Alt Title

"Jangan Pilih Pemimpin yang Menggunakan Agama sebagai Alat Politik", Bukti Sekularisme Negeri

"Jangan Pilih Pemimpin yang Menggunakan Agama sebagai Alat Politik", Bukti Sekularisme Negeri

Sekularisme tentu bukan lahir dari pemikiran Islam. Akan tetapi, pemikiran itu lahir dari paham yang diemban sekarang yaitu kapitalisme yang asas pemikirannya sekuler

Sekuler adalah pemikiran yang menganggap bahwa agama tidak mengatur urusan negara, agama hanya mengatur ibadah semata

_______________________________


Penulis Habibah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menjelang tahun politik 2024, tentu akan menghasilkan wajah pemimpin yang baru. Anggapannya adalah hasil pilihan seluruh rakyat Indonesia. Entah itu hasil dari hasutan pihak yang berkepentingan, identitas semata, ataupun hasil korban dari janji-janji perubahan yang merupakan buah dari permainan para caleg yang memang identik dengan politik yang kotor.


Bagaimana tidak, dalam prosesnya sekarang ini kita dihadapkan pada kenyataan yang menganggap bahwa hanya pertarungan ideologi semata. Agama sama sekali tidak ikut andil di dalamnya karena akan menghasilkan konfrontasi terhadap semua agama.


Anggapan tersebut sejalan dengan imbauan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, yang mengungkapkan bahwa masyarakat tidak boleh memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai alat politik karena dapat memicu perpecahan terhadap umat. (REPUBLIKA[dot]CO[dot]ID 04/09/23)


Ujang Komarudin Pengamat Politik dan Universitas Al- Azhar Indonesia yang mengungkapkan bahwa Gus Yaqut tidak perlu membuat pernyataan yang kontradiktif atau anomali yang dapat memicu perpecahan dalam masyarakat. Tidak perlu membuat pernyataan yang tidak perlu, karena masyarakat sudah paham bahwa politik identitas harus ditinggalkan, politik syarak harus dihilangkan, dan adu domba harus dienyahkan. Justru pernyataan tersebutlah yang dapat memicu respon yang negatif dari publik dan memunculkan politik identitas yang memang tidak dibutuhkan. (REPUBLIKA[dot]CO[dot]ID, 05/09/23)


Pernyataan dari Menag yang secara perlahan merusak pemikiran umat. Karena beliau adalah tokoh yang sangat berpengaruh dan memiliki kedudukan di tengah masyarakat. Menumpulkan pemikiran umat Islam dari politik dengan menjauhkan segala urusan politik dengan agama. Pengerdilan pemikiran yang menganggap bahwa Islam hanya pada bahasan ibadah semata.


Pemikiran tersebut tentu bukan lahir dari pemikiran Islam. Akan tetapi, pemikiran itu lahir dari paham yang diemban sekarang yaitu kapitalisme yang asas pemikirannya sekuler. Sekuler adalah pemikiran yang menganggap bahwa agama tidak mengatur urusan negara, agama hanya mengatur ibadah semata.


Dalam paham ini yang mengatur urusan politik adalah manusia, yang membuat peraturan adalah manusia karena mereka menganggap bahwa mereka lebih mengetahui apa yang mereka butuhkan. Lantas, bagaimana kenyataannya sekarang, bukankah konflik muncul setiap hari karena peraturan yang diterapkan pemerintah? Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia tidak mampu mengurus urusan umat dengan peraturan yang dibuatnya sendiri.


Sejatinya Islam adalah agama politik. Politik dan Islam bukanlah hal yang asing, justru sebaliknya politik adalah salah satu syariat Islam. Umat harus paham bahwa Islam mengatur urusan  perpolitikan. 


Politik Islam ada pada hukum syarak yang berasal dari Sang Pencipta ialah Allah SWT. Karena sejatinya yang lebih mengetahui tentang segala sesuatu adalah yang menciptakan. Lantas, Bagaimana bisa kita menjauhkan agama dari politik, kalau memang agama kita mengatur akan hal itu.


Rasulullah saja tidak akan bisa mendirikan suatu negara kalau hanya mendakwahkan manusia pada ranah ibadah saja, nyatanya beliau mendakwahkan manusia sampai mendirikan negara Islam slam di Madinah. Bahkan keberhasilan Islam dalam mengurusi urusan umat tercatat sebagai sejarah yang fenomenal. Di sisi lain perjuangan kemerdekaan Indonesia mayoritasnya adalah umat Islam.Tentu hal itu tidak lain dan tidak bukan mengharuskan bermain dengan politik. 


Gambaran mengenai keterkaitan antara agama dan politik pun dapat kita jumpai dalam perkataan Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya 'Ulumuddin Juz 1 hal 17, "Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar, agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang." 


Sesuatu yang tidak lengkap tentu akan pincang layaknya pendapat di atas, dan tentunya akan melahirkan problematika yang tidak berkesudahan. Solusinya, hanya kembali kepada sesuatu yang telah ditetapkan untuk mengatasi problematika yang ditimbulkan.


Bahkan bukti keberhasilan Islam dalam mengurusi urusan umat diakui oleh orang barat Will Durant dalam bukunya yang berjudul The Story Of Civilization State menyatakan bahwa Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada seluruh umat manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah pun telah mempersiapkan berbagai kesempatan bagi siapa pun yang memerlukannya dan meratakan kesejahteraan selama berabad-abad dalam luasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka.


Bahkan orang di luar Islam pun mengakui bagaimana dahsyatnya Islam mengatur suatu negara dengan bukti sejarah yang dicetak selama 1.300 tahun Islam berjaya.  Terkait bagaimana kita yang notabenenya seorang yang beragama Islam menolak agama mengurusi urusan umat manusia. Sejatinya, politik tidak akan pernah bisa kita pisahkan dari agama. Hanya agama Islam, agama yang diridai Allah Swt, agama sempurna dan agama yang mengatur semua urusan umat, terutama urusan bernegara. Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim berilmulah maka kamu akan paham. Wallahualam bissawab. [GSM]