Kelaparan di Gaza: Dunia Diam, di Mana Umat Islam?
OpiniTragedi Gaza adalah cermin dari absennya pemimpin sejati umat Islam.
Saat para penguasa negeri-negeri muslim lebih memilih menjaga kursi kekuasaan daripada membela agama
______________________________
Penulis Vina
Kontributor Media Kuntum Cahaya, Nutrisionis dan Alumni UGM
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza kian mengerikan. Blokade total yang diberlakukan oleh Israel sejak 2 Maret lalu atas dalih menekan kelompok Hamas kini telah berubah menjadi alat genosida massal. Warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, dibiarkan kelaparan dan kehausan dalam keterasingan total dari dunia luar. Mengutip dari Antaranews.com (26-04-2025) bahwa stok makanan di Gaza telah benar-benar habis, dan tidak ada bantuan yang bisa masuk. Ini karena semua jalur perbatasan ditutup oleh otoritas Israel, sebagaimana dilaporkan oleh World Food Programme (WFP) PBB.
Dapur-dapur umum yang selama ini menjadi penyambung nyawa satu-satunya masyarakat Gaza sudah tidak mampu beroperasi. Bahan makanan langka, harga melonjak, dan air bersih semakin sulit diperoleh. Sebuah video yang diunggah di media sosial oleh akun @aljazeeraenglish memperlihatkan warga Gaza yang tinggal di tenda tepi laut terpaksa memakan daging kura-kura untuk bertahan hidup. Mereka ingin menangkap ikan tetapi zionis juga memblokade laut sehingga kegiatan menangkap ikan pun menjadi pertaruhan nyawa hingga mereka hanya bisa menunggu kura-kura terdampar ke tepi laut.
Gaza saat ini tidak hanya menjadi wilayah konflik, tetapi zona kematian akibat kelaparan sistematis yang disengaja. Ini bukan sekadar tragedi, tetapi kejahatan kemanusiaan yang nyata dan terang-terangan. Komisaris Jenderal UNRWA mengatakan kelaparan di Gaza ini bermotifkan politik karena izin untuk memasok bahan makanan tak dihiraukan sama sekali oleh Israel. (Antaranews, 28-4-2025)
Gaza Tanggung Jawab Siapa?
Hal yang lebih menyakitkan dari semua ini adalah sikap pemimpin negeri-negeri muslim yang memilih bungkam atau bahkan justru berkhianat. Mereka mengulurkan tangan diplomatik kepada penjajah, melakukan normalisasi hubungan, dan sibuk mengurusi agenda politik domestik masing-masing tanpa memedulikan jeritan umat di Gaza. Padahal Rasulullah saw. telah mengingatkan bahwa umat Islam itu bagaikan satu tubuh. Ketika satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakannya. Tapi hari ini, Gaza dibiarkan berlumuran darah sementara dunia Islam seolah mati rasa.
Lalu, Gaza tanggung jawab siapa? Jawabannya jelas, Gaza adalah tanggung jawab seluruh umat Islam. Nabi saw. mengingatkan kita dalam sabdanya, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari No. 2262)
Bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina, bukan hanya kelompok pejuang tertentu. Seluruh umat muslim, dari Timur hingga Barat memiliki kewajiban untuk membebaskan tanah suci ini dari penjajahan dan penindasan. Namun, tanggung jawab itu tidak akan bisa dipikul hanya dengan kecaman atau doa semata. Dibutuhkan solusi tuntas yang nyata dan strategis.
Solusi bagi Palestina
Solusi hakiki bagi Palestina bukanlah perundingan damai semu atau bantuan kemanusiaan sesaat. Solusinya juga bukan berharap kepada para pemimpin dunia yang jelas-jelas tutup mata. Namun solusi itu adalah jihad fisabilillah, yaitu pembebasan tanah Palestina melalui kekuatan militer yang terorganisir dalam kerangka syariat Islam.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 190 yang artinya, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Kita diminta untuk memerangi musuh-musuh Islam dengan jihad. Namun jihad yang sah dan terarah hanya bisa terlaksana di bawah kepemimpinan politik yang sah, di bawah naungan negara Islam atau Khilafah Islamiah. Hanya institusi selevel negara tersebutlah yang memiliki legitimasi syar’i dan kapasitas riil untuk menyatukan umat, memobilisasi kekuatan, dan melawan kezaliman global yang saat ini bersekongkol menghancurkan Palestina.
Karena itu, umat harus bersatu dan berusaha mewujudkan tegaknya Khilafah, memerangi kezaliman tanpa kompromi demi membebaskan tanah Palestina. Seperti halnya dulu yang dilakukan oleh Shalahuddin Al-Ayubi memerangi tentara salib dalam perang Hittin dan membebaskan seluruh wilayah negri muslim dari cengkeraman kaum kafir.
Tragedi Gaza adalah cermin dari absennya pemimpin sejati umat Islam. Saat para penguasa negeri-negeri Muslim lebih memilih menjaga kursi kekuasaan daripada membela agama. Maka tugas itu jatuh ke pundak kita semua, umat yang sadar dan peduli. Kita tidak bisa lagi diam. Saat satu bagian tubuh umat tersayat, maka seluruh bagian harus bergerak. Hari ini Gaza mungkin tak bersuara, tapi luka mereka adalah panggilan bagi kita semua.
Saat air mata dan darah bercampur di tanah yang diberkahi itu, mari kita teguhkan tekad: tidak akan ada Palestina merdeka tanpa jihad, dan tidak akan ada jihad yang sah tanpa Khilafah. Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]