Alt Title

Eksploitasi di Taman Safari Bukti Kuatnya Oligarki

Eksploitasi di Taman Safari Bukti Kuatnya Oligarki

 


Semuanya dianggap sama sebagai warga negara.

Seorang khalifah wajib melindungi rakyat karena itulah fungsi kepemimpinan dalam Islam. 


_____________________


Penulis Tinah Asri 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Senyum bahagia para pengunjung saat menyaksikan meriahnya pertunjukan sirkus di Taman Safari Bogor ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan yang dialami oleh para pemainnya. Tak disangka, mereka diperlakukan layaknya binatang, dipaksa bekerja saat fisik terluka, disuruh tertawa meskipun batin menderita. 


Diberitakan sebelumnya, sejumlah orang eks pekerja Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari mendatangi kantor Komnas HAM pada tanggal 15 April 2025. Mereka datang didampingi kuasa hukumnya Muhammad Sholeh, untuk melaporkan "Tiga Macan Safari," julukan bagi tiga orang bersaudara pendiri OCI sekaligus pemilik Taman Safari Bogor yaitu Jansen Manangsang, Frans Manangsang, dan Tony Semampouw. Ketiganya dilaporkan terkait tindakannya yakni penganiayaan dan pelanggaran hak asasi manusia. (Tempo.co, 23-04-2025)


Butet, salah satu korban mengatakan sering dipukul, ditelanjangi, dipaksa bekerja meski sedang hamil tua. Bahkan, setelah melahirkan dia dipisahkan dengan anaknya, dijejali kotoran gajah saat kedapatan mengambil sepotong daging untuk dimakan.


Hal yang sama juga dialami oleh Vivi. Dia mengaku sering dipukuli jika melakukan kesalahan, tidak dikasih jatah makan selama dua hari, pernah disetrum dengan alat setrum gajah saat ketahuan hendak kabur, melarikan diri meninggalkan OCI. Sedangkan Ida mengalami cacat permanen, jatuh saat melakukan atraksi dalam sebuah pertunjukan di Lampung. Saat itu Ida tidak segera mendapatkan penanganan medis.


Sulitnya Mendapatkan Keadilan 

 

Meski kasus ini telah mendapatkan perhatian dari Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, namun rasa-rasanya keadilan bagi eks pekerja ini tidak serta merta mudah mereka dapatkan. Pasalnya, Wakil Ketua DPR RI Ahmad Syahroni justru menyarankan kepada kedua belah pihak untuk menyelesaikan perkara ini secara kekeluargaan.


Hal ini disampaikannya saat rapat dengar pendapat Senin, 23 April 2025 yang menghadirkan kedua belah pihak, yakni eks pekerja dan Jansen Manangsang sebagai wakil dari pihak Taman Safari. Bisa dilihat bahwa solusi yang diberikan hanya sekadar imbauan, bukan sanksi tegas yang mengikat pihak Taman Safari untuk memenuhi tuntutan dari para eks pekerja yang sejak lama dirampas kebebasannya.


Hal ini menunjukkan jika pemerintah kurang peduli. Jika peduli hanya basa-basi supaya tidak disebut abai terhadap nasib rakyat kecil. Pemerintah telah gagal melindungi warganya. Saat ini kepemilikan pemerintahan diisi oleh orang-orang yang hanya peduli dengan dirinya sendiri, orang yang rela tunduk mengabdi pada oligarki.


Bagi mereka yang penting tetap bisa berkuasa serta bertambah pula pundi-pundi rupiahnya. Bisa hidup mewah tak peduli rakyat susah. Maka dari itu, berharap keadilan ditegakkan oleh pemerintahan yang menerapkan sistem demokrasi kapitalis adalah ibarat mimpi di siang hari.


Butuh Sosok Pemimpin Takwa


Berbeda jika negara menerapkan Islam secara kafah. Pemerintahan Islam hadir untuk mengurusi urusan rakyat, menyejahterakan hidup rakyat, menjaga kehormatan serta melindungi rakyat. Khalifah sebagai seorang pemimpin akan memberikan sanksi tegas jika ada pihak-pihak yang mengancam dan menyakiti rakyat, muslim maupun nonmuslim.


Semuanya dianggap sama sebagai warga negara. Seorang khalifah wajib melindungi rakyat karena itulah fungsi kepemimpinan dalam Islam. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (kepala negara) adalah perisai. Orang-orang berperang dari belakang dan menjadikan dirinya pelindung. Jika ia memerintahkan ketaqwaan kepada Allah dan berlaku adil, baginya pahala. Jika ia memerintahkan yang selainya, ia harus bertanggung jawab." (HR. Bukhari)


Seorang khalifah dipilih oleh kaum muslim karena ketakwaan dan kemampuannya dalam melindungi rakyat. Seperti halnya Khalifah Umar bin Khattab yang dipilih dan dibaiat karena ketaatan dan perhatiannya kepada rakyat.


Saat sedang berjalan di Madinah beliau melihat seekor burung pipit yang dijadikan mainan oleh seorang anak. Karena rasa kasihan yang tiba-tiba muncul, beliau membeli burung tersebut kemudian melepaskannya supaya bisa terbang bebas. Sungguh luar biasa apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar. Bayangkan saja, bagaimana seekor burung kecil saja sangat beliau perhatikan, apalagi dengan rakyatnya padahal Umar saat itu dikenal dikenal sebagai sosok yang keras dan tegas.


Imam Al-Baihaqi dalam kitab Syu'ab Al-Imam juga meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pernah berkata, "Andai ada kambing mati di tepi sungai Eufrat karena tidak terurus, sungguh aku takut kelak dimintai pertanggungjawaban atasnya."


Rasa tanggung jawab itu muncul karena dorongan iman dan takwa kepada Allah Swt. dan kesadaran bahwa seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. atas apa yang ia pimpin. Sayang, saat ini sosok pemimpin seperti ini jarang kita dapati di negeri ini.


Meski ada yang dianggap sama dengan Umar bin Khattab karena sering blusukan masuk gorong-gorong. Namun, perilaku dan tindak tanduknya sama sekali tidak mencerminkan pribadi yang bertakwa sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab. Jangankan melindungi rakyat, kebijakan yang  dikeluarkannya terkadang menyakiti dan membawa penderitaan bagi rakyat.


Untuk mendapatkan pemimpin yang bertakwa harus ada sistem yang mendukungnya, yakni sistem pendidikan Islam. Sistem pendidikan Islam dibangun berlandaskan keimanan dan kesadaran penuh bahwa di balik kehidupan, alam semesta, dan manusia ada Sang Pencipta sekaligus pengaturnya, yaitu Allah Swt.. Kurikulum dalam pendidikan Islam mewajibkan individu muslim untuk taat dan tunduk dengan aturan yang Allah turunkan. Inilah eksistensi takwa yang sesungguhnya. 


Saat ini kita butuh seorang pemimpin bertakwa. Seorang pemimpin yang takut hanya kepada Allah Swt. sebab ketakwaan adalah kunci untuk untuk membuka pintu kebaikan dan keberkahan. Untuk itu, saatnya kaum muslim bersatu. Berjuang bersama mewujudkan tegakkan syariat Islam di tengah-tengah masyarakat. Wallahualam bissawab. [Dara/MKC]