Alt Title

Muslimah Membuat Konten Tak Senonoh, Bagaimana Pandangan Islam?

Muslimah Membuat Konten Tak Senonoh, Bagaimana Pandangan Islam?

"Malu sejatinya merupakan senjata untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji. Malu adalah cerminan hati. Minimnya rasa malu menunjukkan bahwa hati dan jiwa seseorang telah mati. Semakin hidup hati, maka semakin sempurna rasa malu yang ia miliki. Maka, jika seseorang sudah tidak mempunyai rasa malu, sesungguhnya dia tergolong kepada orang-orang yang celaka."

___________________________________


Bersama Ustazah Rif'ah Kholidah




KUNTUMCAHAYA.com, TSAQAFAH - "Baru-baru ini kita mendapati seorang selebgram berinisial OF yang membuat kontroversi lewat kontennya, yaitu menjilat eskrim dengan pose tidak senonoh. Sontak saja, konten tersebut ramai dihujat oleh netizen dan berujung pada pelaporan atas diri OF ke pihak kepolisian." 


Begitulah Ustazah Rif'ah Kholidah mengawali penjelasannya, yang diunggah di kanal youtube Muslimah Media Center (03/09/2023). Menanggapi konten tidak senonoh yang sengaja dibuat oleh Oklin Fia, dan telah beredar di tengah-tengah masyarakat. 


Ustazah Rif'ah menjelaskan, jika Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PB SEMMI) telah melaporkan Oklin Fia ke pihak yang berwajib. Sebab, selain tidak senonoh konten tersebut juga dinilai telah melanggar kesusilaan dan adab. Apalagi dia kedapatan mengenakan hijab, sehingga sangat berpotensi menodai agama dengan kemuliaan hijabnya.


Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Kyai Haji Kholil Nafis dalam tayangan youtube tvOnews mengatakan, "Setiap orang tidak dilarang menjadi terkenal atau membranding diri, baik secara agama, syariah dan sosial. Meski begitu, sebaiknya harus memasukkan unsur edukasi, kebaikan, dan maslahat dalam setiap prosesnya. Jangan hanya, yang penting saya terkenal !"


Dalam sistem kapitalis, membuat konten tidak senonoh dan nyeleneh seringkali terjadi. Sebelumnya juga ada kasus yang sama, seorang wanita  berinisial LM dengan kontennya makan babi dengan membaca Bismillah. Sempat viral, meski akhirnya sama berujung pada pelaporan kepada pihak kepolisian.


"Viral dan populer menjadi target utama dalam membuat konten di media sosial, tanpa memperhatikan lagi standar halal dan haramnya. Padahal, setiap muslim harus terikat dengan hukum syara dalam setiap amal dan perbuatannya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya (media sosial). Oleh karena itu, bagi seorang muslim dalam membuat konten pun wajib terikat dengan hukum syara, bukan sekadar mencari popularitas, bertambahnya followers, mencari cuan, atau tujuan yang bersifat materi semata," jelas Ustazah. 


Lalu bagaimana pandangan Islam terkait orang yang berkerudung dan sengaja membuat konten tidak senonoh ?


Ustazah memaparkan, jka kita telusuri lebih lanjut, konten yang dibuat oleh selebgram OF dengan menjilat eskrim di depan seorang laki-laki, secara nyata, telah mengarah pada konten pornoaksi dan pornografi. Hal itu sangat dicela oleh Allah Swt..Konten yang dibuat oleh OF yang mengenakan hijab menunjukkan bahwa sebenarnya dia telah kehilangan rasa malu.


Padahal, Allah Swt. memerintahkan setiap muslim untuk berperilaku dengan baik. Sebagaimana yang tertulis di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Asaakir Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah Swt. memilih Islam untuk kalian, maka muliakanlah dengan kedermawanan dan rasa malu. Karena sesungguhnya Islam tidak akan sempurna kecuali dengan kedua hal tersebut." (HR. Muttafaq 'alaih)


Dan di antara akhlak yang baik yang diajarkan oleh Rasulullah saw. adalah tentang rasa malu. Karena rasa malu merupakan bagian dari keimanan dan ketakwaan. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Ibnu Umar.


"Rasulullah saw. melewati seorang laki-laki dari kaum Anshar. Laki-laki itu sedang menasihati anaknya tentang malu, maka Rasulullah bersabda: "Biarkanlah dia, sesungguhnya malu itu merupakan bagian dari iman." (HR. Muttafaq 'alaih)


Dalam riwayat yang lain Sufyan bin Uyainnah berkata, "Malu itu takwa yang paling ringan. Dan tidaklah seorang itu takut kepada Allah sampai dia malu. Dan, apakah dia termasuk orang-orang yang takwa kecuali jika ia mempunyai rasa malu."


Malu sejatinya merupakan senjata untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji. Malu adalah cerminan hati. Minimnya rasa malu menunjukkan bahwa hati dan jiwa seseorang telah mati. Semakin hidup hati, maka semakin sempurna rasa malu yang ia miliki. Maka, jika seseorang sudah tidak mempunyai rasa malu, sesungguhnya dia tergolong kepada orang-orang yang celaka.


Ibnu adz-dzakir mengatakan, ada lima macam tanda orang yang celaka yaitu, hati yang keras, mata yang beku, tidak punya rasa malu, ambisi pada kehidupan dunia serta panjang angan-angan.


Imam Al-Mawardi dalam kitabnya, Adabbud Dunya hal 227 mengatakan bahwa ada tiga rasa malu yaitu: Pertama, malu kepada Allah Swt. dengan melaksanakan semua perintah dan menahan diri dari larangan- Nya. 


Ibnu Mas'ud meriwayatkan dari Rasulullah saw., "Malulah kalian kepada Allah Swt. dengan sebenar-benar malu." Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana kami malu kepada Allah dengan sebenar-benar malu?" Rasulullah saw. menjawab, "Barang siapa yang menjaga kepala dan isinya, perut dan isinya, meninggalkan perhiasan kehidupan dunia, serta mengingat kematian, maka dia malu kepada Allah Swt. dengan sebenar-benarnya malu. "Kurangnya rasa malu kepada Allah Swt. mengantarkan kepada kekufuran, karena hal tersebut menjadi sebab seseorang  melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah Swt."


Kedua, malu kepada manusia, dengan tidak menyakiti dan terang-terangan melakukan perbuatan maksiat. Ibnu Mas'ud al-Badri mengatakan, sesungguhnya di antara sabda kenabian yang pertama dijangkau oleh manusia adalah, "Wahai anak cucu Adam, jika engkau tidak punya malu, maka kerjakanlah apapun yang engkau kehendaki." (HR. Bukhari)


Abu Bakr bin Muhammad al-Asy'ari menyatakan bahwa makna hadis di atas bukanlah anjuran untuk melakukan perbuatan maksiat. Akan tetapi, barang siapa yang tidak mempunyai rasa malu, maka tidak malunya itu akan mengajaknya untuk melakukan apa saja yang ia kehendaki tanpa ada yang bisa mencegahnya.


Ketiga, malu pada diri sendiri. Dengan mengendalikan diri dan menjaga kesendirian. Artinya mampu mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat ketika ia dalam kesendirian.


"Itulah tiga akhlak rasa malu yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Jika tiga rasa malu tersebut ada pada diri seseorang secara sempurna, maka sebab-sebab kebaikan telah ada pada dirinya, dan sebab-sebab keburukan pun akan tiada. Sehingga, seseorang akan dikenal karena keutamaan dan kebaikannya." ungkap Ustazah Rif'ah Kholidah melanjutkan penjelasannya.


Ustazah menegaskan hilangnya rasa malu pada diri seseorang tidak lain dan tidak bukan karena diterapkannya sistem kapitalis negeri ini. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, meniadakan peran agama, standar halal dan haramnya dalam setiap amal perbuatan manusia. 


Itulah mengapa banyak konten-konten yang tidak senonoh dan nyeleneh berseliweran di tengah-tengah masyarakat. Saatnya kita campakkan sistem kapitalisme dan ganti dengan menerapkan sistem Islam secara kafah. Wallahualam bissawab. [Tinah]