Alt Title

Tren Bullying, Buah dari Gaya Hidup Kapitalisme

Tren Bullying, Buah dari Gaya Hidup Kapitalisme

Banyaknya kasus bullying hari ini menyiratkan kegagalan sistem pendidikan kapitalisme dalam mendidik generasi

Walaupun bullying dipandang dosa besar dalam sistem pendidikan kapitalis. Namun, segala upaya yang dilakukan di sekolah-sekolah ternyata tidak mampu menghentikannya

_________________________________________


Penulis Rismawati Aisyacheng

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bullying adalah momok menakutkan dalam sistem pendidikan saat ini. Karena itu, kampanye bullying secara lisan maupun tertulis masih sering dilakukan di sekolah-sekolah oleh guru atau kepala sekolah dengan cara memberikan edukasi terkait bahaya bullying serta dampak psikis bagi anak-anak. Namun, pihak sekolah sering mengadakan edukasi terkait bullying tetap saja masih banyak anak yang menjadi korban dan menjadi pelaku bullying di dalam maupun diluar lingkungan sekolah. 


Sebagaimana yang dilansir news[dot]detik[dot]com (09/12/2023) bahwa kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) mengatakan ikut berduka atas wafatnya siswa berinisial F umur 12 tahun  yang masih duduk di bangku SD kelas 6 di daerah Bekasi, karena menjadi korban bullying dan membuat kakinya harus diamputasi sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya. Atwirlany Ritonga beserta stafnya sebagai Plt asisten Deputi Bidan Pelayanan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) mewakili Kementerian PPPA turun melayat ke rumah orang tua duka guna memberi penguatan kepada mereka atas wafatnya anak tercinta beliau. Atwirlany juga mengungkapkan bahwa F wafat di rumah sakit Hermina Bekasi pada hari Kamis (07/12/2023) saat jam 02.25 WIB karena sesak nafas yang diakibatkan oleh cairan yang mengendap di paru-paru F.



Selain kasus bullying F di Bekasi, berita dari Jakarta Selatan, tepatnya di kawasan Setiabudi terjadi kasus bullying pada hari Jumat (01/12/2023) jam 16.00 WIB kepada 12 anak yang menyandang status pelajar di sekolah SMAN 26 Jakarta. 12 anak tersebut masih duduk di kelas X dan mendapatkan perlakuan bullying yang sadis dari 15 kakak seniornya yang duduk di kelas XI dan XII. Peristiwa tersebut dilakukan di salah satu rumah pelaku yang berinisial D yang ada di kawasan Setiabudi. Salah satu korban dari 12 anak tersebut berinisial AF umur 16 tahun, seluruh tubuhnya kebab karena kena pukulan dan tendangan dari belasan kakak kelasnya, akibatnya kemaluan AF juga terluka. (Tribuntrends[dot]com, 09/12/2023)


Sungguh miris melihat fakta-fakta terkait bullying pada anak hari ini. Jika ada yang mengatakan negara kita baik-baik saja jelas keliru. Karena, negara kita sedang tidak baik-baik dari berbagai segi termasuk pendidikan dan perkembangan remaja. Bagaimana tidak, pendidikan adalah salah satu jantung dari kesuksesan atau pembentukan moral anak bangsa. Namun faktanya, kini pendidikan telah di serang dan di nodai oleh kasus bullying yang meradang di jantung pendidikan. 


Banyaknya kasus bullying hari ini, jelas menyiratkan kegagalan pada sistem pendidikan kapitalisme dalam  mendidik generasi bangsa. Walaupun kasus bullying adalah dosa besar dalam sistem pendidikan kapitalis. Namun, segala upaya yang dilakukan termasuk pengadaan edukasi terkait bullying di Sekolah-sekolah ternyata tidak mampu menghentikan perilaku bullying di tengah-tengah pendidikan. Alhasil, yang terjadi adalah banyak anak-anak generasi mudah memiliki mental biadab menjadi seorang pelaku bullying dan yang lemah menjadi korban dari bullying itu sendiri.


Beginilah output, jika sistem kapitalisme yang digunakan dalam sistem pendidikan. Sebagaimana yang kita pahami bahwa sistem kapitalisme adalah sistem yang menjauhkan Islam dari kehidupan manusia. Alhasil, segala sesuatu yang manusia lakukan hanya tertuju pada kebebasan tanpa memikirkan dampak dari apa yang mereka lakukan.


Karena itu, jelas bahwa edukasi tentang bullying tidak akan mampu membantu menyelesaikan masalah bullying sebab mereka tidak memahami terkait balasan dari Allah atas perilakunya. Mereka hanya tahu bahwa bullying adalah hal buruk yang tidak boleh dilakukan karena termasuk kejahatan.


Berbeda dengan sistem pendidikan dalam Islam yang sangat menjaga karakter anak bangsa. Sistem Islam adalah sistem yang menggunakan hukum dari Allah, termasuk mendidik generasi. Patokannya adalah keridhoan dari Allah Swt. karena itu, dalam pendidikan Islam anak-anak diajarkan sejak dini untuk mengenal Tuhannya dan pemahaman mereka terkait hal-hal yang haram dan yang halal.


Selain itu, anak-anak diajarkan terkait dengan adanya hari pembalasan yaitu kehidupan setelah kematian. Sehingga, mereka akan memahami sedari kecil bahwa setiap perbuatan jahat akan mendapat balasan di akhirat nanti. Pendidikan terkait hukum-hukum Islam sedari kecil akan tertanam dalam benak anak hingga dewasa. Hingga mereka takut untuk melakukan kejahatan apalagi bullying. Sebab, mereka sudah paham bahwa semua perbuatannya akan ada balasannya di hari kebangkitan nanti.


Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Az-Zalzalah ayat 6 yang mengatakan bahwa kelak manusia akan dibangunkan dari kuburnya untuk diperlihatkan balasan untuk segala perbuatan yang dia lakukan selama hidupnya di dunia. Selain itu, Allah juga berfirman bahwa akan ada balasan bagi perbuatan baik ataupun buruk di hari kebangkitan manusia kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ 


“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”


وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ


“Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah 99: Ayat 7-8)


Begitulah Islam mendidik generasi muda, agama tidak akan dijauhkan dari kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga mereka tidak lupa jati dirinya sebagai muslim yang harus selalu taat kepada Allah dan percaya akan adanya hari pembalasan yaitu dunia akhirat. Wallahualam bissawab. [Dara]