarga miskin, amat sulit untuk memenuhi gizi keluarganya. Padahal makanan dan gizi yang baik dapat membentuk kekebalan tubuh secara alami.


Selain itu, meskipun saat ini obat-obatan anti TBC dapat diperoleh secara gratis oleh masyarakat, baik di Puskesmas ataupun rumah sakit, namun realitanya masyarakat tidak mudah dalam mencapai tempat layanan kesehatan tersebut, sebab masih harus berkutat dengan administrasi yang berbelit. 


Bahkan, adanya sistem BPJS pun nyatanya belum mampu memberikan kualitas pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Terlebih layanan kesehatan BPJS juga tak luput dari bayang-bayang komersialisasi. 


Penerapan sistem demokrasi kapitalisme pun telah menciptakan lingkungan yang kotor dan banyak polusi udara. Itung-itungan materi dalam sistem sistem demokrasi kapitalisme, telah memberikan kebebasan kepada para korporat dalam berinvestasi dan mendirikan pabrik-pabrik industri raksasa di negeri ini tanpa memerhatikan amdal (analisis dampak lingkungan). Sehingga udara menjadi tidak sehat, meracuni rakyat, dan merusak lingkungan. 


Islam Solusi Tuntas Enyahkan Penyakit TBC


Sebagai agama paripurna, Islam memiliki asas yang kokoh. Di mana terpancar darinya seperangkat aturan mengenai alam semesta, manusia, dan kehidupan. 


Paradigma konsep kesehatan dalam Islam bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit, hingga tidak ada kematian. Sebab, Islam mewajibkan negara untuk  menjamin kesejahteraan rakyat termasuk jaminan kesehatan bagi rakyatnya. 


Rasulullah saw. bersabda: “Imam (pemimpin) adalah penggembala. Ia akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang digembalakannya.” (HR. Bukhari)


Dalam mengatasi penyakit TBC, negara yang berasaskan Islam akan mengupayakan secara serius pencegahan dan eliminasi TBC secara komprehensif dan efektif.  Penanggulangan penyakit TBC akan dilakukan dengan upaya preventif (mencegah), dan kuratif (mengobati). 


Upaya preventif akan dilakukan dengan cara memberantas kemiskinan melalui penerapan sistem ekonomi Islam; menyediakan rumah yang sehat dan layak huni bagi rakyat yang didukung oleh sanitasi yang baik; memastikan setiap keluarga mampu memenuhi kebutuhan pangan bergizi bagi masing-masing anggota keluarganya; mengerahkan seluruh lembaga riset dan obat-obatan anti virus dan anti bakteri yang teruji klinis; serta mengedukasi masyarakat terkait pola hidup sehat juga bahaya berbagai penyakit dan upaya mencegahnya.


Selain itu, negara juga akan membangun sistem pengobatan terbaik lagi gratis bagi seluruh warga negaranya. Setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas tanpa memandang latar belakangnya. Pembiayaannya diambil dari kas baitulmal.

 

Sementara upaya kuratif akan ditempuh dengan cara mengobati setiap orang yang menderita TBC sampai sembuh total. Terlebih jika pengidap penyakit adalah kepala keluarga yang menanggung nafkah, maka negara Islam akan memberikan bantuan kepada keluarga korban penyakit sampai ia sembuh. Sebab tentunya ketika seorang kepala keluarga sakit akan berdampak pada hilangnya produktivitas dalam mencari ekonomi. 


Semua ini tercatat dalam sejarah selama 13 abad Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan, seluruh masalah yang terjadi dapat diatasi sampai tuntas. Termasuk penyakit mematikan. Hal demikian pun tentunya dapat terjadi hari ini jika Islam diterapkan kembali dalam seluruh aspek kehidupan. 


Semoga penjelasan di atas dapat menumbuhkan kerinduan kita akan diterapkannya kembali sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Karena sungguh hanya sistem Islamlah satu-satunya yang mampu mengatasi seluruh masalah kehidupan kita sampai tuntas. Wallahualam bissawab. [By]