Penangguhan Dana UNRWA, Dunia Membuat Rakyat Palestina Makin Menderita
Opini
Sungguh mengerikan, jika penangguhan dana UNRWA yang dilakukan Amerika Serikat dan 10 negara lainnya. Penderitaan rakyat Gaza Palestina akan terus berkepanjangan, suatu tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan.
Secara tidak langsung, negara-negara penyokong dana UNRWA yang semuanya adalah kroninya Israel, melakukan genosida kepada warga Gaza, dana bantuan ditangguhkan, bantuan kemanusiaan terhenti, dampaknya rakyat Palestina terancam kelaparan yang akan memicu kematian masal akibat kelaparan
___________________
Penulis Titien Khadijah
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Muslimah Peduli Umat
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Hanya di Gaza seorang ayah pergi membeli roti untuk anak-anaknya, tapi tak pernah kembali. Hanya di Gaza, bayi-bayi yang baru lahir lebih dulu mengeluarkan akta kematian daripada akta kelahiran. Hanya di Gaza anak-anak yang terkuat di dunia. Hanya di Gaza merasakan penderitaan, siksaan, pemboman yang selalu memburu ke manapun anak-anak itu berlari. Hanya di Gaza anak-anak kehilangan orang tua, sanak keluarga, akibat perang yang brutal, tetapi mereka berkata sambil tersenyum, "aku nggak apa-apa."
Israel menyerukan pembubaran salah satu badan PBB (United Nations Relief and Works) for Palestina, salah satu badan PBB yang membantu warga Palestina, setelah Israel memberikan bukti sedikitnya 12 staf UNRWA berpartisipasi dalam pembantaian 7 Oktober di kala Hamas dengan Badai Aqsha menyerang Israel. Yang membuat para pendonor besar dari Barat menangguhkan pendanaan Palestina karena mereka berprasangka UNRWA menaikkan peran penting di Gaza. (VOA Indonesia, 9/2/2024).
Dikutip dari AFP, tuduhan Israel terhadap UNRWA disampaikan beberapa jam usai mahkamah internasional (Internasional Courd Of justice) mengeluarkan putusan sela yang mengharuskan Israel mencegah segala kemungkinan tindakan genosida di Gaza Palestina pada Jumat 26/1. Adapun tuduhan Israel yang belum terbukti kebenarannya telah memicu beberapa donatur utama UNRWA, seperti Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, Australia hingga Finlandia menangguhkan dana bantuan untuk badan kemanusian tersebut.
United Nations Relief and Works Agensi for Palestina (UNRWA), sebuah lembaga kemanusian yang didirikan oleh PBB pada Desember 1949 yang difungsikan sebagai badan operasional non politik yang bertanggung jawab atas kemanusian di Palestina.
Zionis Yahudi menggunakan kelaparan warga sipil sebagai metode peperangan di jalur Gaza. Ini semua merupakan kejahatan perang, karena Zionis Yahudi dengan sengaja memblokir pengiriman air, makanan dan bahan bakar. Dengan sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan di pintu Rafa. Belum lagi menghancurkan wilayah pertanian dan merampas benda-benda yang diperlukan oleh penduduk sipil di mana semuanya sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.
Anak-anak di Gaza yang jumlahnya hampir dari total populasi 2,3 juta jiwa, hancur hidupnya akibat perang brutal. Menyaksikan kondisi anak-anak Gaza yang menyayat hati ini, dunia diam membisu. Penguasa negeri-negeri muslim sekitar tak bergeming juga tidak ada rasa empati dengan nasib saudara-saudaranya sesama muslim. Mereka ibarat buta mata dan hatinya.
Sungguh mengerikan, jika penangguhan dana UNRWA yang dilakukan Amerika Serikat dan 10 negara lainnya. Penderitaan rakyat Gaza Palestina akan terus berkepanjangan, suatu tragedi kemanusiaan yang sangat mengerikan. Secara tidak langsung, negara-negara penyokong dana UNRWA yang semuanya adalah kroninya Israel, melakukan genosida kepada warga Gaza, dana bantuan ditangguhkan, bantuan kemanusiaan terhenti, dampaknya rakyat Palestina terancam kelaparan yang akan memicu kematian masal akibat kelaparan.
Begitulah paradoks dunia hari ini, konvensi dan berbagai protokol dunia yang ingin melindungi anak-anak dari akibat perang. Semuanya tidak berlaku untuk rakyat Gaza. Anak-anak Gaza seperti anak tiri dunia. Mereka diabaikan seakan tidak dikehendaki hadir di dunia. Mereka kehilangan orang tuanya. Di tengah suasana perang mereka mengalami tekanan psikososial yang sangat tinggi, rusaknya infrastruktur dan hilangnya tempat bernaung membuat anak-anak Gaza mengalami trauma yang membuat fisik maupun psikisnya dalam bahaya besar.
Palestina seperti arena hidup dan mati. Itulah yang diinginkan oleh Israel dengan dukungan Amerika Serikat dan Barat. Mereka berbahagia di atas darah anak-anak Palestina, pudarnya solidaritas negeri-negeri muslim karena sekat nations state. Sehingga sulit mengambil keputusan tegas untuk membantu rakyat Palestina secara memadai. Selain itu, adanya kepentingan khusus baik politik maupun ekonomi negara-negara Arab dengan Amerika sekutunya Zionis Yahudi.
Jika, Barat berhenti memberi dukungan militer untuk Zionis Yahudi. Puluhan lembaga kemanusian tidak menjadi arti apa-apa jika entitas Zionis masih tetap hidup di bumi Palestina. Seperti yang kita ketahui, PBB sudah tidak memiliki peran apa-apa mengingat mandulnya PBB dalam menghentikan tindakan keji Zionis.
Amerika Serikat dan sekutunya yang mengemban ideologi kapitalisme menampakkan dua wajah yang berbeda dalam suatu waktu. Satu sisi mereka menampakkan kemurahan hatinya sebagai donor dana UNRWA. Sisi lain menampakkan arogansinya dengan mendukung operasi militer di Palestina. Inilah bobroknya sistem kapitalisme yang mereka emban.
Sehingga, dampak terbesar dari dukungan militer tersebut dengan dalih memberantas kelompok teroris, rusaknya infrastruktur publik, mengancam dua juta warga Palestina termasuk ribuan warga Palestina melayang akibat serangan Zionis yang membabi buta. Ini membuktikan bahwa kapitalisme jauh dari rasa kemanusian.
Membebaskan rakyat Palestina dari kekejaman Zionis Yahudi dan membebaskan masjid Al-Aqsa dari cengkeraman Zionis adalah fardhu atas kaum Muslimin. Akan tetapi, kaum Muslimin haram meminta kepada negara-negara Barat dan lembaga-lembaga internasional untuk menunaikan kewajiban tersebut. Negara-negara Barat adalah bidan yang membantu kelahiran negara Zionis di bumi Palestina.
Di sisi lain mustahil PBB atau mahkamah internasional (Internasional Court Of justice/ICJ) dapat menyeret Zionis Yahudi ke pengadilan. Mustahil pula kedua lembaga ini menghukum atau meminta Zionis Yahudi angkat kaki dari bumi Palestina. Mereka hanya memainkan drama yang tujuannya sekadar menyenangkan pihak-pihak yang mengecam aksi terorisme kaum Yahudi. Padahal tangan mereka berlumuran darah rakyat Palestina.
Satu-satunya jalan sesuai syariat Islam untuk melindungi rakyat Palestina dan membebaskan masjid Al-Aqsa dari cengkeraman Zionis Yahudi adalah dengan jihad fisabilillah memerangi entitas Yahudi hingga tak ada satu jengkal tanah Palestina yang mereka injak lagi. Allah Swt. berfirman, "Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian." (TQS. al-Baqarah: 191)
Oleh sebab itu, seharusnya para pemimpin dunia Islam meninggalkan retorika kosong dan berhenti meminta bantuan kepada lembaga internasional mana pun. Sejatinya, seluruh kaum muslimin di dunia ini khususnya para perwira dan prajurit muslim tergerak hatinya untuk menyambut panggilan jihad ke Palestina. Jangan biarkan mereka berjuang sendiri sedangkan kita berpangku tangan. Wallahualam bissawab. [Dara]