Alt Title

Jihad Mengakhiri Perang P4lestina Bukan Solusi Dua Negara

Jihad Mengakhiri Perang P4lestina Bukan Solusi Dua Negara



Dengan demikian, kita memahami sesungguhnya yang menjadi penjajah itu adalah Zion*s yang selama ini melakukan tindakan genosida terhadap penduduk P4lestina

sehingga jelas solusi dua negara merupakan tindakan bodoh yang melanggengkan eksistensi penjajah

_________________________


Penulis Anastasia S.Pd. 

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - P4lestina adalah tanah leluhur para Nabi. Tanah yang diberkahi karena menyimpan sejarah panjang orang-orang saleh yang berjuang memurnikan agama Allah. Mereka adalah teladan sepanjang masa, bagi siapa saja yang mau mengikuti jalan perjuangannya. Maka tak heran hingga detik ini, tanah P4lestina menghasilkan generasi-generasi pejuang penjaga yang siap mengorbankan darah untuk mensucikan Masjid Al-Aqsa dari tangan penjajah Zionis. 


Perang yang terus berlangsung, tentara Zion*s telah membunuh sekitar 100 warga P4lestina setiap harinya di Jalur G4za itu merupakan jumlah korban yang meninggal di luar kelaparan dan keterbatasan akses perawatan medis. Demikian pernyataan resmi Badan PBB untuk Pengungsi P4lestina (UNRWA) pada hari (time.co.id, 01-10-2025).

 

Sejak Oktober 2023, lebih dari 66.100 warga P4lestina dilaporkan tewas dengan mayoritas korban merupakan perempuan dan anak-anak. Serangan militer yang terus berlanjut telah mengakibatkan G4za menjadi wilayah yang tidak layak huni dan memicu krisis kelaparan massal.


Tentu kondisi G4za mendapatkan perhatian dari berbagai negara di belahan dunia. Banyak dari negara-negara barat yang tumpah ke jalan menentang aksi perang yang berujung genosida. Namun, hingga detik ini tak satu pun dari negara-negara muslim atau pun Barat yang dapat memberikan solusi mengakhiri perang sampai ke akarnya. 

 

Begitu pun, dengan apa yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto yang mendukung penyelesaian konflik P4lestina dan Isra*l melalui implementasi solusi dua negara (two-state solution). Hal itu ia sampaikan dalam dua forum di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat, pada 22–23 September 2025. (detik.com, 24-09-2025)


Hal demikian, tentu  merupakan pengkhinatan terhadap perjuangan dari saudara-saudara kita di P4lestina. Solusi dua negara tak jauh beda dengan mengakui eksistensi negara penjajah. Fakta sejarah, tanah P4lestina adalah milik kaum muslim, mereka yang menginginkan solusi dua negara, sejatinya mereka tidak memahami akar sejarah yang benar. Maka dari itu sebagai bagian dari kaum muslim, kita memiliki tanggung jawab untuk memahamkan sejarah yang sebenarnya. 


Sejarah Panjang P4lestina


Sejatinya, solusi dua negara adalah topeng Zion*s dalam menutupi penjajahannya di P4lestina, tentu selama ini Amerika merupakan sponsor utama yang mendukung penjajah tersebut. Fakta sejarah, P4lestina merupakan wilayah dari kekuasaan yang berada di bawah wewenang Turki Utsmani. Dalam kekuasaan Islam, P4lestina berada dalam keamanan dan kedamaian, hal ini terbukti dengan situs-situs sejarah agama nasrani atau pun yahudi yang masih terjaga dan dikunjungi oleh peziarah dari seluruh dunia. 


Awalnya P4lestina merupakan bagian dari tanah Syam yang sudah ditaklukkan pasa masa Khalifah Umar bin Khathab sehingga statusnya merupakan tanah kharajiyah. Alhasil, dari segi zatnya, tanah P4lestina adalah milik kaum muslim selamanya. Kepemilikan seluruh kaum muslim di sini adalah atas fisik tanahnya. Adapun manfaatnya, dimiliki oleh penduduknya sehingga kepemilikan tanah P4lestina, tidak bisa dimonopoli oleh kekuatan mana pun, status tanah kharaj itu tetap hingga hari kiamat dan atasnya ada kewajiban kharaj sesuai ketentuan hukum syariat. 


Begitu pun pada masa kekuasaan Turki Utsmani, status P4lestina tetap sama, menjalankan statusnya sesuai ketentuan syariat. Namun, semua kedamaian itu sirna, tatkala bencana penjajah datang pada 1892 sekelompok Yahudi Rusia, mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan izin tinggal di P4lestina. Permintaan tersebut, mendapatkan pertentangan, dengan memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di P4lestina.

 

Mendengar jawaban seperti itu, kaum Yahudi marah sehingga duta besar Amerika turut campur tangan. Pada 1896 Theodor Herzl datang kembali, menemui Sultan Abdul Hamid II meminta izin membangun gedung di Al-Quds. Permintaan itu kembali dijawab Sultan dengan penolakan yang keras. Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan tersebut sebab itu simpanlah kekayaan kalian dalam dompet kalian sendiri, tegas Sultan.


Segala daya upaya telah dikerahkan oleh mereka untuk mendapatkan tanah P4lestina dengan mengadakan kampanye dan narasi sesat, semata-mata untuk mencari dukungan politik dan dunia. Sampai akhirnya mereka menyadari bahwa, kekuatan terbesar yang melindungi P4lestina adalah kekuasaan Islam yang diterapkan dalam sebuah negara. Maka dari itu, mereka berupaya bekerja keras,  membangun sekutu dengan negara Barat yang memang jelas-jelas mereka sangat membenci kekuasaan Islam, untuk menghancurkan kekuasaan Islam.

 

Tentu, Barat atau pun Zion*s tidak pernah akan merasa lega, sebelum kekuasaan Islam lenyap hancur. Oleh karena itu, mereka dengan perjuangannya telah mampu menghancurkan kekuasaan Islam dan membagi-bagi wilayah jajahan, sesuai dengan kesepakatan penjajah. Kala itu P4lestina berada dalam kekuasaan Inggris, dan Inggris memberikan tanah P4lestina kepada orang Yahudi. Hingga akhirnya, sekarang Amerika telah menggantikan posisi Inggris, sebagai negara adidaya pendukung terhadap aksi Zion*s.


Dengan demikian, kita memahami sesungguhnya yang menjadi penjajah itu adalah Zion*s yang selama ini melakukan tindakan genosida terhadap penduduk P4lestina sehingga jelas solusi dua negara merupakan tindakan bodoh yang melanggengkan eksistensi penjajah. 


P4lestina Merdeka dengan Islam 


Jihad di bawah kekuasaan Islam adalah solusi hakiki, mengakhiri penjajahan Zion*s. Jihad adalah aktivitas politik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., melawan kekuasaan yang zalim. Kita pun belajar kepada sejarah bagaimana kekuasaan Islam melawan para pemberontak Yahudi yang selalu mengkhianati perjanjian politik padahal mereka sudah diikat oleh kekuasaan Rasulullah saw.. Namun, hati mereka tidak bisa menyimpan kebencian dan terus menerus melakukan kezaliman. Maka dari itu Rasulullah saw., bersikap tegas melakukan pengusiran. Sifat yahudi pantas mendapatkan laknat sebagaimana disebutkan dalam ayat,


لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ,كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ


“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79)


Maka dari itu, untuk mampu membungkam Zion*s, kita membutuhkan kekuasaan Islam yang diterapkan oleh negara. Dengan begitu, jihad akan diemban oleh negara yang dapat mengerahkan tentara membebaskan P4lestina dari tangan penjajah. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]