Alt Title

Job Hugging Melanda Kaum Muda Dampak Kapitalisme Global

Job Hugging Melanda Kaum Muda Dampak Kapitalisme Global



Jika ditelaah lebih lanjut

maka diperoleh fakta bahwa akar masalah dari job hugging ini ialah sistem kerja yang berlandaskan pada keuntungan kapitalis bukan pada kepentingan hidup masyarakyat luas

_________________________


Penulis Nurma 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Fenomena baru melanda dunia kerja modern, dikenal dengan istilah job hugging. Jika sebelumnya banyak pekerja terutama generasi muda lebih memilih pindah kerja secara cepat alias job hopping, kini justru tren yang muncul adalah sebaliknya, yaitu banyak pekerja memilih bertahan di tempat kerja meski merasa tidak berkembang. Fenomena ini makin marak di tengah ketidakpastian ekonomi global. Para pekerja lebih memilih “memeluk” pekerjaan yang ada saat ini ketimbang mengambil risiko pindah kerja. (Detik.com, 20-09-2025)


Menurut Bryan Robinson, Ph.D, banyak pekerja khususnya generasi Z, bertahan bukan karena mendapatkan peluang karier yang lebih baik, tetapi demi keamanan finansial. Lonjakan harga kebutuhan pokok, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), serta ketidakpastian pasar tenaga kerja membuat banyak orang khawatir kehilangan penghasilan. Robinson menegaskan bahwa ketakutan semacam ini bahkan berdampak lebih besar pada kesehatan mental dibanding kehilangan pekerjaan itu sendiri. (Kompas.com, 19/09/2025)


Akar Masalah: Kapitalisme Tidak Pro-Manusia


Peristiwa job hugging pada kenyataanya bukanlah tanda kenyamanan, melainkan fakta pahit ketidakpastian hidup di bawah naungan sistem kapitalisme global. Sistem ekonomi yang memuja pasar bebas ini memosisikan pekerja hanya sebagai roda produksi yang bisa diganti kapan pun. Akibatnya, para pekerja terjebak dalam labirin dilema, jika pindah kerja, maka khawatir tidak mendapatkan pekerjaan baru, dan jika bertahan, justru merasa stagnan dan tertekan.


Dengan adanya situasi ini menunjukkan rapuhnya jaminan sosial-ekonomi yang seharusnya menjadi hak rakyat. Kapitalisme hanya memihak pada pemilik modal, sementara para pekerja dibiarkan terombang-ambing. Bahkan pendidikan tinggi yang mahal tidak mampu menjamin masa depan akan cerah. Banyak sarjana pun harus puas dengan pekerjaan yang bergaji rendah, tetapi tetap bertahan karena takut kehilangan sumber nafkah.


Lebih dari pada itu, kesehatan mental para generasi muda pun ikut terkikis. Hidup dihantui dengan rasa takut kehilangan pekerjaan membuat banyak orang cemas berlebihan, sulit tidur, sulit makan, bahkan lebih parahnya sampai mengalami depresi. Mereka bekerja bukan karena ingin berkontribusi, tetapi semata-mata demi bertahan hidup. Dengan ini, kapitalisme yang mengurung generasi muda dalam labirin kegundahan.


Jika ditelaah lebih lanjut, maka diperoleh fakta bahwa akar masalah dari job hugging ini ialah sistem kerja yang berlandaskan pada keuntungan kapitalis bukan pada kepentingan hidup masyarakat luas. Kebanyakan perusahaan selalu menekan biaya produksi, termasuk mengurangi tenaga kerja atau pun membatasi kenaikan gaji sedangkan negara yang seharusnya menjadi pelindung justru selalu berpihak pada pengusaha dengan dalih menjaga iklim investasi.


Oleh karena itu, hal inilah yang menciptakan situasi penuh paradoks di tengah-tengah umat saat ini. Generasi muda dengan sangat keras didorong untuk mengembangkan diri, sedangkan di sisi lain mereka seperti terpenjara di lingkungan kerja yang penuh tekanan dan tidak menentu.

 

Mereka ingin leluasa dalam mencari peluang baru. Namun sayangnya, realitas yang ada saat ini membuat mereka takut kehilangan mata pencaharian. Semua ini adalah konsekuensi logis dari kapitalisme yang memosisikan manusia hanya sebagai alat produksi, bukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan real untuk hidup layak dan bermartabat.


Solusi Hakiki Atas Krisis Tenaga Kerja adalah Sistem Islam


Berbeda halnya dengan kapitalisme, syariat Islam memiliki pandangan bahwa pekerjaan bukan semata alat untuk mencari keuntungan, melainkan bagian dari ibadah dan juga untuk sarana menunaikan kewajiban nafkah. Dalam sistem Islam, negara memiliki peran sentral dalam menjamin kebutuhan dasar setiap individu, yakni pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan terpenuhi secara layak.


Islam tidak membiarkan rakyat hidup dalam ketidakpastian sebagaimana yang terjadi hari ini. Rasulullah saw bersabda: “Imam (khalifah) adalah pemelihara dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Hadis ini menegaskan bahwa negara berkewajiban penuh melindungi rakyat, termasuk menjamin kesejahteraan pekerja.


Dalam negara Islam, sumber daya alam dikelola negara untuk kemaslahatan umum, bukan diprivatisasi oleh segelintir kapitalis. Dengan demikian, lapangan kerja yang luas dapat tercipta dan distribusi kekayaan berjalan adil. Pekerja tidak perlu takut kehilangan pekerjaan karena negara menyediakan jaminan hidup yang pasti, termasuk melalui Baitulmal yang mengelola harta umat.


Fenomena job hugging seharusnya membuka mata umat bahwa masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan motivasi individu semata. Solusi hakiki haruslah bersifat sistemik dan hanya Islam yang mampu menghadirkannya.Negara Islam akan menata ulang sistem kerja agar sesuai dengan prinsip syariat, yakni adil, manusiawi, dan juga memberi kepastian hidup.


Negara dengan tegas akan menolak praktik eksploitasi, sepenuhnya memberikan hak-hak pekerja secara layak, serta memastikan roda perekonomian berjalan tanpa hambatan dari sistem kapitalis global. Dengan begitu, generasi muda tidak lagi terjebak dalam dilema job hugging. Mereka dapat bekerja dengan tenang, berkembang sesuai potensi, dan yakin bahwa negara melindungi mereka dari ketidakpastian hidup.


Sudah saatnya umat menyadari, ketakutan, dan penderitaan yang dirasakan kaum muda hari ini adalah akibat langsung dari kapitalisme yang rusak. Tidak ada jalan lain selain kembali pada Islam kafah di bawah naungan Khil4fah Islamiah. Inilah satu-satunya solusi yang mampu mewujudkan kesejahteraan sejati dan menghapus ketidakpastian hidup. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]