Darurat Kasus Kekerasan Islam sebagai Landasan
OpiniIslam adalah landasan yang tepat untuk mengatur kehidupan
Mampu membangun keluarga tangguh dengan kekuatan akidahnya
_____________
Penulis Yeni Purnama Sari, S.T
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Muslimah Peduli Generasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan individu. Tempat menanamkan nilai-nilai kebaikan bagi seluruh anggotanya. Saling menyayangi, berbagi, memotivasi, hingga memberikan solusi jika salah satu keluarganya dalam masalah.
Namun, terkadang keluarga pun bisa dianggap sebagai tempat yang mengerikan. Apabila yang didapati bukan kasih sayang, melainkan kekerasan. Motif kekerasan dalam keluarga pun beragam. Seperti KDRT, kekerasan seksual, kekerasan pada remaja. Bahkan bisa berakhir dengan hilangnya nyawa.
Sebagaimana yang terjadi di wilayah Sumbermanjing Wetan (Sumawe), Kabupaten Malang. Seorang suami berinisial FA (54) tega membunuh istrinya Ponimah (42). Sebelumnya, korban dianiaya kemudian jasadnya dibakar dan dikubur di kebun tebu milik warga Desa Sumberjo, Kecamatan Gedangan untuk menghilangkan jejak. Tidak lama setelah penemuan jasad, polisi menangkap pelaku dengan sejumlah barang bukti, seperti truk Mitsubishi warna kuning, balok kayu, handuk merah, dan pakaian korban. (Beritasatu.com, 16-10-2025)
Kasus serupa terjadi pada seorang anak MAA (6) yang dibunuh oleh ibu tirinya RN (30) di Rawapanjang, Bojonggede, Kabupaten Bogor. Berawal dari kekesalan pelaku terhadap korban yang tidak mau makan, akhirnya berujung penganiayaan secara berulang hingga meninggal dunia. Berdasarkan keterangan Kasat Reskrim Polres Metro Depok Kompol Made Gede Oka, tersangka mendapatkan hukuman selama 15 tahun penjara. (Kompas.com, 23-10-2025)
Berbagai kasus kekerasan yang terjadi, tidak semata-mata dibiarkan begitu saja. Pemerintah berupaya mengeluarkan regulasi, seperti UU Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan UU Perlindungan Anak. Sayangnya, solusi tersebut belum efektif menghapus segala macam bentuk kekerasan, justru makin meningkat.
Lebih mirisnya, kekerasan pada remaja juga menjadi sorotan. Di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara seorang remaja 16 tahun diduga mencabuli dan membunuh anak perempuan berusia 11 tahun hingga tewas. Sementara itu, seorang pelajar SMP di Grobogan meninggal setelah diduga menjadi korban perundungan. (Beritasatu.com, 15-10-2025)
Ketahanan Keluarga Hilang
Rangkaian kasus-kasus itu menjadi bukti ketahanan keluarga yang hilang. Pada dasarnya, hubungan antara anggota keluarga adalah hubungan yang penuh keharmonisan. Berbeda dengan kondisi saat ini yang makin menormalisasi tindak kekerasan, baik di dalam rumah tangga maupun di luar.
Semua terjadi bukanlah tanpa sebab. Keluarga hanya sebatas pelengkap saja, tidak lagi menjalankan perannya sesuai fitrah, yaitu tempat menanamkan nilai-nilai agama dengan membimbing keluarga meraih takwa. Akibatnya, seluruh anggota keluarga kehilangan arah hidup dan rapuh secara emosional, sehingga mudah melakukan kekerasan tanpa memikirkan dampaknya. Lebih bahayanya lagi bagi anak yang menyaksikannya, kemudian mempraktikkan tindakan serupa di luar rumah sebagai bentuk pelampiasan.
Kapitalisme Sekuler Penyebab Kekerasan
Di sisi lain, akibat paparan media yang mempertontonkan tindak kekerasan mendorong seseorang lebih mudah menirunya. Kurangnya kontrol masyarakat dalam menciptakan perlindungan dan keamanan, serta lemahnya sistem pendidikan dan hukum yang diberlakukan juga semakin memudahkan jalan seseorang melakukan tindak kekerasan. Artinya, regulasi yang ada selama ini belum mampu mengurangi dan mencegah kasus kekerasan, justru dari tahun ke tahun kasus serupa terus berulang.
Akar permasalahan utama adalah penerapan sistem kapitalis sekuler yang sengaja menyingkirkan nilai-nilai agama dalam mengatur kehidupan. Alhasil, kehidupan menjadi gersang karena lemahnya landasan keimanan, hanya fokus pada kesenangan duniawi. Apalagi pendidikan yang berbasis sekuler telah menggerus moral generasi dan menghilangkan rasa takut pada Illahi.
Bukannya mencetak generasi unggul justru melahirkan generasi mandul. Inilah yang terjadi jika kebebasan dalam bertindak dan bertingkah laku tidak dibatasi, maka berujung pada kerusakan tatanan kehidupan, mulai dari keretakan dalam keluarga, ketidakpeduliaan masyarakat, bahkan pengabaian oleh negara memberikan hukum tegas terhadap pelaku kekerasan.
Islam sebagai Landasan dan Solusi
Islam menawarkan solusi yang tuntas dalam menyelesaikan segala persoalan kehidupan, termasuk kekerasan. Islam adalah landasan yang tepat untuk mengatur kehidupan, seperti membangun keluarga tangguh dengan menguatkan akidahnya. Kemudian masyarakat bertakwa yang menjalankan amar makruf nahi mungkar, negara juga menetapkan kebijakan pendidikan yang bisa melahirkan manusia-manusia yang tidak hanya teguh keimanan dan ketakwaannya, tetapi memiliki kepribadian dan memahami pelaksanaan syariat Islam.
Tidak hanya itu, negara yang menerapkan sistem Islam akan senantiasa menegakkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Melalui pemenuhan kebutuhan dasar, menyediakan sekolah, layanan kesehatan, dan fasilitas umum lainnya secara gratis dan berkualitas.
Selain itu, negara juga membatasi media penayangan yang berpotensi mengajak kemaksiatan. Negara akan bertanggung jawab memberikan rasa aman dan perlindungan dengan menerapkan sanksi tegas bagi siapa pun yang melanggar syariat, berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir) bagi pelaku kejahatan.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda: “Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Khatimah
Demikianlah, hanya Islam yang mampu menciptakan rasa aman dan adil bagi seluruh rakyat dari segala bentuk kekerasan, baik KDRT, kekerasan seksual, maupun kekerasan pada remaja. Oleh karena itu, jika tidak ingin masalah kekerasan terus berulang, hanya dengan kembali menerapkan sistem Islam secara kafah dalam institusi Khil4fah. Wallahualam bissawab. [EA/MKC]


