Alt Title

Baby Blues dan Krisis Mental Ibu

Baby Blues dan Krisis Mental Ibu

Menyelamatkan mental ibu dengan memberikan pendampingan yang tepat karena peran ibu sangat penting. Tidak memandang fenomena baby blues sebagai sesuatu yang remeh. Ibu sebagai madrasah ula. Sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jika mental ibu terganggu, sudah dipastikan peran itu tidak akan berjalan dengan baik

Islam sebagai agama sempurna dan paripurna telah menyadari betul akan hal ini. Oleh karena itu, Islam mengembalikan fitrah ibu dengan baik. Dengan akidah yang kuat, menanamkan pemahaman bahwa peran menjadi ibu adalah tugas mulia. Sesuatu yang akan Allah ganjar dengan pahala yang besar

_____________________________


Penulis Nelliya Azzahra

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Novelis



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Menjadi seorang ibu tentu saja hal membahagiakan bagi seorang istri. Karena tujuan pernikahan sendiri adalah melangsungkan keturunan. Rumah tangga akan semakin hangat dengan hadirnya buah hati. Tak sedikit pasangan suami-istri yang merogoh kocek dalam hanya untuk ikhtiar mendapatkan keturunan.


Namun, hari ini kita dihadapkan pada fakta tingginya ketidaksiapan mental ibu saat menyambut buah hati lahir ke dunia. Istilahnya disebut baby blues. Apa itu baby blues? Baby blues adalah syndrome yang dialami oleh wanita pasca melahirkan. Gejala ini ditandai dengan perubahan suasana hati seperti gundah dan sedih secara berlebihan.


Keadaan ini jika dibiarkan maka akan berdampak pada kesehatan mental ibu dan juga berdampak pada bayi itu sendiri. Dimana bayi baru lahir tentu saja sangat bergantung kepada ibunya. Lantas bagaimana kalau sang ibu sendiri menghindari bayinya dan enggan mengurusi. Jika kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan membuat si ibu depresi.


Senada dengan apa yang disampaikan oleh psikolog Dra. Maria Ekowati. "Gangguan kesehatan mental banyak terjadi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu dengan anak usia dini," kata Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren dan psikolog Dra. Maria Ekowati ketika ditemui detikcom di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (26/5/2023).


"Ini penelitian di Lampung 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan. Jadi ibu-ibu habis melahirkan pasca persalinan biasanya juga ada yang mengalami baby blues dan kecemasan."


Penyebab baby blues bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti ekonomi. Hidup di sistem saat dimana kemiskinan dan kesulitan hidup menjadi hal yang tidak bisa dihindari bisa memacu stres pada ibu.  Selanjutnya ketidakharmonisan rumah tangga. Cekcok yang terjadi dalam rumah tangga antara suami istri tak pelak menjadi salah satu pemicu. Belum siap punya anak, juga disebabkan karena kadar hormon pada ibu pasca melahirkan yang berimbas pada suasana hati. Gampang lelah, sering terbangun pada malam hari menyusui, dan lainnya. Hal ini tentu saja berdampak pada mental si ibu sendiri. Meskipun baby blues dipandang biasa dan akhirnya mereda, tetapi tetap saja hal ini tidak bisa dibiarkan.


Menjadi Orang Tua Perlu Kesiapan


Seharusnya negara berperan dalam mengatasinya dengan memberikan edukasi dalam kurikulum pembelajaran agar mereka yang nantinya menjadi orang tua sudah memiliki kesiapan. Sehingga fenomena tingginya angka baby blues dapat dihindari.


Menjadi seorang ibu bukan perkara mudah. Dari mulai hamil, melahirkan, menyusui, sampai mengasuh anak-anak. Tentu saja berdampak pada psikologis mereka. Apalagi perempuan memiliki perasaan yang peka dan sensitif.


Allah Swt. berfirman bagaimana beban yang dipikul seorang ibu itu tidaklah ringan: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (TQS. Luqman: 14)


Menyelamatkan mental ibu dengan memberikan pendampingan yang tepat karena peran ibu sangat penting. Tidak memandang fenomena baby blues sebagai sesuatu yang remeh. Ibu sebagai madrasah ula. Sekolah pertama bagi anak-anaknya. Jika mental ibu terganggu, sudah dipastikan peran itu tidak akan berjalan dengan baik.


Islam sebagai agama sempurna dan paripurna telah menyadari betul akan hal ini. Oleh karena itu, Islam mengembalikan fitrah ibu dengan baik. Dengan akidah yang kuat, menanamkan pemahaman bahwa peran menjadi ibu adalah tugas mulia. Sesuatu yang akan Allah ganjar dengan pahala yang besar.


Sekolah yang dibangun bukan hanya melahirkan para ilmuwan dan cendekiawan, tetapi juga membuat kurikulum yang membentuk laki-laki dan perempuan bisa berjalan sesuai syariat. Seperti menyiapkan perempuan untuk siap mengemban tugasnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga ketika dewasa kelak. Juga pada laki-laki. Memberikan pendidikan bagaimana nantinya menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab mencari nafkah, membimbing, dan mengayomi keluarga. Serta menciptakan lingkungan masyarakat dengan tingkat kepekaan yang tinggi tidak individualis. Jadi saat ada masalah, masyarakat cepat memberikan bantuan.


Hanya dalam sistem Islam semua ini dapat terwujud. Sistem hari ini meniadakan semua ini karena menganut sistem kapitalisme neoliberal. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. []