Alt Title

Sistem Kapitalisme Merusak Fitrah Kaum Ibu

Sistem Kapitalisme Merusak Fitrah Kaum Ibu




Sungguh penerapan kapitalisme kian terbukti menciptakan derita ibu

Mengikis nalurinya hingga habis, mengoyak fitrahnya hingga rusak, dan menggiring jiwa dan raganya ke jurang kenistaan

__________________________


Penulis N' Aenirahmah 

Tim Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Kondisi ibu hari ini sungguh menyesakkan dada. Berbagai problematika membelenggu ibunda. Mengguncang kewarasan, melemahkan jiwa, mengikis naluri yang fitrah. Begitulah gambaran hidup di tengah iklim kapitalisme sekuler. Beban hidup kian berat, permasalahan sistemik datang bertubi. Entahlah, sampai kapan sistem rusak nan merusak ini akan sirna meracuni insan dunia?


Kepolisian Kabupaten Batang, Jawa Tengah berhasil membongkar motif ibu muda (VM) dengan sengaja telah membiarkan kedua buah hati yang berusia 6 dan 3 tahun tenggelam hingga tewas di Pantai Sigandu pada Rabu, 30 Juli 2025. (MetroTV.com, 09-09-2025)


Lagi-lagi akar masalah yang membutakan nalar ibunda adalah faktor ekonomi. Kemiskinan telah merenggut jiwa nan fitrah. Seharusnya kedua tangan ibunda dipergunakan untuk menyayangi dan melindungi anaknya dengan penuh kasih sayang. Namun, kini harus terkotori dengan hilangnya nyawa sang buah hati. Mirisnya, kasus serupa saat ini banyak dijumpai. Kisah pilu seorang ibu bunuh anak makin merebak.


Kapitalisme Racun Dunia


Menjadi sunnatullah kaum ibu diciptakan dengan dibekali kepekaan yang tinggi. Tidak heran jika mereka rentan terkena stres dan depresi. Berbagai problematika ibu yang kian pelik tidak hanya menghilangkan kewarasannya, tetapi juga mengikis naluri keibuan yang sejatinya menjadi fitrah.


Penerapan kapitalisme yang berorientasi materi telah menempatkan kaum hawa sebagai objek ekonomi yang mudah dieksploitasi. Darah dan keringatnya diperas habis-habisan untuk menggerakkan perekonomian negara. Namun di sisi lain, negara abai dalam memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga kehormatannya. Tidak heran bila derita kaum ibu begitu berat dan bertambah berat di tengah penerapan sistem ekonomi kapitalis.


Negara yang menerapkan kapitalisme tidak menjalankan perannya sebagai sokoguru ketahanan keluarga. Sebaliknya, setiap kebijakan yang dikeluarkan justru makin menambah berat beban masalah ibu. Alih-alih menjadi penjaga naluri dan kewarasan ibu, negara justru menjadi biang kerok hilangnya kewarasan dan terkikisnya naluri ibu.


Sungguh, penerapan kapitalisme kian terbukti menciptakan derita ibu. Mengikis nalurinya hingga habis, mengoyak fitrahnya hingga rusak dan menggiring jiwa dan raganya ke jurang kenistaan. Akankah fitrah ibu terus terbelenggu kapitalisme?


Islam: Mata Air untuk Mengembalikan Fitrah Kaum Ibu 


Mengembalikan fitrah ibu dalam cengkeraman kapitalisme jelas tidak mungkin. Bagaimana air kotor lagi bau dan beracun bisa menjadi penyejuk kewarasan dan naluri ibu? Maka dibutuhkan mata air yang bersih lagi jernih untuk membasuh kewarasan dan naluri ibu. 


Mata air itu tidak lain adalah Islam. Akidah Islam yang memancarkan aturan di atasnya telah menempatkan ibu pada kedudukan yang mulia. Kedudukan yang mulia ini dapat diraih ketika ibu kembali kepada fitrahnya, yaitu sebagai ibu dan pengatur urusan rumah tangganya, serta pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Jika peran ibu dikembalikan sesuai fitrahnya, niscaya akan lahir generasi hebat dan tangguh dari dekapan seorang ibu.


Terwujudnya peran mulia ini membutuhkan peran negara agar dapat tegak secara ideal. Maka penting menjadikan akidah Islam sebagai fondasi dalam kehidupan bernegara. Penerapan Islam secara keseluruhan akan menjaga kaum ibu, sekaligus mencetak ibu dan calon ibu hebat. Maka pendidikan sebagai aspek vital bagi generasi tidak hanya bertujuan untuk melahirkan calon pemimpin, tetapi juga calon ibu generasi.


Khil4fah Islamiah Negara Ideal


Negara dalam naungan Islam akan mendesain kurikulum pendidikan untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa. Generasi yang menjadikan keridaan Allah Swt. sebagai kebahagiaan dan tujuan tertinggi sehingga melahirkan generasi yang menjalani kehidupan sesuai fitrah dan syariat-Nya. Alhasil, pendidikan bagi perempuan diselenggarakan untuk menyiapkan perempuan menjadi ibu yang mampu mengatur urusan rumah tangga dan mendidik generasi. 


Kewarasan dan naluri ibu pun terjaga sebab terpenuhi kebutuhan dasarnya. Memang sudah menjadi kewajiban negara menjamin kebutuhan dasar kaum hawa. Termasuk jaminan dalam aspek keamanan, pendidikan, dan kesehatan. Alhasil, kaum hawa pun tidak terbebani dengan segunung problematika yang mengguncang kewarasannya dan mengikis nalurinya. 


Jelas negara memiliki peran besar dalam menciptakan lingkungan ideal bagi ibu. Negara memiliki peran besar dalam mengatur dan menentukan kebijakan. Baik dalam upaya preventif maupun kuratif untuk mengatasi problematika masyarakat. Jika kondisi lingkungan ibu ideal, maka fitrah ibu pun akan terjaga.


Negara ideal yang dirindukan ibu ini jelas negara yang mandiri dan berdikari. Berdaulat dan memiliki ideologi yang kuat.  Pastinya bukan negara yang mengemban ideologi kapitalisme-sekularisme yang merusak. Namun, negara yang menerapkan Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan, yakni Khil4fah rasyidah 'ala minhaj Nubuwwah.


Wallahualam bissawab. [EA/MKC]