Teror Filisida Mengancam Perempuan Islam Pelindung Ternyaman
OpiniKasus-kasus para ibu yang tega mengakhiri hidupnya dan darah dagingnya tentu tidak bisa dilepas dari
rusaknya sistem kehidupan hari ini yang tidak berpihak kepadanya
________________________
Penulis Ummu Dida
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Realitas kehidupan kadang tak sesuai harapan. Begitu juga saat seorang insan memutuskan untuk hidup berumah tangga dengan seseorang yang dianggapnya mampu memberikan jaminan kebahagiaan di masa depan. Namun, ketika hal itu tak terpenuhi, haruskah diri ini putus asa dan memilih untuk pergi selamanya dari kehidupan?
Nyatanya, pilihan kedua itu yang diambil oleh seorang ibu muda berinisial EN (34). Warga desa Kampung Cae, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Ibu muda ini nekat mengakhiri hidupnya dengan alasan tak sanggup lagi hidup dengan suaminya.
Tragisnya, perempuan yang dikenal pendiam ini membawa kedua buah hatinya untuk “ikut” bersamanya. EN diduga memberikan racun kepada kedua bocah tak berdosa itu karena tidak rela jika anaknya harus menderita. (ANTARA.com, 08-09-2025)
Fakta-Fakta Tragis Lainnya
Kasus ibu muda yang putus asa dan nekat mengakhiri hidupnya tak hanya terjadi di satu daerah saja. Diberitakan dari laman yang sama pada 4-8-2025, masyarakat di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, dikejutkan dengan penemuan mayat dua bocah perempuan di Pantai Sigandu.
Dari keterangan yang berwajib kedua anak tersebut sengaja diajak oleh ibunya, VN (31) pergi ke pantai. VN kemudian mengajak mereka ke tengah laut. Tragis, keduanya tenggelam dan meninggal. Sementara dirinya justru selamat karena terseret ombak.
Sebelumnya, di tahun 2024, modus mengakhiri hidup dengan gantung diri juga menghebohkan warga Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Di sini, sang ibu dan anak perempuannya yang berusia 9 tahun ditemukan sudah tak bernyawa di kusen kamar. Sementara itu, anak lainnya bisa selamat karena tali yang mengikat lehernya tiba-tiba terlepas. (ANTARA.com, 24-10-2024)
Tanggapan Para Pemerhati Anak dan Perempuan
Banyaknya kasus bunuh diri yang terjadi di tengah keluarga memaksa para pengamat perempuan untuk ikut angkat bicara. Salah satunya datang dari Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan (KPAI) yang diwakili oleh Diah Puspitarini. Diah menyatakan bahwa kasus bunuh diri yang terjadi di Bandung masuk dalam kategori filisida maternal, yaitu pembunuhan anak oleh ibunya sebelum dirinya bunuh diri.
Sementara itu, Psikolog Klinis Forensik A Kasandra Putranto memberikan penjelasan tentang filisida dan penyebabnya. Menurutnya faktor kejiwaan, tekanan ekonomi, pandangan masyarakat, dan terbatasnya akses kesehatan mental menjadi pemicunya. (Metrotvnews.com, 09-09-2025)
Ada Apa dengan Para Ibu?
Berkaca dari kasus di atas, tentu harus ada langkah nyata yang benar-benar mampu menjaga kaum perempuan terutama ibu rumah tangga. Pasalnya, mereka ini sangat mudah terbawa perasaan putus asa.
Lantas, apa sebenarnya yang tengah melanda para pendidik generasi? Mengapa mereka begitu mudahnya memutuskan untuk bunuh diri dan tega mengakhiri hidup sang buah hati? Lalu, bagaimana pandangan Islam terkait permasalahan ini?
Naluri yang Terkikis Keadaan
Tindakan filisida yang dilakukan oleh para ibu tersebut sejatinya sebuah pelarian dari masalah yang menderanya. Kondisi tersebut membuatnya begitu takut jika anaknya menderita. Semua itu menjadi penyebab seorang ibu merasa tidak rela hingga membuatnya gelap mata.
Siapa pun pasti tidak akan pernah meragukan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Pasalnya, kasih sayang yang dimilikinya selalu berlimpah sepanjang hayatnya. Menjadi sesuatu yang mengerikan saat ada kasus seorang ibu yang tega melakukan pembunuhan berencana.
Tumbal Sistem yang Sakit
Kasus-kasus para ibu yang tega mengakhiri hidupnya dan darah dagingnya tentu tidak bisa dilepas dari rusaknya sistem kehidupan hari ini yang tidak berpihak kepadanya. Sebaliknya, kaum perempuan termasuk para ibu justru jadi tumbal sistem sakit yang membuatnya selalu merasa panik dan menderita.
Sakitnya sistem hari ini membuat para ibu kelimpungan. Mereka begitu pusing dalam menyiasati keuangan keluarga di tengah-tengah banyaknya kebutuhan rumah tangga yang terus mengalami kenaikan. Belum lagi biaya pelayanan yang harus dipenuhi dan dibayarkan. Hal itu makin diperparah dengan masalah rumah tangga yang melibatkan pasangan.
Semua persoalan yang datang bukan karena faktor kebetulan. Namun, ada campur tangan dari akal manusia yang penuh kelemahan dalam membuat sebuah aturan. Hal itu yang menjadi sumber sakitnya jiwa seseorang karena tercekik berbagai macam persoalan. Alhasil, solusi yang ditawarkan justru memperparah keadaan.
Islam Memuliakan Perempuan
Rentetan permasalahan yang membelenggu kaum perempuan tentu akan terselesaikan saat Islam dihadirkan sebab semua yang ada di dalamnya sudah meliputi semua aspek kehidupan. Di sini kaum perempuan dilindungi dan dijaga dengan sangat maksimal.
Islam menetapkan bahwa kaum perempuan tidak wajib mencari nafkah sebab kewajiban tersebut dibebankan khusus kepada laki-laki termasuk kepala keluarga. Sesuai firman Allah Swt.: ”Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut." (TQS. Al-Baqarah [2]: 233)
Demikian, ketika ibu dalam kondisi hamil atau pun menyusui. Mereka akan diberi keringanan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan karena boleh menggantinya di bulan-bulan yang lain. Dalil di atas merupakan bentuk penjagaan Islam yang memuliakan kaum perempuan. Hal itu menunjukkan betapa aturan Islam yang datang dari Zat Yang Maha Penyayang sempurna dalam segala hal.
Peran Negara dalam Islam
Islam sudah begitu sempurna dalam memberikan jaminan dan perlindungan kepada kaum perempuan. Hanya saja, dibutuhkan sebuah institusi hakiki yang akan merealisasikan semua itu dalam kehidupan. Institusi inilah yang akan memastikan kebutuhan semua orang.
Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi semua laki-laki termasuk suami maupun ayah agar bisa memberikan nafkah kepada keluarganya. Dengan demikian, kaum ibu bisa nyaman dan maksimal dalam mendidik anak-anaknya karena tidak dipusingkan dengan tingginya biaya kebutuhan hidup.
Hal yang sama akan dipenuhi oleh negara terkait penyediaan pelayanan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Semua itu akan disediakan secara mudah, murah, bahkan gratis agar rakyat tidak lagi kesulitan dalam mengakses semua bentuk pelayanan yang dibutuhkan.
Demikianlah peran dan fungsi negara yang sesungguhnya di dalam Islam sebab kepengurusan rakyat dan kesejahteraannya merupakan tanggung jawab negara yang dipimpin oleh seorang kepala negara atau imam. Sesuai sabda Rasulullah saw.: ”Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat. Dia akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya.” (HR. Bukhari)
Khatimah
Kehadiran negara yang menerapkan Islam menjadi begitu penting. Namun, keberadaannya hanya akan terlihat nyata saat seluruh hukum Islam diambil untuk mengatur kehidupan. Dengan demikian, beragam masalah yang menerpa umat muslim bisa cepat terselesaikan, termasuk fenomena filisida maternal yang mengancam kaum perempuan.
Untuk mewujudkan hal itu, tentu dibutuhkan adanya perjuangan dan aktivitas dakwah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Semoga kasus-kasus di atas tidak akan pernah ada. Dengan begitu, para ibu bisa fokus, maksimal, dan nyaman dalam mendidik generasi muda Islam yang tangguh serta bertakwa. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]