G4za Butuh Pembebasan Bukan Diplomasi Berkepanjangan
OpiniPerlawanan sesungguhnya hanya dapat dilakukan
dengan kekuatan militer dalam bingkai jihad fi sabilillah
_______________________
Penulis Fira Nur Anindya
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Penjajahan tanah P4lestina yang dilakukan oleh Isra*l kembali mengemuka setelah Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu secara terbuka menyatakan rencana untuk mengambil alih kendali militer penuh atas Jalur G4za.
Dalam wawancaranya dengan Fox News (08-08-2025), ia menegaskan bahwa Isra*l tidak berniat memerintah G4za secara langsung. Melainkan menyerahkannya kepada ‘kekuatan Arab’ tanpa menyebutkan secara spesifik pihak mana yang dimaksud (AFP, 08-08-2025). Rencana ini datang menjelang rapat kabinet keamanan Isra*l yang membahas opsi militer terbaru.
Menurut laporan, skenario yang dicanangkan salah satunya ialah pengambilalihan secara bertahap tanah G4za yang masih belum berada di bawah kendali penuh Isra*l. Diawali dengan perintah evakuasi sipil. Jika dilaksanakan, kebijakan ini akan membalikkan keputusan Isra*l pada 2005 yang sempat menarik pasukan dan pemukim dari G4za. Meski tetap mengontrol perbatasan, wilayah udara, dan infrastruktur utama. (Reuters.com, 08-08-2025)
Langkah tersebut memicu kecaman. H4mas menilai rencana itu merupakan kudeta secara terang-terangan terhadap proses negosiasi dan menyebutnya bentuk pendudukan baru yang akan memperpanjang agresi Isra*l. Pejabat senior Hamas Osama Hamdan menekankan bahwa rencana Isra*l hanya ‘perpanjangan tangan pendudukan’. (cnbcindonesia.com, 08-08-2025)
Sementara, negara-negara Arab melalui perwakilan Yordania menegaskan bahwa keamanan G4za seharusnya dikendalikan oleh lembaga sah P4lestina, bukan oleh kekuatan luar. (Reuters.com, 08-08-2025)
Di lain sisi, dukungan dalam negeri Isra*l terhadap perselisihan bersenjata juga kian melemah. Survei menunjukkan mayoritas warga Isra*l menginginkan perang berakhir dengan kesepakatan pembebasan sandera, bukan dengan invasi berkepanjangan. (Reuters.com, 09-08-2025)
Fakta-fakta ini memperlihatkan tarik ulur politik dan militer yang terus berlanjut. Isra*l berusaha memperluas kontrol, H4mas menolak keras, negara-negara Arab menahan diri, sementara masyarakat internasional belum memberikan jalan keluar yang jelas.
Membaca Ulang Realitas Penjajahan
Pernyataan Netanyahu tentang full occupation tidak bisa dilepaskan dari propaganda opini yang kerap dimainkan Isra*l. Seolah-olah pendudukan penuh G4za adalah hal baru padahal P4lestina sudah berada di bawah penjajahan Zion*s selama lebih dari 75 tahun. G4za hanya salah satu titik sasaran perluasan wilayah.
Di sinilah penting bagi umat untuk mengembalikan pemahaman yang lurus tentang apa itu penjajahan. Penjajahan adalah sebuah tindakan amoral dan ilegal yang harus ditolak dan dilawan hingga penjajah benar-benar disingkirkan, bukan dinegosiasikan. Sejarah menunjukkan setiap bentuk kompromi dengan penjajah selalu berakhir dengan kerugian di pihak yang dijajah.
Sayangnya, pendekatan global saat ini masih terjebak pada rantai berkarat bernama diplomasi, perundingan damai, atau skema administrasi alternatif yang tiada menyasar titik vital problem. Malah sering berujung pada solusi pembagian dua wilayah antara P4lestina dengan Isra*l. Ide untuk membagi dua wilayah ini justru merugikan P4lestina serta menguntungkan para penjajah. Akar permasalahan sesungguhnya adalah keberadaan entitas Zion*s yang berdiri di atas tanah rampasan.
Kebuntuan Mekanisme Global
Mekanisme internasional baik melalui PBB, negosiasi multilateral, maupun inisiatif negara-negara Arab terbukti berulang kali gagal. Resolusi-resolusi PBB tidak pernah benar-benar ditegakkan karena terbentur hak veto negara-negara besar. Upaya Mesir bersama beberapa negara Arab untuk membentuk komite teknokrat P4lestina awal tahun ini ditolak mentah-mentah oleh Isra*l dan Amerika Serikat. (Reuters.com, 08-08-2025)
Sistem yang berlaku saat ini, mengacu pada kalkulasi kepentingan geopolitik dan kekuatan militer, menjadikan isu kemanusiaan di P4lestina hanya sekadar 'barang dagangan' politik. Inilah salah satu kebobrokan mekanisme global yang tidak berdiri di atas prinsip keadilan sejati, melainkan kepentingan negara-negara kuat.
Islam Menjadi Solusi Atas Penjajahan
Berbeda dengan sistem sekuler yang ada, Islam memandang penjajahan sebagai kezaliman yang wajib dilawan. Allah Swt. menegaskan: “Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan sehingga ketaatan itu hanya bagi Allah semata.” (QS. Al-Baqarah: 193)
Perlawanan sesungguhnya hanya dapat dilakukan dengan kekuatan militer dalam bingkai jihad fi sabilillah. Namun, jihad tidak mungkin terlaksana sempurna tanpa adanya komando tunggal dari seorang khalifah yang memimpin umat dengan syariat Allah. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Imam (khalifah) itu laksana perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari sini jelas, pembebasan P4lestina bukan sekadar perkara skala regional bangsa P4lestina, melainkan kewajiban seluruh umat Islam. Solusinya bukan melalui kompromi busuk ala politik kafir, melainkan kebangkitan kekuatan umat dalam institusi Daulah Islamiah. Daulah akan mampu memberikan solusi komprehensif, di antaranya adalah politik luar negeri yang tegas, menolak normalisasi dengan penjajah dan memobilisasi kekuatan umat untuk membebaskan tanah yang dijajah.
Militer skala global Islam akan menyatukan kekuatan militer umat yang saat ini tercerai-berai di lebih dari 50 negara muslim. Mendongkrak sistem ekonomi syariat, memastikan pemanfaatan sumber daya untuk kepentingan umat, bukan untuk kepentingan asing. Melakukan diplomasi penuh kedaulatan, dan menghadirkan suara umat Islam yang independen, tidak tunduk pada tekanan veto negara besar.
Membangun Daulah bukanlah utopia. Ia adalah proyek peradaban yang realistis jika umat Islam bersatu dalam dakwah ideologis yang konsisten. Kuncinya adalah meningkatkan kesadaran, menyebarkan pemahaman Islam kafah, serta memperjuangkannya dengan cara-cara dakwah yang damai dan argumentatif. Kehidupan dalam naungan syariat bukan hanya akan menyelamatkan P4lestina, tetapi memberikan rahmat bagi seluruh manusia. Aturan Allah sejalan dengan fitrah manusia, menjamin keadilan, kesejahteraan, dan keamanan.
Kini, yang dibutuhkan adalah komitmen umat untuk tidak lagi terjebak pada solusi tambal-sulam sistem sekuler. Melainkan bergerak menuju solusi hakiki, tegaknya Daulah Islamiah sebagai institusi politik global yang akan menuntun umat kembali kepada ketaatan penuh kepada Allah Swt.. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]