Kala Jaminan Pangan Hanya Sebatas Harapan
OpiniRakyatnya tidak bisa tanpa tercukupi kebutuhan pangannya
terutama beras dengan jumlah pasokan yang sangat besar
__________________________
Penulis Siti Nurtinda Tasrif
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pangan Akan Terjamin
Pada dasarnya, setiap makhluk hidup tidak akan terlepas dari kebutuhan. Dalam hal ini tidak satupun yang terlepas termasuk manusia. Setiap manusia diberikan potensi hidup dalam dirinya yaitu naluri dan kebutuhan jasmani. Di mana naluri ini sesuatu yang bisa dibendung namun pengaruhnya menjadikan orang tersebut gelisah apabila tidak terpenuhi.
Berbeda halnya dengan kebutuhan jasmani. Apabila tidak dipenuhi akan menyebabkan kematian. Salah satu hal terpenting yang menjadi bagian kebutuhan jasmani adalah makan. Tentu semua pasti sadar tidak ada yang benar-benar mampu menahan dirinya dari rasa lapar selama berhari-hari tanpa makan atau minum. Penting untuk memahami kebutuhan pangan bagi diri sendiri. Terutama dalam lingkup negara, di mana negara harus memahami kebutuhan pangan rakyatnya.
Indonesia merupakan negara yang kebutuhan pangan paling besar terletak pada berasnya karena bagi orang Indonesia beras adalah kebutuhan pokok dan tidak bisa dijauhkan apalagi dihilangkan. Selain itu, Indonesia juga negara yang memiliki pasokan beras terbanyak sehingga bisa saja rakyat Indonesia hidup dengan tenang di dalamnya.
Namun, apa yang terjadi jika pasokan berasnya mencapai obesitas dan distribusinya tidak bagus? Sebagaimana yang penulis kutip dari Media ekonomi.bisnis.com (19-08-2025) bahwasanya Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mewanti-wanti tumpukan stok beras di gudang Perum Bulog untuk segera disalurkan agar tidak menimbulkan kerugian negara.
Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir mengatakan tingkat penyaluran beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog masih terbilang rendah. Dia menjelaskan lambatnya penyaluran beras Bulog akan berdampak pada kenaikan harga beras yang kini telah terjadi di lapangan. Sungguh ironis sistem distribusi pangan di negeri tercinta ini.
Menyebabkan banyak sekali masalah bagi rakyat padahal rakyatnya tidak bisa tanpa tercukupi kebutuhan pangannya. Terutama beras dengan jumlah pasokan yang sangat besar, tetapi pendistribusian yang buruk menyebabkan ketimpangan pangan yang sangat besar. Di samping itu, Indonesia terus menerima impor beras yang menjadikan masalah makin rumit. Wajar apabila rakyat merasa diabaikan dan dipinggirkan.
Materialisme Menjamur
Perlu diketahui bahwa masyarakat saat ini tidak sadar terhadap masalah yang menjeratnya. Bahkan kesulitan dalam masalah pangan, rakyat tetap tidak mengerti di mana masalahnya padahal itu sangat dekat dan bisa jadi lebih dekat dari urat nadi. Masalah datang apabila persepsi manusia bermasalah.
Kebanyakan manusia pada saat ini, bahkan pada alam bawah sadar memiliki persepsi yang penting hidup keluarga baik, urusan orang lain tidak perlu dipikirkan. Segala hubungan hanya boleh terjalin apabila saling membawa keuntungan. Inilah yang disebut dengan materialisme. Di mana setiap orang hanya menganggap bahwa materi yang terpenting didunia bukan yang lain. Begitu pun dengan hubungan, tanpa adanya materi untuk apa dipertahankan.
Tanpa umat sadari, persepsi tersebut dilandasi oleh asas pemikiran yang bersumber dari kejeniusan manusia yakni kapitalisme sekularisme. Asas ini memengaruhi seluruh pandangan hidup yang baik dalam diri manusia berubah menjadi buruk dan lucunya masyarakat mengira asas ini membawa banyak kebaikan padahal asas ini mengisap darah penganutnya perlahan-lahan hingga mengalami kematian yang tidak wajar.
Masalah yang diderita umat semata karena menganut kapitalisme sekularisme. Sebuah sistem yang menjadikan manusia bebas mengambil keputusan tanpa perlu terikat kepada Tuhannya. Wajar apabila para kapital beras bisa sesuka hati melakukan tarik ulur terhadap harga beras. Bahkan di titik yang menyia-nyiakan kerja keras para petani yang sebenarnya mayoritas di negeri ini.
Inilah hasil yang diciptakan oleh sistem buatan manusia ini. Di mana kehidupan yang serba cukup hanya berhak dirasakan oleh orang yang berada saja. Adapun yang di bawah itu harus menelan pil pahit kemiskinan yang tiada akhir bahkan merenggut seluruh hak-hak yang harusnya dimiliki baik pangan, papan, dan sandangnya.
Islam Menjamin Pangan
Berbeda dengan kapitalisme, Islam mengutamakan kemaslahatan dalam memenuhi seluruh kebutuhan. Bukan dengan asas materi namun asas kemaslahatan karena di dalam Islam, penguasa adalah pengurus dan ia bertanggung jawab akan hal tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Ingatlah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab untuk apa yang dipimpinnya. Imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan dia bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya...." (HR. Al-Bukhari)
Karena itu, perlu adanya negara yang menerapkan Islam kafah agar tatanan kehidupan berdasarkan hukum-hukum dari yang Maha Pencipta. Bukan dari ciptaan yang serba kurang dan terbatas. Di samping itu, dalam Islam pendistribusian pangan juga jelas, dan tidak semuanya diberikan instan. Di mana setiap kepala keluarga akan diberikan tanah berikut biji-bijian serta pupuk untuk membantu kebutuhan hidupnya.
Dalam hal ini, tidak ada pembayaran pajak, iuran atau yang serupa dengan itu. Bahkan dalam Islam pemimpin itu adalah pelayan sehingga pemimpin harus benar-benar memberikan perhatian ekstra kepada rakyat agar tidak terjadi kezaliman apalagi tidak meratanya pendistribusian pangan. Sungguh luar biasa pengaturan Islam untuk menjamin kebutuhan pangan.
Khatimah
Begitulah potret Islam dalam mengurusi umat. Hal ini makin menguatkan bahwa umat butuh akan tegaknya negara Islam yakni negara dengan sistem Islam yang menjadikan Kitabullah dan Sunah Rasulullah sebagai sumber hukumnya. Karena dengan itu, harapan akan terjaminnya pangan bisa segera terwujud. Di samping itu, para pengemban Islam juga harus tetap teguh terhadap aktivitasnya agar tercapainya tujuan dalam hidup baik dunia maupun akhirat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]


