Alt Title

BUDAYA KEKERASAN REMAJA, BUKTI WAJAH KAPITALISME

BUDAYA KEKERASAN REMAJA, BUKTI WAJAH KAPITALISME



Tindakan kekerasan yang banyak dilakukan pemuda di negeri ini, menggambarkan ada yang salah dalam sistem kehidupan kini


Seharusnya sebuah sistem kehidupan itu membimbing dan mengarahkan pemuda ke jalan baik agar tidak berbuat anarkis. Nyatanya mereka melupakan bahwa yang terpenting dalam hidup ialah keselamatan di akhirat kelak


Penulis Widdiya Permata Sari 

Komunitas Muslimah Perindu Syurga


KUNTUMCAHAYA.com-Kasus demi kasus semakin marak, dan yang lebih memprihatinkan kasus tersebut dilakukan oleh remaja yang seharusnya menjadi pembangunan peradaban di negeri yang mayoritas Islam ini. Namun nyatanya bukan pembangunan peradaban yang ada, tapi malah pembangunan kekerasan. Dari mulai kasus seorang anak yang bernama Mario telah menganiaya temannya bahkan adapula seorang remaja yang memperkosa temannya secara bergilir.


Seperti di tahun ini telah terjadi penganiayaan  yang dilakukan oleh seorang anak pejabat pajak, Mario Dandy Satriyo terhadap putra dari petinggi GP Ansor, Jonathan Latumahina. Penganiayaan tersebut dilakukan secara brutal oleh Mario yang terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB. (cnnindonesia[dot]com, 25/02/2023)


Tidak hanya kekerasan saja yang terjadi di negeri ini melainkan pemerkosaan pun mulai muncul lagi. Seperti kasus siswi SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan meninggal usai menjadi korban pemerkosaan beberapa rekannya. (Kompas[dot]com, 25/02/2023)


Mau dibawa kemana negeri ini dengan remaja yang bobrok akhlak dan akidahnya. Inilah bukti dari sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Bahkan saat ini untuk urusan kehidupan umum saja berasal dari akal manusia, padahal sudah jelas akal manusia itu terbatas.


Karena ketika sebuah aturan yang dibuat oleh manusia, jelas akan menghasilkan sebuah kepentingan pribadi yang menguntungkan para penguasa. Tidak hanya itu saja ketika sebuah sistem pendidikan berbasis sekularisme, maka sekolah tidak akan lagi menjadikan orientasi untuk menimba ilmu. Namun akan menghasilkan atau mencetak buruh terdidik semata. Kebijakan seperti ini merupakan penerapan sistem Kapitalisme, yang mengakibatkan anak-anak minus pemahaman agama. Dari mulai gagalnya sistem pendidikan saat ini yang untuk membentuk anak dalam kepribadian Islam, serta lemahnya peran keluarga yang seharusnya madrasah utama untuk meletakkan dasar perilaku terpuji.


Ketika banyak tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemuda negeri ini, menggambarkan bukti ada yang salah dalam sistem kehidupan saat ini. Yang seharusnya sebuah sistem kehidupan itu membimbing dan mengarahkan pemuda ke jalan yang lebih baik agar mereka tidak berbuat anarkis. Nyatanya berbanding terbalik. Mereka melupakan bahwa yang terpenting dalam hidup ialah keselamatan di akhirat kelak. Maka dengan begitu hanya Islamlah yang peduli dan mampu menyelesaikan masalah tersebut.


Berbeda sekali dengan sistem Islam dimana kurikulum pendidikan Islam disusun dalam rangka  membentuk kepribadian Islam, baik itu dari sisi akidah, tsaqafah, maupun itu penguasaan iptek. Sehingga membuat keimanan generasi semakin kuat, maka akan dengan sendirinya menghindari perbuatan anarkis, penganiayaan, bahakan pelecehan. 


Sistem Islam akan mengatur semua sistem sosial di negara ini dan akan menghasilkan generasi yang baik akidahnya. Dengan begitu akan terjalin interaksi yang produktif dan saling tolong-menolong. Juga akan terbangun umat manusia yang dilandasi oleh sebuah keimanan kepada Allah  Swt.. Bahkan tidak akan ada lagi seorang remaja yang menjalin hubungan-hubungan yang dilarang oleh hukum syarak.


Jika ada pelanggaran terhadap syariat Islam para pelaku akan dikenai sanksi Islam. Sebuah hukum akan diterapkan kepada mereka yang sudah mencapai usia balig. Seperti halnya kasus penganiayaan, maka akan diberikan sanksi berupa jinayah yaitu  hukuman setimpal yang disebut qishas katena telah membahayakan seseorang. Sementara untuk kasus kekerasan, qadhi (hakim) akan memberikan  sanksi berupa takzir.


Sementara untuk kasus rudapaksa, pelaku akan dikenai hudud zina ghairu muhsan (belum menikah) yaitu hukuman 100 kali cambuk dan diasingkan selama satu tahun. Maka sudah jelas sistem Islam mampu menyelesaikan masalah penyebab kenakalan remaja. Akhirnya anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi Muslim yang berkahlak mulia.


Dengan begitu, marilah kita semua menjadi salah satu dari bagian yang menjemput fase kehidupan yang gemilang selanjutnya. Yakni untuk berada di dalam naungan Islam sesuai manhaj kenabian. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.