Kematian Raya Lemahnya Negara terhadap Perlindungan Anak
AnalisisKasus Raya menjadi bukti atas gagalnya sistem yang diterapkan saat ini
dalam menjamin kesehatan setiap masyarakatnya
_________________________
Penulis Nurul Fadila Trijunianti
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, ANALISIS - Kematian seorang anak yang kini sedang viral di sosial media menjadikan bukti bahwa sistem kesehatan di Indonesia gagal dalam memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada anak-anak. Salah satunya adalah kasus Raya. Ia meninggal dunia dalam keadaan yang mengenaskan.
Kematian Raya bukan sekadar penyakit yang di deritanya, melainkan bukti ketidakpedulian negara dalam kesehatan. Di mana saat ini pemerintah setempat tidak memperhatikan kondisi masyarakatnya dan cenderung abai sehingga tidak mampu pemberikan pelayanan kesehataan yang merata.
Abainya Negara dalam Menjamin Kesehatan Masyarakat
Kisah seorang anak perempuan berusia 4 tahun dari Sukabumi meninggal dunia dalam keadaan yang sangat memilukan. Pasalnya, anak tersebut meninggal akibat terinfeksi ribuan cacing gelang yang ada di tubuhnya. Kematian Raya bukan sekadar penyakit yang dialami melainkan bukti pengabaian pemerintah dalam segala sisi.
Raya, seorang anak berasal dari keluarga yang kurang mampu, orang tuanya Udin (32 tahun) dan Endah (38 tahun) hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi keluarga ini semakin sulit disebabkan orang tua anak diduga gangguan kesehatan mental sehingga pengasuhan terhadap anaknya tidak maksimal.
Tempat tinggal mereka adalah sebuah rumah panggung dengan bagian bawahnya dipenuhi tumpukan kotoran ayam. Di sanalah Raya biasa bermain sehingga hal tersebut yang diduga menjadi sumber infeksi cacing yang menyerang tubuh Raya sampai akhirnya merenggut nyawanya.
Pada tanggal 13 Juli 2025 Raya ditemukan dalam keadaan kritis dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Sukabumi oleh Yayasan Rumah Teduh. Selama dirawat di rumah sakit, tim medis menemukan cacing gelang keluar dari hidungnya, kemaluannya, bahkan sudah menyebar hingga ke otaknya.
Karena tidak memiliki dokumen identitas dan BPJS, pihak yayasan mengalami kesulitan dan proses pengobatan menjadi terhambat. Biaya pengobatan dibebankan kepada keluarga dan selama sembilan hari pengobatan total biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp29 juta. Pihak keluarga tidak mampu menanggung beban tersebut, akhirnya pengobatan dibantu oleh pihak Yayasan Rumah Teduh.
Namun, karena pihak keluarga tidak mampu menanggung biaya pengobatan, biaya perawatan pun ditanggung oleh pihak Yayasan Rumah Teduh. Hari demi hari kondisi Raya tidak kunjung membaik dan pada akhirnya meninggal dunia pada tanggal 22 Juli 2025 setelah dirawat di rumah sakit.
“Kejadian ini amat sangat menyedihkan, penderitaan yang dialami anak tersebut bahkan sampai meninggal dunia. Hati Nurani kita di ingatkan bahwa pemenuhan hak anak adalah tanggung jawab bersama. Dengan tragedi ini mengingatkan kita bahwa pemenuhan hak anak adalah tanggung jawab bersama,” pungkas Arifah. Dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (21-08-2025)
Sayangnya, respons para pejabat dan pihak terkait mengenai kasus Raya baru muncul setelah viral di media sosial. Ini membuktikan tokoh masyarakat yang ada di lingkungan tersebut belum memperhatikan kondisi masyarakatnya secara maksimal. Tragedi yang dialami anak berusia 4 tahun ini adalah tanda lemahnya sistem perlindungan sosial terhadap anak.
Negara Gagal Menjamin Kesehatan Masyarakat
Kasus Raya menjadi bukti gagalnya negara dalam menjamin kesehatan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang kurang mampu. “Peristiwa ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa sistem kesehatan belum sepenuhnya menjangkau rakyat kecil,” ungkap Netty dikutip dari Kompas.com, Jumat (22-08-2025).
“Ini menjadi evaluasi serius. Perlindungan sosial tidak boleh sebatas program administratif, tetapi benar-benar hadir ketika masyarakat membutuhkan, terutama bagi keluarga kurang mampu” ujar Netty politikus Partai Keadila Sejahtera (PKS) itu dalam Kompas.com, Jumat (22-08-2025).
Kasus Raya menjadi bukti atas gagalnya sistem yang diterapkan saat ini dalam menjamin kesehatan setiap masyarakatnya. Sistem yang seharusnya mampu menjamin kesehatan setiap individu menjadi mustahil dirasakan dalam sistem saat ini.
Pelayanan kesehatan yang ada hanya sebatas formalitas belaka, prosedur yang rumit membuat layanan tidak bisa diakses dengan mudah oleh setiap individu. Apalagi seharusnya negara menjadi pelindung bagi rakyatnya namun nyatanya lepas tangan bahkan cenderung abai dengan kesehatan rakyatnya.
Begitulah akibat penerapan sistem saat ini, yaitu kapitalisme. Di mana hanya mementingkan prosedur dibandingkan keselamatan nyawa manusia. Dalam sistem saat ini hanya kaum elite yang memiliki uang, dokumen lengkap yang dapat merasakan pelayanan kesehatan yang maksimal.
Kapitalisme menyebabkan kesenjangan yang tajam antara kelompok kaya dan miskin dalam masyarakat. Dalam kapitalisme, negara menjadi abai dalam memberikan perlindungan bagi rakyat kurang mampu dan lemah. Mereka dibiarkan hidup dalam kondisi yang sulit, ekonomi yang lemah, dan lingkungan yang tidak sehat.
Dalam kapitalisme, hanya orang-orang yang memiliki privilege yang bisa mendapatkan akses kesehatan dengan layak. Sedangkan rakyat kecil dibiarkan hidup dalam garis kemiskinan dan kesengsaraan tanpa ada rasa peduli terhadap nasib mereka. Banyak dari mereka pada akhirnya menjadi korban dari sistem yang sedang diberlakukan saat ini.
Dalam Sistem Islam Kesehatan Merupakan Tanggung Jawab Mutlak Negara
Dalam Islam, kesehatan adalah hak dasar manusia dan menjadi tanggung jawab negara untuk menjaganya. Negara wajib menjamin kesejahteraan dan menyantuni kaum yang lemah. Negara tidak hanya sebagai penyelenggara layanan tetapi harus menjamin kesejahteraan rakyatnya. Karena kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus terpenuhi oleh negara.
Negara seharusnya tidak boleh menjadi sebab rakyatnya terhalang mendapatkan pelayanan kesehatan hanya keterbatasan ekonomi dan administratif sehingga masyarakat yang kurang mampu terabaikan dan menghadapi sakit tanpa ada bantuan dan perlindungan dari negara.
Negara yang mampu menjamin kesehatan dan melindungi hak rakyatnya hanya akan terwujud dalam sistem Islam. Dalam Islam, pemimpin bertanggung jawab dalam mengurus urusan rakyatnya termasuk pemenuhan kebutuhan dasar setiap orang, yakni kesehatan. Negara tidak boleh abai dengan rakyatnya seperti dalam kapitalisme.
Dalam Islam, negara harus bersikap adil dalam melayani rakyatnya tanpa memandang status sosial, tidak dibeda-bedakan. Semua orang akan mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang sama tanpa pandang bulu sehingga kondisi sosial masyarakat terjaga dalam Islam dan tidak akan ada rakyat yang merasa terzalimi.
Kepedulian masyarakat akan tumbuh karena adanya ukhuwah (rasa persaudaraan) sehingga seorang muslim tak akan tega membiarkan saudaranya dalam kesulitan dan akan segera membantunya. Mereka akan saling tolong menolong membantu saudaranya yang sedang menghadapi kesulitan.
Seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis dikutip dari buku Pilar-Pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, mengasihi adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain ikut merasakan sakit yang sama.” (Mutafaq ‘alaih)
Oleh karena itu, negara memiliki kewajiban untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik, bebas biaya, dan prosedur yang mudah diakses oleh semua orang. Pada masa Daulah, rumah sakit dengan fasilitas terbaik dibangun di setiap wilayah dan menjadi pusat layanan kesehatan yang dapat diakses oleh setiap lapisan masyarakat.
Dalam sistem Islam, pasien yang sudah sembuh masih diberikan pelayanan sampai benar-benar mandiri. Seperti inilah sistem yang berlandaskan akidah Islam, di mana negara melayani rakyat sebagai amanah bukan komoditas atau untuk meraup keuntungan semata. Maka perlu adanya sistem Islam di tengah-tengah umat untuk mengatur kehidupan umat manusia.
Khatimah
Dengan demikian, saat ini umat membutuhkan sistem yang dapat memuliakan manusia, menjadikan negara sebagai pelayan dan pelindung rakyat serta menjadikan Islam sebagai standar dalam mengatur kehidupan ini. Mari kita mengembalikan Islam sebagai sitem yang mengatur kehidupan manusia, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu Daulah Islamiah. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]