Ekonomi Kapitalis Membentuk Manusia Berkarakter Sadis
OpiniDalam sistem kapitalis, masyarakat hanya mimpi bisa hidup sejahtera
Kenyataannya hidup sengsara yang menakutkan bagi orang miskin sehingga gelombang bundir marak terjadi
__________________________
Penulis Ummu Bagja Mekalhaq
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Seorang ibu berinisial EN diduga mengakhiri nyawa dua anaknya dan kemudian bunuh diri karena kesulitan ekonomi di kampung Cae, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat 06 September 2025. Bupati Bandung, Dadang Supriatna merespons tragedi ini dengan menginstruksikan camat dan kepala desa aktif meninjau kondisi warga. (kompas.com, 06-09-2025)
Sederet berita viral pada bulan September 2025, terutama tragedi bundir yang terjadi di Banjaran kabupaten Bandung membuat masyarakat kaget dengan berita tersebut. Sebut saja EN, mengakhiri hidupnya dengan meninggalkan luka perih yang diungkap via surat lusuh yang isinya sungguh menyesakan dada dan menyakitkan hati.
Kalimat yang tertulis bukan sekedar rangkaian kata. Namun, isi batin yang terluka kesekian kalinya. Lalu bom waktu mengguncang kejadian dahsyat di luar nalar, yakni bundir. Artinya, saat rasa sakit dipendam lama dan tidak mampu berkomunikasi dengan keluarga atau siapapun yang dapat dipercaya. Makin bertumpuk menguasai hati dan pikiran, hingga berubah menjadi tindakan nyata, yakni bundir seperti yang dilakukan ibu EN.
Dengan terlebih dulu membunuh kedua anak kandungnya dengan alasan takut sengsara seperti orang tuanya, astaghfirullah. Mengapa bundir terus terjadi dan datang silih berganti? Dari kasus bundir tersebut, ada ibrah (pelajaran) yang bisa diambil yakni, bahwa hidup ini harus punya tujuan yang jelas. Sesuai firman Allah, yang artinya: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah (TQS. Adzarriyat: 65).
Ketika fokus hidup kita untuk beribadah, kita akan survive dalam mengarungi kehidupan. Jika tujuan hidupnya sudah benar hanya untuk beribadah ditambah bersemangat untuk menambah ilmu, kita akan kuat.
Ketika bertambah ilmu, bertambah pula amal yang didasari keimanan yang kuat yang melahirkan kekuatan jiwa dan fisik. Mampu bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Sebaliknya, jika hidup tidak ada tujuan yang jelas akan malas mencari ilmu, berpengaruh pada ruhiah atau keimanan lemah, fisik dan mental lemah.
Tentu, itu akan berimbas pada ketidakmampuan menghadapi beragam problem hidup. Bisa saja, saat diuji keburukan tidak sabar, berprasangka buruk pada Allah, menyalahkan takdir, dan berputus asa dari rahmat Allah sehingga mengambil jalan pintas mengakhiri hidup dengan bundir.
Bundir ini dipicu oleh problem yang komplek. Mulai kemiskinan, masalah utang pinjol, judol dan maksiat lainnya. Bundir ini pun dipicu oleh ketidakpedulian sesama anggota keluarga terdekat, lingkungan masyarakat atau sosial yang individualis. Alhasil, sulit untuk mengomunikasikan beban hidup yang dialami.
Ingat, yang paling relevan bundir pun terjadi karena rusaknya tatanan sosial. Ada golongan kaya dan miskin, yang kaya sering dihormati dipuji-puji karena berlimpah harta. Sedangkan, golongan ekonomi lemah, miskin tidak serius diurus oleh negara. Dengan tidak mendistribusikan langsung pemberian harta untuk rakyat perindividu sehingga kemiskinan ini sengaja dibentuk oleh para kapitalis yang berwatak rakus.
Dalam sistem kapitalis, masyarakat hanya mimpi bisa hidup sejahtera. Kenyataannya hidup sengsara yang menakutkan bagi orang miskin sehingga gelombang bundir marak terjadi.
Bobroknya Sistem Ekonomi Kapitalis
Dari sistem kapitalis ini lahir segelintir orang kaya dan serakah, menguasai kekayaan alam/SDA sehingga harta hanya beredar pada pemilik modal besar (kapitalis). Adapun bagi orang miskin yang tidak memiliki modal, tidak bisa bertahan hidup karena keterbatasan harta.
Bahkan, untuk sekadar memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan) saja sangat sulit. Wajar bagi yang kurang iman, kurang sabar dan kurang syukur, dalam kondisi miskin dan suaminya terjerat utang. Seperti yang dialami ibu EN, hanya satu pilihannya yakni mengakhiri hidup.
Kembali pada Islam Kafah
Berbeda dengan orang cerdas yang kesehariannya aktif di masyarakat untuk bersosialisasi, mau berbaur dengan masyarakat giat mencari ilmu, hadir dalam majlis taklim atau mengkaji Islam kaffah dan mengamalkannya. Lalu menyampaikan kembali ilmu tersebut, dan meyakini dengan kuat bahwa Islam satu-satunya ajaran yang benar.
Tugas kita memahamkan umat untuk kembali kepada Islam kafah, berakidah dengan benar, menjadikan Allah satu-satunya yang berhak disembah, ditaati semua aturan-Nya sehingga dalam menjalani kehidupan ini penuh berkah, serta rasa syukur memuncak. Karena semua takdir baik dan buruk itu adalah berasal dari Allah Taala.
"Dan Allah akan menguji kalian dengan syar (keburukan) dan khair (kebaikan) dan kepada- Ku. Kepada Allah lah kamu dikembalikan." (TQS. Al Anbiya: 31)
Artinya, hidup ini adalah semuanya ujian, baik dan buruk adalah ujian. Kita harus bersabar saat diuji dengan keburukan dan bersyukur ketika diuji dgn kebaikan. Karena hakikatnya semua ujian itu takdir yang Allah berikan pada kita. Inilah poin penting dari semua ujian yakni mengembalikan semua urusan kepada Allah.
Khatimah
Sebagai penguat, harus disadari bahwa kewajiban kita adalah beriman kepada Allah dan meyakini bahwa setiap kejadian itu sudah tertulis di lauhumahfudz. Keyakinan kita terhadap takdir itu semuanya baik jika dinilai dari sisi pikiran yang positif, berprasangka baik, berpikiran baik tentu dapat meminimalisir kejadian buruk yang tidak diinginkan.
Akhirnya, kita menyadari bahwa semua kaum muslimin harus waspada terhadap diri, keluarga terdekat firman Allah yang artinya "Jagalah dirimu dan keluarga dari api neraka." Juga, menjaga lingkungan terdekat atau masyarakat. Praktisnya, berharap pada negara agar segera meninggalkan sistem ekonomi kapitalis yang terbukti membentuk manusia sadis.
Mari, kembali kepada aturan Allah dengan cara mau mempelajari Islam kafah. Harus siap dibina atau ditaskif dengan Islam kafah. Lalu, menyampaikan kembali ilmu tersebut kepada masyarakat yang terpenting mau diatur oleh aturan Islam atau syariat Islam.
Jika sistem ekonomi kapitalis ini sudah terbukti merusak manusia, saatnya kembali kepada Islam kafah. Karena hanya Daulah Islamiah yang mampu menerapkan hukum Allah, bukan yang lain. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


