Palestina di Ambang Kehancuran, Patutkah Kita Diam?
OpiniPengaruh nasionalisme yang dinarasikan Barat
telah menjadikan ruh jihad dan aksi pembelaan antara umat Islam terhalang teritorial.
_________________________
Penulis Reni Rosmawati
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi Islam Kafah
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Beragam penderitaan terus mendera muslim Palestina tanpa henti. Tak hanya diintai kematian genosida, mereka pun harus menahan rasa lapar berkepanjangan akibat krisis pangan karena ditutupnya perbatasan.
Sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa lapar sementara, daging kura-kura pun terpaksa mereka konsumsi. Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-bangsa (WFP) telah membunyikan alarm atas hal ini. Menurut WFP, kondisi tersebut akan membuat Gaza runtuh. Gaza membutuhkan aliran makanan yang tanpa henti agar bisa terhindar dari kehancuran. (cnnindonesia.com, 21-04-2025)
Sementara itu, penjajah zionis laknatullah alaihim makin brutal berbuat kejahatan di luar nalar dan batas kemanusiaan. Berbagai kecaman dunia tak dihiraukan. Dikutip dari (Kompas.com, 10-04-2025) sejak perang pertama pecah pada 7 Oktober 2023 lalu, hampir 61 ribu orang tewas termasuk anak-anak dan jurnalis, ratusan ribu rumah hancur, serta jutaan orang harus mengungsi.
Gaza Menderita, di Manakah Umat Islam?
Fakta di atas mengindikasikan bahwa Palestina sudah di ujung tanduk dan di ambang kehancuran. Bagaimana bisa kaum muslim diam menyaksikan hal ini? Semestinya hal tersebut menjadi alasan kuat bagi umat muslim untuk segera menolong Palestina.
Sebagai umat muslim yang memiliki ikatan akidah yang sama tak patut jika membiarkan Palestina menderita, sementara dirinya hidup dipenuhi ketenangan dan kesenangan dunia. Apalagi, semua umat muslim diibaratkan satu tubuh, yang jika ada satu saja bagian tubuh yang sakit maka anggota tubuh lainnya ikut merasakan rasa sakit itu. Karenanya masalah Palestina adalah masalah umat muslim di seluruh dunia. Menolong Palestina merupakan kewajiban yang Allah bebankan pada setiap jiwa muslim.
Sayangnya, sejauh ini upaya yang dilakukan negara-negara muslim dan lembaga internasional sekelas PBB hanya sebatas melakukan serangkaian perundingan negosiasi damai yang menghasilkan solusi pragmatis. Gencatan senjata dan solusi dua negara, tak berpengaruh apa pun terhadap warga Palestina kecuali semakin mengukuhkan keberadaan Zionis.
Hal tersebut karena saat ini negara-negara di dunia mengadopsi ide nasionalisme yang menjadikan umat Islam tersekat-sekat dalam negara bangsa. Pengaruh nasionalisme yang dinarasikan Barat telah menjadikan ruh jihad dan aksi pembelaan antara umat Islam terhalang teritorial. Apa yang dialami muslim Palestina seolah bukan tanggung jawab umat muslim di luar Palestina.
Maka selama ide nasionalisme masih diterapkan, negara-negara muslim tidak akan mampu menolong Palestina sebab semuanya akan terus terikat oleh nasionalisme dan nation state yang merupakan buah pemikiran kapitalisme. Kapitalismelah yang menjadikan para pemimpin muslim tunduk patuh pada kesombongan Barat. Bukannya mengirimkan tentara untuk jihad menolong Palestina, malah merendahkan diri menawarkan perdamaian.
Islam Solusi Tuntas bagi Palestina
Sejatinya, hanya Islam satu-satunya solusi atas Palestina. Ini karena Islam dan syariatnya memiliki aturan komprehensif untuk menghilangkan penjajahan, di antaranya:
Pertama, Islam satu-satunya sistem yang melarang umat muslim lemah di hadapan orang kafir. Islam pun tidak membolehkan berdamai dengan kafir harbi fi’lan (kafir yang memusuhi Islam) ataupun sekutunya.
Firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah Muhammad ayat 35: “Janganlah kalian lemah dan meminta untuk berdamai, padahal kalian lebih unggul di atas mereka." Juga dalam ayat lainnya: “Sungguh, Allah melarang kalian berdamai dengan orang-orang yang mengusir kalian dari negeri kalian. Siapa saja yang menjadikannya teman, maka ia termasuk orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 9)
Kedua, Islam mewajibkan jihad fii sabilillah untuk membebaskan negeri-negeri yang terjajah. Islam pun meniscayakan umat bersatu dalam satu ikatan akidah yang kuat. Islam tidak mengenal istilah nation state sebagaimana dalam kapitalisme.
Ketiga, Islam menetapkan bahwa tanah Palestina merupakan tanah air kaum muslimin yang dikuasai melalui peperangan (tanah kharajiyah). Ini berlaku sejak era Khalifah Umar bin Khattab r.a. hingga berakhirnya dunia ini. Maka, haram jika membiarkan Zionis menguasai Palestina.
Keempat, Islam menjamin kewibawaan umat muslim di mata dunia. Ketika Islam berjaya selama 1400 tahun, seluruh negara tunduk pada kekuasaan Islam. Umat muslim pun disegani. Ini karena Islam mampu mencetak pemimpin yang tegas dan menjadi raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi umat.
Demikianlah kesempurnaan sistem Islam (Khilafah) dalam menyelesaikan masalah penjajahan, termasuk di Palestina. Namun, karena Khilafah belum tegak, maka setidaknya ada beberapa kewajiban vital yang harus umat tunaikan dalam rangka menyelamatkan Palestina. Yakni terus mendoakan warga Palestina, tak henti melakukan boikot produk-produk Zonis atau yang terafiliasi dengannya. Mengirimkan bantuan berupa materi semampunya. Tak lelah menyeru semua muslim di dunia dengan seruan yang sama dan mengingatkan akan kewajiban dan pentingnya persatuan dalam menolong Palestina. Terus menyuarakan kepada para penguasa muslim untuk segera melakukan aksi nyata mengirimkan pasukan militer ke Palestina serta jangan berhenti mengikuti kajian Islam kafah, lalu menyuarakan Islam sampai umat paham terkait urgensi menerapkan syariat Islam.
Sungguh, hanya dengan tegaknya syariat Islam kafah melalui bingkai Khilafah-lah pendudukan Zionis atas Palestina akan terhapuskan. Wallahualam bissawab. [SM/MKC]