Alt Title

Terbatasnya Pupuk Subsidi Tak Mampu Jamin Ketahanan Pangan dan Kemajuan Pertanian

Terbatasnya Pupuk Subsidi Tak Mampu Jamin Ketahanan Pangan dan Kemajuan Pertanian

Sudah menjadi watak dari para kapitalis, bahwa mereka akan berusaha sekuat tenaga agar bisa memperoleh keuntungan yang sebesar-sebesarnya termasuk dalam bisnis pupuk ini meskipun harus mengorbankan rakyat kecil

Para penguasa juga tidak berkutik ketika berhadapan dengan para pemilik modal, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa para kapital inilah yang mendanai mereka sehingga bisa menduduki jabatan yang mereka impikan

______________________________



KUNTUMCAHAYA.com, SURATPEMBACA - Memasuki musim tanam yang sebentar lagi tiba, para petani justru merasa khawatir dengan ketersediaan pupuk di pasaran. Berkaca dari musim-musim sebelumnya, banyak petani yang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.


Anggaran pupuk subsidi untuk tahun ini sekitar 25 triliun atau 7,8 juta ton. Menurut  Wakil Sekretaris Jenderal Kontak Tani Nelayan Andalan(KTNA), jumlah pupuk bersubsidi sangatlah kurang bahkan 20 juta ton pun masih belum mencukupi kebutuhan petani. Mengingat petani merupakan sektor terbesar dari penduduk yang bekerja yakni sekitar 28,61 persen dari 135,3 juta pekerja atau 38,7 juta orang. (kompas, 13/3/2023)


Menjawab kegelisahan petani, Kementerian Pertanian melalui menterinya Syahrul Yasin Limpo seperti yang dilansir dari situs Kementerian Pertanian (Psp[dot]pertanian[dot]go[dot]id) menjelaskan bahwa stok pupuk bersubsidi untuk tahun ini sudah sesuai dengan permintaan. Hanya saja petani yang berhak mendapatkan pupuk subsidi adalah yang terdaftar dalam alokasi, jika tidak terdaftar maka tidak akan mendapatkan jatah pupuk bersubsidi. 


Berbagai solusi pun digagas untuk mengatasi kelangkaan pupuk ini. Salah satunya sebagaimana disampaikan oleh Wapres Ma'ruf amin dalam siaran pers BPMI Sekretariat Wakil Presiden(11/8/2003). Beliau mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan mengubah sistem penyaluran pupuk bersubsidi dengan disalurkan secara langsung ke alamat penerima subsidi agar lebih efektif. (Republika[dot]co[dot]id, 11/08/2023)


Solusi yang ditawarkan sebenarnya tidak bisa mengatasi akar masalah kelangkaan pupuk ini. Di negara yang menganut sistem kapitalisme sudah menjadi hal yang lazim apabila terdapat campur tangan para kapitalis dalam setiap permasalahan yang muncul. Begitu juga dalam masalah ini. Adanya monopoli oleh para pemilik modal menjadi kendala petani kecil untuk bisa mendapatkan pupuk dengan harga murah. 


Sudah menjadi watak dari para kapitalis, bahwa mereka akan berusaha sekuat tenaga agar bisa memperoleh keuntungan yang sebesar-sebesarnya termasuk dalam bisnis pupuk ini meskipun harus mengorbankan rakyat kecil. Para penguasa juga tidak berkutik ketika berhadapan dengan para pemilik modal, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa para kapital inilah yang mendanai mereka sehingga bisa menduduki jabatan yang mereka impikan.


Kebijakan Islam dalam Bidang Pertanian


Sebagai agama yang sempurna, Islam tentunya juga memiliki  kebijakan dalam bidang pertanian yang bisa meningkatkan hasil dari pertanian.  Adapun kebijakan-kebijakan itu antara lain:


a.  Intensifikasi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan penyediaan bibit unggul, pupuk, obat-obatan dan juga penggunaan teknik budidaya dan produksi yang modern.


b. Ekstensifikasi pertanian, yaitu dengan menambah luas areal pertanian salah satunya dengan menghidupkan tanah mati.


c. Pembangunan infrastruktur. Contohnya dengan membangun sistem irigasi yang canggih seperti yang dilakukan pada masa Bani Umayyah di Irak.


d. Dukungan kepada para petani berupa permodalan, baik pemberian dari negara secara cuma-cuma atau pinjaman tanpa bunga.


Dengan adanya kebijakan-kebijakan itu maka pertanian akan maju dan bisa menjamin ketahanan pangan suatu negara. Tapi itu semua tidak akan pernah bisa tercapai ketika negara menerapkam sistem kapitalisme seperti saat ini. Hanya dengan sistem Islamlah pertanian akan bisa maju dan mensejahterakan masyarakat. Wallahualam bissawab. [GSM]


Penulis Sri Wulandari

Pegiat Literasi