Alt Title

Mahasiswa Membunuh, Ada Apa dengan Sistem Pendidikan Kita?

Mahasiswa Membunuh, Ada Apa dengan Sistem Pendidikan Kita?

 


Banyaknya kasus perundungan di satuan pendidikan menandakan sistem pendidikan kita rusak sejak akarnya

Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan menjadi sumber petaka berbagai kasus yang terjadi. Sekularisme mengabaikan peran agama (Islam) sebagai aturan kehidupan


____________________


Penulis Yani Ummu Qutuz

Kontributor Media Kuntum Cahaya, Pegiat Literasi dan Member AMK


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Universitas Indonesia (UI) salah satu perguruan tinggi negeri pavorit. Siapa pun merasa bangga jika bisa kuliah di kampus ini, karena memang proses seleksinya yang ketat. Dipastikan hanya orang-orang pilihan yang bisa lolos menjadi mahasiswa UI. Orang-orang pilihan ini mestinya menjadi contoh yang baik bagi para mahasiswa di perguruan tinggi lain. Namun yang terjadi justru hal yang menggemparkan, di awal Agustus terjadi kasus pembunuhan di kampus ini.


Tragis betul nasib Muhammad Nauval Zidan (19) mahasiswa UI, yang tewas dibunuh oleh seniornya Altafasalya Ardnika Basya (22). Mayat MNZ ditemukan terbungkus kantong sampah di dalam kamarnya.


Kecurigaan terjadi ketika pihak keluarga sulit menghubungi korban. Akhirnya, pihak keluarga mendatangi pemilik kos dan mengecek kamar korban. Setelah dibuka kondisi kamar berantakan dan barang-barang milik korban raib. Sementara, korban terbungkus plastik hitam yang disembunyikan di bawah tempat tidur. Keluarga MNZ langsung melaporkan kejadian pada pihak kepolisian. Dalam waktu kurang dari 3 jam, pelaku berhasil ditangkap polisi.


Dari pengakuan pelaku, AAB tega membunuh adik tingkatnya karena terjerat pinjaman online. Pelaku merasa sudah putus asa sehingga berniat menguasai harta benda korban agar utang pinjolnya lunas. Kepolisian menetapkan Altaf sebagai tersangka dan dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.


Kok bisa? Seorang mahasiswa membunuh padahal terpelajar. Seharusnya, dia menjadi contoh yang baik bagi peserta didik di bawahnya. Belum lagi temuan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang mencatat, telah terjadi 16 kasus perundungan di satuan pendidikan selama Januari -Juli 2023. Selain itu, tawuran yang terjadi antar pelajar, pergaulan bebas yang  sangat memprihatinkan  menambah panjang masalah pendidikan. Ada apa dengan sistem pendidikan kita sebenarnya?


Banyaknya kasus perundungan di satuan pendidikan menandakan sistem pendidikan kita rusak sejak akarnya. Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan menjadi sumber petaka berbagai kasus yang terjadi. Sekularisme mengabaikan peran agama (Islam) sebagai aturan kehidupan. Porsi pelajaran agama sangat minim, itu pun hanya materi ajar yang berkaitan dengan ibadah mahdoh saja. Islam hanya dikenal peringatan hari besarnya saja. Islam tidak menjadi acuan dan dasar dalam pendidikan.


Sesering apa pun kita mengganti kurikulum, tetap tidak menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian. Pendidikan karakter yang menjadi andalan juga tidak mampu mencetak peserta didik yang berkualitas karena asasnya masih sekuler. Maka dari itu, tidak mungkin lahir generasi yang cemerlang, jika moral mereka hancur tergerus gaya hidup liberalis dan hedonis.


Sistem pendidikan sekuler hanya mengedepankan target prestasi akademik dan orientasi bekerja. Begitu pula minim penanaman adab dan akhlak mulia. Pelajaran agama di sekolah atau kampus hanya sekadarnya saja. 


Berbeda dengan sistem pendidikan Islam, mempunyai tujuan yang jelas yaitu membentuk generasi yang berkepribadian Islam. Kepribadian Islam ini akan membentuk pola pikir dan pola sikap peserta didik agar selaras dengan Islam.  Mereka memiliki keimanan yang kuat serta pemahaman Islam yang mendalam (tafaquh fiddin). Sehingga memberikan pengaruh terhadap peserta didik untuk terikat dengan syariat Islam. Hal ini akan berdampak pada terwujudnya masyarakat yang bertakwa, memiliki budaya amar makruf nahi munkar dan menyebarnya dakwah Islam. 


Selain pemahaman agama yang mendalam, para peserta didik juga diarahkan menjadi individu yang memiliki beragam kecerdasan dalam rangka memberikan kontribusi bagi umat. Mereka tidak dicetak menjadi para pekerja atau pengusaha untuk bekerja di dunia industri juga bukan sebagai mesin pemutar roda industri.


Para peserta didik diberikan pengajaran Islam agar menjadi petunjuk yang praktis. Sistem pendidikan Islam berhasil melahirkan dan membentuk pribadi mulia, karena Islam mendahulukan pendidikan adab sebelum ilmu dan lainnya.


Sistem pendidikan Islam telah melahirkan generasi cemerlang yang memberikan kontribusi luar biasa terhadap peradaban Islam.  Tengoklah pada masa kekhilafahan Bani Abbasiyah, peradaban Islam mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.


Banyak ilmuwan muslim bermunculan memberikan sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Sebut saja Al Khawarijmi, Al Farabi, Al Battani, Ibnu Sina, Al Kays, di antara mereka ada yang ahli matematika, astronomi, filsuf, ahli kosmologi, dan ahli kedokteran. Alhasil, agar generasi muslim menjadi manusia-manusia beradab dan berilmu, maka terapkanlah sistem pendidikan Islam dalam bingkai negara Islam yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.

Wallahualam bissawab [Dara]