Artis di Parlemen: Kontroversi Branding Partai atau Kemampuan
Opini
Negara kita sedang tidak baik-baik saja, bahkan sakit
Sakit karena racun para elite politik yang mau meraup kekayaan dan ingin memperkaya diri sendiri
_______________________________
Penulis Aksarana Citra
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Jumlah anggota DPR RI tahun jabatan 2024-2029 sebanyak 508 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 24 anggota DPR berasal dari kalangan artis. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan periode tahun 2019-2024 yang hanya 13 anggota DPR dari kalangan artis.
Lumayan banyak, tetapi kehadirannya di kancah politik sering memunculkan pertanyaan, “Apakah sekadar menjadi strategi branding partai atau memang kemampuan legislasi yang mumpuni? Popularitas artis kerap menjadikannya modal besar untuk partai politik untuk meraup suara masyarakat. Namun, publik menilai mereka hanya jual nama saja tanpa ada kemampuan yang nyata di bidang politik.
Menimbulkan Kontroversi
Akhir-akhir ini, para artis yang melenggangkan kaki naik panggung legislatif menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, bahkan mendapatkan kritik tajam dari masyarakat. Pernyataan mereka dianggap kurang pantas dan menyebabkan kemarahan publik.
Publik geram karena tingkah para anggota legislatif yang asyik berjoget di iringi lagu Gemu Da Ni Re di sidang paripurna MPR 16 Agustus 2025. Video tersebut beredar luas dan dianggap kurang sensitif terhadap kondisi perekonomian masyarakat.
Ditambah dengan adanya kenaikan tunjangan rumah yang mencapai Rp50 juta dan total gajinya mencapai angka ratusan juta. Alhasil, menjadi ketimpangan yang terlalu tinggi dengan kondisi masyarakat. Di mana masyarakat kini diberikan kenaikan pajak dan bahan pokok.
Akhirnya, masyarakat merespons dengan melakukan demonstrasi untuk membubarkan DPR. Akan tetapi, alih-alih mendengar aspirasi rakyat, malah muncul pernyataan dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI yang menganggap orang yang menyerukan pembubaran DPR itu adalah orang tolol. (detik.com, 25-08-2025)
Di era digitalisasi, internet telah menjadi simbol kecepatan arus teknologi. Arus informasi yang begitu cepat dan masif membuat masyarakat tidak mudah dibungkam. Setiap kebijakan dan kebobrokan pemerintah dapat segera tersebar luas untuk diperdebatkan terbuka serta dipertanyakan di publik. Pemerintah seakan tidak bisa menyembunyikan wajah aslinya karena internet menghadirkan transparansi yang sulit dihentikan.
Kapitalisme Biang Kerusakan
Negara kita sedang tidak baik-baik saja, bahkan sakit. Sakit karena racun para elite politik yang mau meraup kekayaan dan ingin memperkaya diri sendiri. Rusaknya norma, manipulasi, dan korupsi yang sudah menyebar dan merusak masyarakat. Janji-janji mereka hanya angin lalu, penyalahgunaan kekuasaan, lemahnya transparansi anggaran.
Semua ini bukan lagi racun pemikiran segelintir orang, tetapi merupakan manifestasi dari toksisitas sistem. Begitu masyarakat tertidur karena ketidakpedulian, manipulasi politik dan korupsi berkembang tanpa disadari.
Korupsi yang sistemik, praktik suap atau kolusi dalam pengadaan proyek publik yang terus terungkap merupakan racun struktural. Kebijakan politik yang tidak menyejahterakan masyarakat mencerminkan bagaimana kekuasaan memiliki kekacauan demi keuntungan kelompok tertentu.
Demonstrasi yang terjadi menjadi indikator perlawanan masyarakat pada sistem yang sudah beracun ini. Jelas para anggota legislatif sekarang hanya menjadi alat branding partai untuk mendongkrak kursi di parlemen. Tanpa kemampuan yang mumpuni, mereka hanya menjadi boneka para elite untuk melancarkan maksud dan tujuan mereka. Mereka tidak sadar akan amanah rakyat yang dibebankan kepada mereka. Karena yang mereka cari hanya manfaat dan kemudahan hidup.
Di sistem kapitalis ini, hal-hal tersebut sudah menjadi lumrah karena mereka bukan berasaskan keimanan kepada hukum Allah Swt., tetapi berasaskan keuntungan sebesar-besarnya. Maka masyarakatlah yang dirugikan dalam sistem ini.
Bahkan Socrates menyebutkan di sistem demokrasi bukan orang yang pandai yang menang, tetapi orang yang populer. Bisa diartikan dari awalnya pun sistem ini sudah rusak. Sudah menjadi tugas masyarakat untuk keluar dari sistem yang beracun ini, melalui reformasi institusional yang mengedepankan hukum syarak menjadi satu-satunya sumber hukum.
Islam Solusi Kehidupan
Islam merupakan agama sekaligus ideologi. Syariat Islam sangat sempurna dan mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam hadir sebagai solusi dari setiap permasalahan manusia.
Sebagaimana firman Allah Swt.,
وَمَا كَا نَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗۤ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab (33): 36)
Islam memandang kepemimpinan itu sebagai amanah bukan kekuasaan. Pemimpin bukan pemilik dunia, tetapi hanya hamba Allah yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Keadilan sebagai fondasi utama untuk tegaknya pemerintahan. Tidak ada perbedaan di mata hukum untuk si kaya atau si miskin semuanya sama.
Menegakkan keadilan di hadapan penguasa adalah bentuk ibadah dan perjuangan. Keadilan adalah syarat tegaknya pemerintahan. Dengan penerapan hukum syarak di setiap lini kehidupan, maka racun sistemik ini bisa dimusnahkan. Kepercayaan tumbuh kembali dan insya Allah mendapatkan rida-Nya. Wallahualam bissawab. [SJ/MKC]