Malapetaka Remaja Siswa SMP Pemakai Narkoba
OpiniSemua itu bukan sebuah kebetulan
tetapi hasil dari pendidikan sekuler sebagai asas ideologi kapitalisme
_____________________
Penulis Sri Wulandari
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kasus narkoba sampai detik ini makin meningkat. Jumlah pengguna yang tak pandang umur dan kelamin.
Baru-baru ini ditemukan sebanyak 15 anak SMP di Surabaya dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Hal itu diketahui ketika Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Jawa Timur melakukan tes urine secara acak di Jalan Kunti, Kecamatan Semampir, Surabaya.
Kawasan jalan Kunti juga dijuluki sebagai Kampung Narkoba. Di beberapa titik berjajar bedeng-bedeng kecil yang dibuat dari kayu beratapkan terpal. Tempat itu digunakan untuk transaksi narkoba dan pesta sabu.
Tidak hanya itu, BNN juga menemukan 203 paket kristal putih diduga narkotika jenis sabu, 222 butir pil warna hijau pil hello kitty diduga ekstasi, dan 29 butir pil bentuk lonjong warna orange, 22 butir pil bentuk warna hijau, 10 butir amprozolam. Ada pula alat isap sabu, berbagai korek api, dan dua buah senjata tajam. Dikutip detikjatim.com (21-11-25)
Melahirkan generasi emas tentu menjadi impian setiap bangsa dan umat. Hal tersebut menjadi sangat wajar sebab di tangan usia produktif pencapaian berbagai visi misi sebuah negara akan dapat terealisasi. Sebaliknya, sebuah negara memiliki sumber daya alam yang melimpah namun, sumber daya manusianya tidak produktif bahkan memiliki kecenderungan sifat perusak, kehancuran akan datang secara perlahan.
Melihat fakta generasi saat ini, terutama di negeri ini sungguh memprihatinkan. Bagaimana tidak, remaja saat ini sudah terjebak dalam pergaulan bebas. Mereka juga rata-rata telah terjerat narkoba dengan kualifikasi angka yang fantastis, yaitu pada tahun 2023 saja terdapat 1,86 juta remaja berusia 12 hingga 17 tahun, atau 7,2% remaja di seluruh negeri. Belum lagi kekerasan yang terjadi pada tindak kriminal semakin tak terkendali.
Remaja dalam Dekapan Kapitalisme Liberal
Kehidupan generasi di era sistem kapitalisme liberal sangat menjunjung tinggi nilai kebebasan secara mutlak termasuk dalam hal kebebasan bertingkah laku. Kondisi ini mengakibatkan hilangnya nilai keimanan dan arah tujuan hidup yang hendak dicapai sehingga mengantarkan remaja hari ini senantiasa diliputi dengan berbagai keburukan serta kemaksiatan, seperti narkoba, tawuran, dan pembegalan.
Selain itu, generasi juga lemah dalam mengendalikan dirinya ketika menghadapi persoalan termasuk kecemasan dan ketakutan. Hal ini diperparah dengan kondisi masyarakat saat ini yang individualis sehingga mengakibatkan daya kontrol masyarakat menjadi lemah dalam menjaga lingkungan sekitar.
Tidak sampai di situ, negara juga tidak begitu serius menangani masalah narkoba sampai ke akarnya. Bagaiamana tidak, hal ini bisa dilihat dari maraknya kasus kriminal dan peredaran narkoba yang makin hari makin merajalela. Mayoritas generasi juga terkungkung oleh gaya hidup alay dan sering kali mengikuti tren yang berasal dari media mainstream Barat.
Yang mana hal itu mengandung unsur kekerasan dan seks bebas yang berkelindan dengan konsumsi obat-obatan terlarang. Semua itu bukan sebuah kebetulan, tetapi hasil dari pendidikan sekuler sebagai asas ideologi kapitalisme menjadi penyumbang utama atas gagalnya sistem pembelajaran yang mengandung kurikulum bebas nilai. Pada akhirnya, negara tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk generasi yang berkepribadian Islam.
Output pendidikan sekuler telah nyata melahirkan generasi yang tidak tahu jati dirinya sebagai seorang muslim. Alhasil, generasi tidak paham bagaimana harusnya mereka berpikir dan bertindak yang baik dan benar sesuai misi penciptaan manusia, yakni sebagai khalifah fiil ardhi.
Tidak adanya lingkungan sosial yang sportif juga ikut berkontribusi dalam pembentukan generasi yang memiliki kejanggalan-kejanggalan dalam berperilaku. Apalagi dengan instrumen teknologi yang semakin maju membuat media hari ini bebas kontrol dan memuat berbagai pemikiran yang merusak generasi.
Butuh Penyikapan yang Sistematis
Dengan berbagai persoalan generasi yang makin kompleks, dibutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi secara komprehensif, yakni penerapan sistem Islam secara kafah. Mengapa demikian? Pasalnya, Islam hadir beserta pancaran aturan yang darinya dapat menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan manusia, termasuk permasalahan yang melingkupi generasi.
Adapun dalam hal penetapan kurikulum, sistem pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada penanaman nilai akademis, tetapi membentuk kepribadian Islam pada generasi. Dari sini, masyarakat akan memahami Islam tidak hanya mengatur masalah kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang membuat generasi dalam ketaatan.
Hal yang tidak kalah penting adalah keberadaan negara sebagai penerap hukum syarak, yakni sistem Islm akan mengontrol media sebagai sarana edukasi dan dakwah semata, bukan sebagai lahan komoditas tanpa memperhatikan lagi halal dan haram.
Syariat Islam akan menjadikan negara sebagai penanggung jawab segala urusan umat, termasuk membentuk kepribadian mulia generasi. Rasulullah saw. bersabda: “Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurusnya.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


