G4za Kian Menderita Adakah Solusinya
Opini
Dalam konteks G4za, jihad berarti upaya nyata untuk membebaskan rakyat dari blokade dan pembantaian
Bukan hanya dengan diplomasi atau bantuan kemanusiaan semata, tetapi diperlukan dukungan militer yang sah yang dipimpin oleh otoritas yang legitim (sah)
_________________________
Penulis Vina
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA. com, OPINI - Kejahatan Isra*l terhadap P4lestina kian hari makin nyata dan belum menampakkan tanda akan berhenti. Serangan bom yang menargetkan warga sipil, penghancuran rumah, sekolah, dan rumah sakit, hingga blokade bantuan kemanusiaan, semuanya adalah bukti bahwa ini bukan konflik biasa, melainkan genosida yang direncanakan.
Perdana Menteri Isra*l Benjamin Netanyahu terang-terangan memerintahkan pasukan untuk merebut Kota G4za. Ia mendesak warga sipil segera mengungsi ke selatan, sambil memperingatkan adanya “badai dahsyat” bagi mereka yang bertahan di tempat tinggalnya (Republika, 2025). Pernyataan ini mengungkap dengan jelas tujuan Isra*l untuk mengusir penduduk G4za dari tanah mereka sendiri, sebuah praktik pembersihan etnis yang berkali-kali mereka lakukan sejak 1948.
Dukungan Trump dan Diamnya Penguasa Arab
Dalam lanskap geopolitik global, tidak bisa dimungkiri pengaruh Amerika Serikat sangatlah besar. Donald Trump dan pendukung garis kerasnya terus menyerukan agar Isra*l segera menguasai G4za dan melakukan operasi militer penuh tanpa kompromi. Dukungan ini menjadi angin segar bagi Isra*l yang mendorong mereka untuk melangkah lebih agresif karena merasa memiliki perlindungan politik. Mereka makin percaya diri untuk melanggar batas-batas moral, kemanusiaan, dan aturan internasional. Dunia pun kembali dibuat tidak berdaya menghadapi hegemoni politik global yang membiarkan genosida berlangsung di depan mata.
Kondisi ini diperparah oleh diamnya penguasa negeri-negeri Arab, negeri yang paling dekat dengan pusat konflik tersebut. Mereka sering kali memilih bersikap “netral” bahkan tak jarang malah bekerja sama secara politis atau ekonomi dengan Isra*l. Dalam banyak kasus, koridor evakuasi atau rute bantuan ke G4za ditutup oleh negara-negara Arab sendiri karena tekanan diplomatik atau dengan dalih menjaga stabilitas regional.
Diamnya dunia internasional pun tak kalah menyakitkan. PBB sebagai Dewan Keamanan dunia terlihat “macet” dan berkutat pada kecaman-kecaman lemah tidak berarti. Sikap ini pada akhirnya memberi “izin terselubung” kepada Isra*l untuk melanjutkan aksinya. Isra*l tahu bahwa tidak akan ada sanksi serius, tidak akan ada intervensi nyata. Justru keheningan itulah yang membuat mereka makin berani menambah tingkat kejahatan.
Solidaritas Global dan Kemanusiaan
Berbeda dari sikap para penguasa dunia, umat manusia di berbagai belahan dunia tidak lagi tinggal diam. Mereka mengumpulkan dana, bantuan medis dan pangan, lalu mengorganisir misi kemanusiaan yang berani seperti Global Sumud Flotilla. Misi ini melibatkan lebih dari 50 kapal dari sekitar 44 negara yang mencoba menembus blokade laut Isra*l dan menyampaikan bantuan langsung ke G4za. Kapal-kapal ini membawa makanan, obat-obatan, air bersih, dan tenaga medis, mereka berlayar dalam semangat perdamaian dan keteguhan terhadap penderitaan warga Gaza (RRI, 2025).
Misi ini menjadi simbol keberanian dan solidaritas rakyat dunia yang sudah tidak lagi bisa menoleransi kekejaman Isra*l. Namun perjalanan mereka tidaklah mudah, beberapa kapal dilaporkan mendapat gangguan drone hingga mendapat ancaman akan dicegat oleh pasukan Isra*l. Para penyelenggara mengecam keras upaya kriminalisasi tersebut dan menegaskan misi kemanusiaan mereka sesuai dengan hukum internasional dan Konvensi Jenewa (MINA News, 2025). Solidaritas ini menunjukkan bahwa ada hati-hati nurani manusia di berbagai negara yang masih hidup.
Segala hal yang dibawa oleh misi tersebut mulai dari bantuan medis, pangan, hingga air bersih tentu sangat penting bagi warga G4za saat ini. Akan tetapi, mari kita mencoba jujur dan sadari bahwa itu semua hanya menunda penderitaan, bukan menghentikan akar masalah. Setiap kali bantuan masuk, jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan kerusakan yang ditimbulkan serangan Isra*l. Masalah G4za bukan sekadar kemanusiaan, ini masalah penjajahan, politik, dan militer. Kebrutalan Z*onis hanya bisa dihentikan dengan aksi tegas dan nyata dalam perlawanan.
Solusi Islam: Jihad Fii Sabilillah
Islam menawarkan solusi yang jelas terhadap kezaliman semacam ini. Allah Swt. berfirman: “Dan perangilah mereka hingga tidak ada lagi fitnah, dan (hingga) agama hanya untuk Allah.” (QS. Al-Anfâl: 39)
Ayat ini menunjukkan bahwa perlawanan terhadap penindasan adalah kewajiban. Jihad fii sabilillah bukan sekadar “perang fisik” dalam artian kasar, tetapi sebuah perjuangan terorganisir yang diizinkan dalam kerangka syariat untuk membela kaum tertindas, menjaga kehormatan umat Islam, dan menghentikan kezaliman.
Dalam konteks G4za, jihad berarti upaya nyata untuk membebaskan rakyat dari blokade dan pembantaian. Bukan hanya dengan diplomasi atau bantuan kemanusiaan semata, tetapi diperlukan dukungan militer yang sah yang dipimpin oleh otoritas yang legitim (sah). Tidak sembarangan melakukan kekerasan dan tidak menyerang warga sipil yang tidak bersalah, melainkan sebuah perjuangan terukur yang berlandaskan syariat Islam.
Umat Harus Menuntut Lebih
Hari ini umat Islam di seluruh dunia masih banyak yang sebatas menggalang dana, mengirim bantuan, atau membuat aksi solidaritas. Itu semua baik, tetapi belum cukup. Umat harus meningkatkan tuntutannya, agar para pemimpin muslim tidak berhenti pada diplomasi lemah. Apa yang bisa umat perjuangkan?
1. Mendesak negara-negara muslim untuk memutus segala bentuk kerja sama dengan Isra*l dan memberikan tekanan militer kepada mereka.
2. Boikot total secara ekonomi, politik, dan budaya terhadap Isra*l dan sekutunya.
3. Mobilisasi dakwah dan pendidikan agar umat memahami bahwa melawan kezaliman bukan pilihan, melainkan kewajiban.
4. Mendukung terbentuknya negara yang menerapkan syariat Islam (Khil4fah) sebagai pelindung umat Islam di seluruh dunia, agar tidak ada lagi yang menodai kehormatan kaum muslim.
Jika tuntutan ini terus bergema dan makin besar, maka para penguasa tidak bisa lagi berlindung di balik alasan diplomasi semu. G4za hari ini adalah cermin kemanusiaan dunia. Zion*s terus melakukan genosida, Trump dan sekutunya memberi dukungan, penguasa Arab banyak yang berkhianat, dan dewan dunia memilih diam. Sementara itu, solidaritas global dan misi kemanusiaan menunjukkan harapan, meski belum cukup untuk menghentikan kebiadaban.
Kita harus menyadari solusi kemanusiaan saja tidak akan menyelamatkan G4za. Islam telah menawarkan jalan syar’i: jihad fii sabilillah. Umat harus menuntut lebih agar para pemimpin muslim berani mengambil langkah nyata karena membela G4za bukan sekadar urusan politik, tetapi kewajiban agama dan kemanusiaan. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]