Ironi Pelajar Terperangkap Narkoba dan Tindak Kekerasan
OpiniDengan ini sistem pendidikan sekuler telah gagal dalam mencetak generasi berkepribadian Islam
Kemudian, gerbang kemaksiatan terbuka lebar bagi para penerus bangsa
__________________________
Penulis Ummu Choridah Ummah
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pelajar usia 15 hingga 18 tahun sebanyak lima orang terlibat aksi begal di daerah Penjaringan Jakarta Utara. Korban berinisial O yang telah lanjut usia melaporkan bahwa dirinya telah dibegal saat membawa truk ekspedisi. Korban mengalami luka di bagian kepala dan dagu, sedangkan kaca depan truk pecah akibat serangan pelajar tersebut.
Dengan menggunakan cerulit para pelajar menakuti korban dan berhasil merampas hp Oppo dan uang tunai sebesar Rp400.000.- milik korban. Akibat aksinya pelaku yang masih pelajar dan di bawah umur itu terancam hukuman penjara maksimal 5 tahun penjara. (Beritasatu.com, 08-08-2025)
Di jalan Jendral Sudirman Senayan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan pertemuan untuk membuat MoU dengan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) guna membahas topik tentang penyalahgunaan narkoba oleh pelajar yang telah berdampak kepada masyarakat. Kepala BNN mengatakan hasil survei pervalensi Indonesia tahun 2023, jumlah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar mencapai 312.000 orang.
Angka ini yang membuat kepala BNN dan kepala Mendikdasmen ingin melakukan MoU guna membangun rumah belajar bagi pelajar yang terjerat narkoba pasca rehabilitasi. Dengan harapan pelajar siap kembali ke sekolah dan belajar pasca tercandu narkoba dengan harapan tidak mengulangi kesalahan yang sama. (BNN.go.id 16-04-2025)
Usia remaja adalah usia anak ingin mencoba hal-hal baru karena keingintahuan dan rasa penasaran yang tinggi sehingga usia remaja rentan terjerat narkoba dan kekerasan. Rasa penasaran yang tidak terpenuhi dengan sempurna akan berubah menjadi bencana bagi masa depan mereka. Kian hari tag line berita membuat hati teriris tak habis pikir, para pelajar mampu melakukan kekerasan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita.
Mereka dengan sadar melakukan tindak kekerasan antar pelajar dan mengganggu masyarakat hanya untuk tujuan kesenangan dan melampiaskan keingintahuannya. Selain itu, mereka juga melakukannya dengan tujuan mendapatkan validasi oleh sesama kelompok.
Gerbang Kemaksiatan bagi Pelajar
Dunia dengan kekacauan yang disebabkan oleh kesalahan sistemik tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi dan lingkungan saja. Lebih dari itu dampak fatal adalah kepada pelajar. Berita di atas membuktikan rusaknya generasi saat ini.
Seseorang tidak akan mampu melakukan kejahatan besar bila tidak ada faktor pemicunya. Dalam hal ini, jika ditelisik lebih dalam akar dari persoalannya adalah kesalahan pada sistem yang diterapkan oleh negara dan dunia, yaitu sistem sekularisme kapitalis.
Kapitalisme sekularisme yaitu sistem yang lahir dari buah pemikiran manusia dalam menyelesaikan problematika kehidupan. Sistem ini mengedepankan kebebasan dan mengesampingkan agama, di mana setiap perbuatan dan peraturan dalam hidup tidak boleh dicampuradukkan dengan agama.
Dengan kata lain, sekularisme adalah sistem yang tidak ingin agama mencampuri urusan kehidupan. Agama hanya digunakan untuk ibadah ritual saja sehingga individu bebas melakukan apa pun sesuai keinginannya. Tidak ada batasan dalam berperilaku, selain batasan yang telah dibuat oleh manusia, yaitu berupa kebijakan-kebijakan negara.
Negara telah membuat berbagai kebijakan yang mengatur tentang kekerasan dan narkoba di kalangan pelajar. Namun, terbukti kebijakan yang dibuat tidak menghasilkan generasi yang baik. Justru sebaliknya, melahirkan generasi yang lemah dalam mengendalikan diri dalam menghadapi problematika kehidupan.
Karena gerbang kemaksiatan terbuka dengan lebar sehingga para pelajar bisa dengan mudah terjebak dalam narkoba hingga kekerasan. Dengan ini, sistem pendidikan sekuler telah gagal dalam mencetak generasi berkepribadian Islam.
Pendidikan yang lahir dari sistem sekuler kapitalis tentu akan menghasilkan pelajar yang sekuler pula, pelajar tidak mengenali jati dirinya sebagai seorang muslim. Bagaimana tidak, pelajar dijauhkan dengan ilmu-ilmu Islam.
Alhasil, para pelajar tidak paham bagaimana semestinya berperilaku, bertindak, dan berpikir sesuai dengan tujuan ia diciptakan oleh Allah, yakni sebagai abdullah. Selain itu, tercipta lingkungan yang tidak mendukung dalam pembentukan generasi cemerlang dengan Islam. Lingkungan islami tidak akan tercipta di tengah sistem serba kebebasan karena Islam memiliki batasan-batasan dalam berperilaku.
Negara telah berupaya membuat berbagai kebijakan yang mengatur tentang kekerasan dan narkoba. Melalui kebijakan yang dibuat pelajar tidak merasa takut dan jera terhadap hukuman yang akan didapat, terbukti kebijakan yang dibuat tidak menghasilkan generasi yang baik. Justru sebaliknya, melahirkan generasi yang lemah dalam mengendalikan emosi diri dan menghadapi problematika kehidupan, tidak heran apabila generasi saat ini dikatakan generasi sandwich.
Pendidikan yang lahir dari sistem sekuler kapitalis juga menghasilkan pelajar yang tidak mengenali jati dirinya sebagai seorang muslim. Bagaimana tidak, para pelajar tidak mampu memahami bagaimana semestinya berperilaku, bertindak, dan berpikir sesuai dengan tujuan ia diciptakan oleh Allah.
Selain itu, lingkungan yang dibentuk oleh sistem ini tidak mendukung dalam pembentukan generasi cemerlang dengan Islam. Lingkungan islami tidak akan tercipta di tengah sistem serba kebebasan. Kebebasan dalam berperilaku dan mengambil keputusan tanpa mengindahkan hukum-hukum Allah akan merusak masa depan bangsa.
Lingkungan sosial juga telah dicemari oleh konten-konten yang tidak mendidik. Konten yang hanya memamerkan kemewahan dunia dan kesenangan semata. Namun, di balik itu semua ada kewajiban berupa syariat Islam yang ditinggalkan. Dengan ini sistem pendidikan sekuler telah gagal dalam mencetak generasi berkepribadian Islam. Kemudian gerbang kemaksiatan terbuka lebar bagi para penerus bangsa.
Islam Mencerdaskan Generasi
Begitu banyak problematika generasi yang membutuhkan solusi tuntas segera untuk menyelesaikan segala persoalan yang kian menjamur. Masyarakat membutuhkan solusi yang bukan datang dari kepribadian individu saja, melainkan solusi yang datang dari sebuah institusi besar, yaitu negara.
Satu-satunya solusi adalah negara menerapkan sistem Islam dalam setiap aspek, baik pendidikan, ekonomi dan sosial sehingga akan tercipta lingkungan yang islami. Para pelajar dapat bertumbuh menjadi generasi muslim yang beradab. Dalam surah Az-Dzariyat ayat 56 Allah berfirman: "Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku."
Islam tidak membiarkan manusia luput dari misi penciptaannya. Karena itu, Islam mengatur sedemikian rupa supaya manusia mengetahui batasan-batasan dalam bertindak. Islam mengatur sistem pendidikan berbasis akidah Islam dari jenjang pendidikan dini hingga perguruan tinggi. Negara akan berperan sebagai penanggung jawab penuh atas segala urusan umat.
Sistem pendidikan Islam tidak hanya fokus kepada perkembangan nilai akademis semata. Melainkan membentuk kepribadian Islam kepada para pelajar. Dari sini, lingkungan akan tercipta suasana islami yang akan menghasilkan generasi-generasi islami. Generasi yang memahami Islam sebagai kontrol dalam berperilaku serta menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Sebuah negara yang menerapkan sistem Islam akan mengatur sedemikian rupa dalam penayangan dan konten-konten di media sosial. Negara akan memanfaatkan media sebagai sarana untuk pendidikan, informasi, dan dakwah semata.
Alhasil, tidak ada konten-konten yang merusak moral, akhlak, pemikiran dan emosional generasi. Hanya akan ada konten-konten yang mendidik, dan membentuk karakter yang kuat. Semua ini hanya bisa diterapkan oleh negara berbasis Islam dan dipimpin oleh satu kepemimpinan. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]