Tatkala Pergaulan Semakin Kebablasan
Opini
Ironis memang, melihat nasib para pemuda saat ini yang hanya menganggap bahwa bahagia itu hanya menyalurkan nafsu semata tanpa terpikir akibatnya seperti apa
Di mana, akibat pergaulan yang kebablasan ini banyak sekali kasus-kasus yang terjadi. Salah satunya, semakin meningkat penyakit sifilis yang terjadi di tengah-tengah masyarakat
_____________________
Penulis Siti Nurtinda Tasrif
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah Kampus
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Setiap manusia tidak bisa hidup sendiri, apalagi sampai mengasingkan diri. Di samping itu, karena manusia terbatas dan sudah pasti membutuhkan manusia yang lain. Manusia juga diciptakan dengan potensi dalam dirinya, yakni naluri dan kebutuhan jasmani. Kemudian, naluri yang dimiliki manusia ada beberapa macam salah satunya naluri berkasih sayang atau melestarikan jenis manusia.
Maka, kecenderungan yang ada pada diri manusia, akan menuntutnya untuk bisa berkomunikasi dengan siapapun dan mampu membangun hubungan dengan siapapun juga. Di sinilah, letak keberadaan sebuah pergaulan. Yang nantinya senantiasa dekat dengan manusia. Bahkan, tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Namun seiring berjalannya waktu, pergaulan semakin lama semakin rusak saja. Dilihat dari fakta yang terjadi, bahwa dari tahun ke tahun, manusia semakin dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Tidak ketinggalan, pergaulan saat ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup negara yang menjadi kiblat yaitu negara adidaya, Amerika Serikat.
Sehingga tak heran, jika saat ini pergaulan begitu luar biasa bebasnya. Di mana, setiap individu menganggap bahwa pergaulan antara laki-laki dan perempuan hanya mengenai penyaluran naluri berkasih sayang bahkan tanpa dalam ikatan yang sah sekalipun. Banyak sekali yang melakukan seks di luar nikah, tidak hanya laki-laki dan wanita tetapi sesama jenis juga kerap terjadi.
Ironis memang, melihat nasib para pemuda saat ini yang hanya menganggap bahwa bahagia itu hanya menyalurkan nafsu semata tanpa terpikir akibatnya seperti apa. Di mana, akibat pergaulan yang kebablasan ini banyak sekali kasus-kasus yang terjadi. Salah satunya, semakin meningkat penyakit sifilis yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Sebagaimana yang penulis kutip dari Media dpr[dot]go[dot]id (16/05/2023) bahwasanya Kementerian Kesehatan baru-baru ini mengungkap adanya peningkatan kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) Sifilis di Indonesia. Sifilis atau raja singa merupakan penyakit menular yang disebabkan melalui aktivitas seksual. Data Kemenkes menunjukkan kasus sifilis naik pesat selama lima tahun terakhir. Penularan sifilis tersebut melonjak 70 persen.
Menanggapi meningkatnya kasus sifilis di Indonesia, Anggota Komisi IX DPR RI Irma Suryani Chaniago mengingatkan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat. Pola hidup sehat yang dimaksud tidak hanya mengonsumsi makanan yang bergizi, tetapi juga rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
"Ke dokter itu (melakukan pemeriksaan kesehatan rutin) lebih penting ya daripada sekadar misalnya makan makanan bergizi, kemudian menjaga lingkungan, dan lain sebagainya," ujarnya kepada Parlementaria, usai Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta. Melihat dari respon anggota DPR di atas, dapat dilihat betapa solusi yang ditawarkan ternyata bukan mencegah tetapi tetap membiarkan seks bebas asalkan tetap jaga kesehatan.
Apakah ini bisa dijadikan sebagai solusi untuk mencegah meningkatnya kasus sifilis? Mengingat yang menjadi penyebabnya adalah pergaulan yang bebas. Bukankah seharusnya, negara harus menjaga agar masyarakat tidak terkena penyakit yang menular seperti sifilis. Karena, jika terus dibiarkan maka sudah tentu generasi yang diharapkan akan hancur seluruhnya.
Namun apa yang diharapkan, sepertinya tidak akan bisa tercapai. Mengingat Indonesia menggunakan sistem kapitalisme demokrasi yang berakidahkan sekulerisme. Dimana, sekulerisme adalah pemisahan agama dari kehidupan yang meniscayakan pemisahan agama dari negara. Sehingga akan memberikan solusi yang sama sekali jauh dari agama, bahkan sekedar mengambi nilainya saja tidak.
Saat ini, tidak peduli caranya salah ataupun benar, yang terpenting apakah cara tersebut mampu mendatangkan keuntungan atau tidak. Sehingga dalam negara seperti ini tidak ada kebenaran dan kesalahan yang baku. Semua bisa saja ditarik ke mana-mana asalkan sesuai dengan kepentingan yang ada. Maka, para pemuda akan semakin terancam jika terus hidup di bawah sistem egois seperti ini.
Oleh sebab itu, masyarakat harus segera sadar bahwa keadaan yang dirasakan sekarang sedang tidak baik-baik saja. Kemudian, mulai bertindak untuk berupaya menyelesaikan masalah yang terjadi. Namun bukan perkara cabang yang diselesaikan, melainkan perkara utamanya. Di mana, yang menjadi masalah pokok negara saat ini adalah meninggalkan sistem Islam dan mengadopsi sistem kapitalisme yang lahir dari kompromi manusia.
Padahal, sistem yang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan umat hanyalah sistem islam. Di mana, Islam memiliki dua cara untuk menjauhkan umat dari berbagai penyakit sebagaimana penyakit menular seperti sifilis. Yaitu dengan pencegahan dan persanksian. Jauh sebelum terjadinya penyakit ini, setiap individu umat terlebih dahulu dibekali dengan ketakwaan. Sehingga hal itu, akan menjadi benteng baginya untuk menjauhi segala kemaksiatan, seperti seks bebas.
Kemudian, setelah penyakit tersebut sudah menyebar, maka negara akan berupaya untuk menyembuhkannya terlebih dahulu, di samping para pelaku sudah tentu akan memberikan sanksi tegas agar tidak ada yang berani melakukan perbuatan yang sama. Di mana, setiap pemberian sanksi akan dilakukan di depan umum, sehingga semuanya bisa menyaksikan, dan akan menimbulkan efek jera bagi semuanya.
Inilah solusi bijaksana yang diberikan oleh Islam. Sebuah solusi yang ditetapkan berdasarkan wahyu Allah Swt. dan bukan dari kejeniusan manusia. Islam diturunkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Sehingga rahmatnya akan dirasakan oleh seluruhnya tak terkecuali orang-orang non-muslim. Maka, hendaklah umat segera kembali pada hukum-hukum Allah Swt. agar tidak semakin tersesat oleh kenikmatan dunia yang semu.
Wallahualam bissawwab [Dara Hanifah]