Pengaruh Buruk Konten Quotes pada Kehidupan Seorang Muslim
Surat PembacaKonten quotes yang berisi kata-kata mutiara dianggap memberikan harapan, inspirasi, dan petuah bijak
terhadap masalah hidup sehingga banyak yang menyukainya
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA-Media sosial sangat erat sekali dengan kehidupan. Berbagai konten dibuat semenarik mungkin. Salah satu konten yang sangat diminati berupa kata-kata mutiara atau quotes.
Konten ini dianggap memberikan harapan, inspirasi, dan petuah bijak terhadap masalah hidup. Tentu saja dengan menambahkan desain menarik dan latar belakang lagu yang pas, membuat konten quotes sangat mudah disukai. Tak sedikit yang langsung membagikan karena dinilai mewakili dengan perasaan dan kondisi pembacanya. (Idxchanel.com, 25-02-2025)
Salah satunya adalah konten yang berisi quotes dengan tema kesepian. Memang patut diakui bahwa saat ini seringkali orang merasa kesepian. Secara umum, penyebabnya adalah akibat tatanan hidup yang sekuler. Di mana orang-orang menjadi lebih sangat individualis padahal fitrahnya manusia itu makhluk sosial. Alhasil, adanya quotes di media sosial seperti oase di padang pasir.
Ditambah lagi, sistem alogaritma di media sosial seringkali menyuguhkan konten yang diminati oleh penggunanya berdasarkan dari lamanya video yang ditonton, disukai, dikomentari, dan dibagikan. Jika seseorang menonton video sampai selesai misalnya, maka kemungkinan besar alogaritma tersebut akan menyuguhkan konten yang serupa. Alhasil, jika ada yang menyukai konten yang berisi quotes kesepian maka dia akan terus disuguhkan konten-konten yang semisal. Sisi positifnya konten tersebut dinilai memberikan harapan dan inspirasi, tetapi di sisi lain banyak efek negatif yang seringkali jarang disadari.
Pertama, konten quotes tersebut seringkali tidak dibuat oleh orang yang memiliki keahlian di bidangnya. Seperti konten quotes psikologi yang bisa saja tidak dibuat oleh orang yang memiliki kepakaran dalam bidang psikologi. Kemudian dibaca oleh umum dengan beragam konteks hidup sehingga memiliki celah yang besar untuk disalahartikan, kebenarannya sulit dipertanggungjawabkan.
Kedua, seseorang akan mendapatkan validasi instan yang bersifat emosional ketika membaca dan meresapi konten quotes. Alih-alih mencari solusi dari masalah yang dihadapi, dia malah akan sibuk mencari di medsos kata-kata yang cocok dengan apa yang dia rasakan. Lama kelamaan akan merasa ketergantungan dan bias untuk menyelesaikan masalah di dunia nyata.
Jika seseorang merasa kesepian misalnya, maka dia akan makin terjebak dalam kesepian tersebut. Merasa kesepiannya divalidasi oleh berbagai quotes sehingga makin nyaman dalam kesendirian, akhirnya teralienasi dan sedikit demi sedikit mengganggu kestabilan mentalnya. Hal tersebut bisa saja mendorong seseorang untuk membangun tembok yang tinggi dan makin terisolir dari realitas masyarakat.
Dalam konsep Islam, kepedulian terhadap sesama adalah bagian dari keimanan. Memang diakui bahwa kesepian bisa saja menghinggapi siapa pun. Hanya saja, Islam telah memberikan panduan yang jelas agar setiap muslim senantiasa mengaitkan amalnya dengan Allah Swt. sebagai Al-Khalik, sehingga jiwanya tidak merasa kosong dan sepi. Setiap amalnya selama mengarungi hidup senantiasa diawasi oleh Allah Swt.. Setiap mengalami kesedihan, dia kembali pada Allah.
Saat seorang muslim merasa kesepian maka itu artinya adalah momen yang tepat untuk kembali pada Al-Qur'an. Salah satunya dengan mentadaburi ayat-ayat Al-Qur'an sehingga memberikan kekuatan besar untuk menghadapi berbagai masalah hidup.
Dalam surah Ar-Ra'd ayat 28 yang menyatakan bahwa, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram."
Sayangnya, sekularisme membuat konsep keimanan sebagai sebuah konsep suci semata tanpa bisa diaplikasikan dalam hidup karena sejak awal sudah pesimis terhadap Al-Qur'an. Al-Qur'an dinilai tidak bisa menyelesaikan masalah hidup. Al-Qur'an hanya dibaca di momen tertentu saja.
Sekularisme memang jahat karena merusak mental seseorang dalam menghadapi kehidupan. Sekularisme memandang kehidupan itu harus dipisahkan dari agama. Ditambah penggunaan medsos yang jauh dari keimanan memberikan pengaruh buruk pada peran seorang muslim dalam menjalani hidupnya baik secara individu ataupun bermasyarakat.
Penggunaan medsos tanpa keimanan membuat seseorang terjebak dalam masalah pribadi dan enggan memberikan perhatian pada masyarakat. Dalam Islam, ada perintah untuk peduli pada sesama: "Barangsiapa yang bangun di pagi hari tetapi tidak memikirkan kepentingan umat Islam, maka dia bukan termasuk umatku." (HR. Muslim)
Wallahualam bissawab. [Luth/MKC]
Dien Kamilatunnisa