Program Magang Nasional dan Visi Lulusan Perguruan Tinggi yang Dangkal
OpiniProgram magang ini juga menunjukkan kedangkalan visi lulusan perguruan tinggi
yaitu mencetak tenaga kerja siap pakai sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri
_________________________
Penulis Amriane Hidayati
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Bank dunia merilis laporan World Bank East Asia and The Pacific Economic Update October 2025: Jobs dan mengungkap bahwa satu dari tujuh anak muda di China dan Indonesia menganggur. Padahal di Indonesia terdapat lonjakan penduduk yang sejatinya membentuk potensi kerja yang mampu mengubah peta pasar di kawasan Asia Timur dan Pasifik. (cnnindonesia.com, 08-10-2025)
Sementara itu, pemerintah baru saja meluncurkan Program Magang Nasional 2025, yaitu magang berbayar bagi lulusan baru maksimal 1 tahun (fresh graduate). Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mencatat per tanggal 13 Oktober telah ada 1.147 perusahaan yang terdaftar dan membuka lowongan magang berbayar ini dan sudah ada 104.711 peserta yang memenuhi syarat untuk ikut dalam program ini. (nasional.kontan.co.id, 13-10-2025)
Program magang nasional 2025 diluncurkan dalam rangka meningkatkan kompetensi, pengalaman kerja, dan kesempatan kerja di berbagai sektor industri strategis bagi lulusan perguruan tinggi dengan dukungan pemerintah untuk membayar upah selama masa magang. Progam magang kerja ini merupakan bagian dari paket ekonomi pemerintah yang akan dijalankan di kuartal IV 2025. (nasional.kontan.co.id, 06-10-2025)
Pemerintah menargetkan 100.000 lulusan perguruan tinggi (fresh graduate) untuk program magang berbayar yang akan dibagi menjadi 2 tahap. Pada tahap pertama sudah dibuka dengan kuota peserta magang sebanyak 20.000 orang dan tahap kedua akan dimulai pada pada pertengahan November dengan target 80.000 peserta magang. (cnbcindonesia.com, 13-10-2025)
Peserta magang diberikan uang saku Rp3,3 juta per bulan atau setara Upah Minimum Provinsi (UMP) sesuai daerah tempat mereka bekerja selama periode magang enam bulan. (cnbcindonesia.com, 02-10-2025)
Program Magang Nasional 2025 Solusi untuk Masalah Pengangguran?
Dalam kesempatan yang lain Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof Zuly Qodir memberikan pandangan kritis terkait inisiatif pemerintah ini dan menilai program magang nasional ini menyimpan dilema.
Prof Zuly memaparkan jika Program Magang Nasional memang dapat menjadi jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Namun di sisi lain, ada potensi eksploitasi terhadap para fresh graduate yang minim daya tawar dan belum memiliki daya kritis sehingga lulusan baru ini menjadi kelompok rentan eksploitasi tenaga kerja. (detik.com, 29-09-2025)
Di samping itu, dalam relasi ketenagakerjaan, pekerja terutama lulusan baru sering kali berada di posisi lemah di hadapan pemilik modal atau pemilik perusahaan. Bagi masyarakat dan para lulusan baru perguruan tinggi, program magang tampak memberi angin segar, karena dianggap mampu memfasilitasi para lulusan baru yang saat ini ingin bekerja.
Namun faktanya, program ini tidak mampu mengatasi akar persoalan pengangguran di Indonesia. Pasalnya, tingginya angka pengangguran terjadi karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak dan merata. Jika ditelisik lebih dalam, dunia industri saat ini sedang dilanda badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat tekanan ekonomi global, efisiensi biaya, dan juga dampak dari kemajuan teknologi dan digitalisasi.
Program magang ini juga menunjukkan kedangkalan visi lulusan perguruan tinggi, yaitu mencetak tenaga kerja siap pakai sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri sehingga paradigma yang dipakai adalah knowledge based economy (KBE) yang merupakan usungan kapitalisme, di mana menjadikan pendidikan sebagai basis pertumbuhan ekonomi.
Akibatnya, sistem pendidikan kita saat ini kehilangan arah dan spirit keilmuan dalam membentuk lulusannya. Kurikulum di perguruan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri, sedangkan negara absen dalam membentuk visi pendidikan tinggi. Negara hanya berperan sebagai fasilitator yang bertugas memudahkan terjalinnya kerja sama perguruan tinggi dengan para pemilik modal (stakeholder).
Pendidikan Tinggi dalam Islam
Dalam Islam, pendidikan tinggi merupakan suatu upaya yang sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis dengan tujuan untuk membentuk manusia yang memiliki kepribadian islam, menguasai pemikiran Islam, serta menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/IPTEK), serta memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna sehingga mampu melahirkan pakar, ilmuwan, maupun peneliti yang dapat memberikan kemaslahatan dan solusi bagi berbagai permasalahan umat.
Selain itu, negara memiliki peran bukan sebagai fasilitator dan regulator saja, tetapi Islam mewajibkan negara (Khil4fah) untuk mengambil tanggung jawab sebagai pengurus rakyat, dalam hal ini pemerintah wajib menyediakan lapangan pekerjaan yang layak dan merata, menyediakan sarana prasarana, serta iklim usaha yang kondusif.
Maka, wajar jika pendidikan islam mampu melahirkan sosok ilmuwan hebat seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Khalid Bin Yazid dan masih banyak lainnya. Pendidikan tinggi dalam Islam berorientasi pada dedikasi untuk kemaslahatan umat. Ilmu yang dikuasai dan karya terbaik kelak dipersembahkan untuk Islam. Karena dalam Islam, ada 3 hal yang tidak akan terputus setelah seseorang meninggal dunia, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila manusia itu meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakan kepadanya.” (HR. Muslim)
Demikianlah sistem Islam, melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang mampu menopang peradaban selama 13 abad lamanya. Maka sudah seharusnya kita kembali kepada sistem ini agar mampu menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan termasuk mengurai masalah pengangguran dan mencetak lulusan perguruan tinggi yang memiliki visi membangun peradaban emas, tidak hanya berorientasi pada dunia saja, tetapi juga memiliki visi untuk akhirat. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]


