Alt Title

BLT dan Magang Nasional: Solusi atau Ilusi

BLT dan Magang Nasional: Solusi atau Ilusi



Selama kapitalisme masih merajai suatu negara

kemiskinan akan terus berputar seperti lingkaran yang tidak berujung

______________________________


Penulis Aksarana Citra 

Kontributor Media Kuntum Cahaya


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Demi mengurangi angka kemiskinan, pemerintah memberikan stimulus ekonomi berupa BLT Kesra dan Magang Nasional. Namun, yang menjadi pertanyaan apakah stimulus ini akan menjadi solusi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang stagnan akhir-akhir ini? atau harapan pertumbuhan ekonomi yang masif hanya ilusi semata?


Kabar terbaru pemerintah akan meluncurkan BLT Kesra (Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat) pada bulan Oktober 2025 dan masyarakat akan menerima bantuan sosial sebesar Rp900.000 untuk tiga bulan yang dibayarkan sekaligus. Kebijakan ini merupakan bagian dari kebijakan Stimulus Ekonomi Nasional yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan sebagai penompang perekonomian rumah tangga di tengah tekanan ekonomi global. (detik.com)


Dana yang dialokasikan sebesar Rp30 triliun dengan target penerimaan sebanyak 35.046.783 keluarga. Dengan asumsi satu keluarga terdiri dari empat anggota keluarga. Bantuan ini diperkirakan akan menjangkau lebih dari 140 juta warga. Stimulus ekonomi ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang asalnya 5,5% naik menjadi 5,67% atau 5,7% ucap Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Dana ini berasal dari relokasi APBN, hasil dari efisiensi, relaksasi anggaran. (Kompas.com, 19-10-2025)


Selain peluncuran BLT, program pemerintah selanjutnya melalui Kementerian Ketenagakerjaan membuka program Magang Nasional 2025. Cris Kuntadi menjelaskan program ini merupakan bagian dari Paket Ekonomi 8+4+5 2025 yang diluncurkan oleh Kemenko perekonomian atas arahan Presiden Prabowo Subianto da menyasar lulusan Diploma (D1-D4) dan Sarjana (S1) yang lulus maksimum 1 tahun terakhir.


Untuk peserta yang lolos akan memperoleh fasilitas berupa uang saku setara upah minimum dibayar pemerintah dan disalurkan langsung ke peserta magang melalui Bank Himbra. Hingga saat ini tercatat 451 perusahan yang mengajukan diri sebagai penyelenggara magang, 1300 posisi yang diajukan dan diharapakan 6000 calon pemagang bisa mengikuti program ini. (kemenker.go.id


Perekonomian dan lapangan kerja memang dua konsep yang saling berkaitan erat dan memengaruhi satu sama lain. Perekonomian yang sehat dapat menciptakan banyak lapangan kerja. Lapangan kerja yang memadai, pekerja yang produktif, serta konsumtif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Maka keduanya adalah fondasi dalam menentukan kesejahteraan suatu negara.


Ketika perekonomian negara tumbuh, maka perusahaan cenderung meningkatkan produksi dan ekspansi. Mereka membutuhkan SDM dan lapangan pekerjaan yang memadai dan memberikan pendapatan bagi masyarakat, lalu pendapatan itu dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa di masyarakat. Akhirnya, stimulus ekonomi ini merupakan solusi demi tercapainya kesejahteraan ekonomi masyarakat dan memberantas kemiskinan serta untuk meningkatkan SDM dan kesempatan kerja.


Namun, apakah kebijakan ini mampu menuntaskan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia? Apakah bisa menjadi solusi bukan sekadar ilusi?


Kemiskinan 


Sudah kita ketahui bahwasanya kemiskinan di Indonesia sudah sangat sistematis dan mengakar. Ketimpangan sosial ekonomi di negara ini sudah sangat jauh. Perbedaannya diibaratkan seperti jurang pemisah suatu daratan saking besarnya ketimpangannya.


Jumlah rakyat miskin di negara ini sudah sangat besar data Bank Dunia menunjukkan 60,3% penduduk negara ini tergolong miskin pada tahun 2024. Itu berarti sudah lebih dari setengahnya penduduk Indonesia tergolong miskin. Lalu pemerintah memberikan stimulus BLT dan magang kerja sebagai program quick win, yaitu langkah cepat untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.


Namun, masyarakat tidak butuh stimulus yang bersifat sementara karena program ini bukan program baru. Hampir di setiap periode pemerintahan bantuan seperti ini ada, walaupun beda dalam penyebutannya. Sampai saat ini belum menjamin kesejahteraan dalam jangka panjang. 


Kemiskinan bukan suatu fenomena yang sedang viral dan terlupakan seiring bergantinya hari, realitasnya kemiskinan di negara ini merupakan suatu permasalahan yang sangat besar dan susah untuk dihilangkan karena sistem yang menciptakannya. Kemiskinan ini juga tidak akan teratasi dengan solusi tambal sulam semacam BLT dan magang kerja atau program sejenisnya.


Malah yang ada pemerintah hanya menghambur-hamburkan saja uang negara. Jadi, stimulus seperti ini bukan solusi demi tercapainya pertumbuhan ekonomi, tetapi hanya ilusi semata karena kemiskinan di negara ini bukan suatu pilihan yang disengaja, masyarakat dimiskinkan oleh sistem.


Kapitalisme 


Sistem yang tidak berpihak kepada seluruh masyarakat. Masyarakat yang bermodal makin diuntungkan sedangkan masyarakat di kalangan bawah hanya sebagai pelayan bagi kepentingan mereka. 


Kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat ini karena buah dari kapitalisme di mana sistem ini menempatkan modal uang aset kepemilikan pribadi sebagai pusat kekuatan utamanya. Kapitalisme juga memberikan kebebasan kepada semua manusia untuk berusaha dan bersaing.


Ditambah lagi dengan sekularisme di mana usaha dan persaingannya menjadi tidak sehat karena memisahkan agama dengan kehidupan. Realitasnya sistem ini lebih memihak kepada pemilik modal besar dan cenderung keras kepada rakyat kecil.


Hubungan kapitalisme dan kemiskinan serta bantuan stimulus ekonomi sangat erat kaitannya dan bersifat struktural. Akar masalah ketimpangan adalah kapitalisme karena kemiskinan bukan akibat dari malas kerja, tetapi dari struktur ekonomi yang tidak adil. Di mana peluang dan akses ekonomi tidak merata. Kekayaan hanya terkonsentrasi pada kalangan atas saja, rakyat hanya sebagai pekerja murah SDA dan ekonomi nasional dikendalikan oleh para oligarki.


Pemberian stimulus ekonomi pada dasarnya hanya respons jangka pendek, hanya merendam gejolak sosial karena ketimpangan yang besar meningkatkan daya beli masyarakat bersifat sementara dan memberi kesan pencitraan bahwasanya pemerintah hadir membantu rakyat.


Namun, secara struktural tidak menyentuh akar permasalahan karena tidak akan mengubah sistem ekonomi yang timpang ini, tidak memberikan kemandirian ekonomi bagi rakyat dalam jangka panjang serta bantuan seperti ini hanya sebagai alat legitimasi politik saja, dan rakyat akhirnya tetap pasif dan membutuhkan bantuan. Di mana bantuan seperti ini hanya sebagai ilusi terciptanya pertumbuhan ekonomi masyarakat.


Pandangan Islam 


Islam menolak keras sistem kapitalis karena tidak berpihak kepada seluruh masyarakat karena negara atau pemerintah seharusnya menjadi pelindung rakyat bukan pelindung oligarki. Harta tidak akan diam di satu atau dua orang saja, harta dan kekayaan akan terdistribusi ke seluruh masyarakat. Kapitalisme hanya buah dari pemikiran manusia yang sesat. Berbeda dengan Islam, sistem ekonomi Islam bersumber dari wahyu Allah Swt. dan pengelolaan ekonomi negara sesuai syariat. 


Islam memandang kemiskinan bukan suatu aib, tetapi menjadi tanggung jawab bagi negara agar kemiskinan segera terhapuskan. Islam tidak akan menggunakan stimulasi ekonomi seperti BLT atau pun magang nasional yang bersifat sementara. Islam menawarkan solusi sistemik dalam tiga lapisan, yakni:


• Kepemilikan dalam Islam dibagi menjadi kepemilikan individu, umum, dan negara. Kepemilikan umum, seperti air, tambang, energi tidak boleh dikuasai swasta atau oligarki seperti kapitalis. 


• Pendistribusian kekayaan seperti zakat, infak, sedekah, wakaf yang terkumpul di Baitulmal didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan dan Islam pun melarang riba serta monopoli penimbunan kekayaan. 


• Khil4fah bertanggung jawab penuh dalam menjamin ketersediaan bahan-bahan pokok dan menjamin kesejahteraan rakyat. Sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan semua itu dijamin oleh negara dan berlangsung selamanya bukan sementara.


Khatimah


Bantuan BLT atau magang kerja hanyalah sekadar tambal sulam yang bersifat sementara tidak selamanya. Masyarakat makin terjerat oleh sistem yang tidak adil. Selama kapitalisme masih merajai suatu negara, kemiskinan akan terus berputar seperti lingkaran yang tidak berujung.


Islam menawarkan solusi dalam memberantas kemiskinan karena kemiskinan bukan sekadar nasib atau malas bekerja, tetapi akibat dari sistem yang tidak adil. Kapitalis memberikan bantuan sementara sedangkan Islam membangun keadilan struktural dan menjadi tanggung jawab negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya.


Maka solusi hakiki bukan sekadar tambal sulam luka rakyat dengan stimulasi ekonomi, tetapi harus mengganti sistem dengan sistem Islam yang nyatanya telah menyejahterakan dan membawa kejayaan Islam selama lebih dari 1300 tahun lamanya. Wallahualam bissawab.