Alt Title

Maraknya Bunuh Diri Atasi dengan Sistem Islam

Maraknya Bunuh Diri Atasi dengan Sistem Islam

Untuk menghentikan fenomena bunuh diri, tidak cukup kerja sama antara lembaga, tetapi harus ada kesadaran dari seluruh kaum muslimin akan pentingnya mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai Daulah yang akan menerapkan syariat Islam 

_________________________________


Penulis Oom Rohmawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Member AMK 



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Publik kembali dikejutkan oleh berita maraknya bunuh diri dari kalangan remaja, yang terbaru ada dua kasus di kota yang sama. NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang. Mahasiswi perguruan tinggi negeri ini ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10/2023). Menurut teman dekatnya korban sedang terjerat kasus pinjol. 


Hari berikutnya gadis berinisial EN (24) yang merupakan seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang, warga Kapuas, Kalimantan Tengah. Ia ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu (11/10/2023). Bukti yang menunjukkan NJW, bunuh diri karena polisi menemukan tas milik korban yang berisi surat pengenal, kartu mahasiswa dan secarik surat wasiat yang diduga ditulis oleh yang bersangkutan sebelum mengakhiri hidupnya.


Kejadian dua kasus bunuh diri ini, membuat Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, mengaku sangat prihatin. Ia pun mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencoba meminimalisir persoalan ini. (Tempo[dot]com, 13/10/2023)


Tidak hanya di Semarang, hal serupa terjadi di Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Seorang pemuda ditemukan meninggal yang diduga bunuh diri. Saat ditemukan mayat dalam posisi tergantung di pohon. Kejadian ini pun langsung ditangani oleh aparat kepolisian Polres Malang, Polda Jatim.


Identitas korban terungkap berinisial AT (22 tahun). Ia merupakan warga Desa Kebonagung, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Setelah dilakukan pemeriksaan dugaan sementara pihak kepolisian korban depresi dan mengakhiri hidupnya karena permasalahan asmara, karena diketahui terdapat riwayat panggilan dan pesan singkat dari seorang perempuan. (Republika[dot]co[dot]id, 12/10/2023)


Fenomena bunuh diri biasanya terdengar di negeri sakura dan ginseng, kini Indonesia pun seperti latah mengikutinya. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari—Oktober 2023. Angka tersebut sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus. (Katadata, 18/10/2023)


Sangat miris, tren bunuh diri di negeri mayoritas berpenduduk muslim. Bahkan tidak tanggung di kalangan mahasiswa, yang notabene individu terdidik, memiliki banyak ilmu, tentunya termasuk pengetahuan tentang menjalani kehidupan.


Sebelumnya, telah banyak ditemukan di sejumlah perguruan tinggi. Alasan mereka pun beragam mulai dari masalah keluarga, percintaan, persoalan akademik, dan lainnya. Mereka depresi hingga tidak lagi sanggup menjalankan kehidupan yang menurut mereka sangat berat.


Paparan di atas menunjukkan persoalan ketahanan mental yang begitu rapuh pada remaja hari ini. Motif bunuh diri karena terjerat pinjol, seperti sedang mengonfirmasi gaya hidup remaja yang kian materialistis sebab kebanyakan dari pemuda yang terjerat pinjol adalah untuk memenuhi gaya hidupnya yang hedonistik. Ditambah perekonomian yang kian ambruk, tidak sedikit menuntut mahasiswa untuk mandiri secara finansial.


Jika kita telisik lebih dalam, berbagai penyebab bunuh diri sejatinya berpangkal dari cara pandang Barat yang makin terhunjam di benak remaja, yaitu sekularisme yang menjauhkan tuntunan agama dalam kehidupan. Ini jelas akan menghantarkan seseorang untuk bersikap semaunya alias liberalisme, tidak peduli apakah merugikan orang lain atau tidak.


Selama ia mendapatkan manfaat, baginya sah-sah saja. Bisa kita lihat masyarakat hari ini menggunakan bermacam cara untuk mendapatkan materi. Bersaing dengan tidak sehat pun dilakukan. Ini juga menjadi salah satu penyebab depresi. Maka wajar jika tidak terpenuhi segala keinginannya, mengakhiri hidup dengan bunuh diri jadi pilihannya.


Padahal jika agama yang dijadikan landasan dalam menjalani kehidupan, pasti bisa memberikan ketenangan dan ketenteraman. Sebab agama sendiri adalah pondasi yang akan mengarahkan seseorang untuk bisa memandang benar tentang kehidupan. Mereka akan paham, hakikat penciptaan manusia. Apa tujuan hidup manusia dan yang harus dilakukan sebagai hamba Allah Swt..


Sebagai seorang hamba yang taat, akan senantiasa mengikuti perintah-Nya. Ia menyadari bahwa sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya. Setiap mahluk yang hidup akan senantiasa dihadapkan pada ujian. Namun seberat apa pun ujiannya bunuh diri tidak boleh dilakukan, karena Islam melarang menghilangkan nyawa, dan haram hukumnya.


Sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa [4]: 29-30)


Begitu juga sabda Rasulullah saw., “Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula." (HR. Bukhari Muslim)


Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur kehidupan secara individu, tetapi Islam mewajibkan negara turut berperan melindungi atas nyawa manusia, semisal memenuhi kebutuhan hidupnya, menjaga dari paparan pemikiran asing yang merusak, seperti konten-konten porno, atau kehidupan hedonistik dan materialistis yang memungkinkan bisa merusak, maka tidak diizinkan masuk baik secara langsung maupun melalui media.


Selain itu, negara Islam akan mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk menjaga kesehatan mental remaja. Baik di lingkungan keluarga maupun sekolah, akidah Islam akan terus ditanamkan. Sehingga mereka hidup sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Begitu juga dengan kurikulum, akan dibuat agar para pelajar menikmati ilmu bukan untuk mengejar materi, melainkan untuk kontribusi terbaiknya bagi umat.


Oleh karena itu, untuk menghentikan fenomena bunuh diri, tidak cukup kerja sama antara lembaga, tetapi harus ada kesadaran dari seluruh kaum muslimin akan pentingnya mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai Daulah yang akan menerapkan syariat Islam. Sistem ini yang akan menjaga manusia dari berbuat kerusakan. Wallahualam bissawab. [SJ]