Alt Title

Miris Mental Curang Peserta SNBT

Miris Mental Curang Peserta SNBT

 


Adaptasi dari kapitalisme sekularisme memengaruhi pikiran pelajar

Mereka memikirkan tentang hasil akhir tanpa peduli pada norma-norma apalagi nilai agama


__________________


Penulis Nurul Bariyah 

Kontributor Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Semua orang tua tentu ingin anaknya bisa mencapai cita-cita yang tinggi. Memiliki gelar dan bekerja di perusahaan ternama serta mendapat gaji yang besar. Semua itu hanya bisa diraih dengan kuliah.


Universitas negeri banyak dituju masyarakat menengah ke bawah. Selain biaya yang tidak terlalu mahal, bergengsi, dan menjadi kebanggaan tersendiri apabila masuk ke sana. Seorang yang memiliki cita-cita tinggi, tentunya harus melakukan usaha yang keras. Calon mahasiswa harus lulus tes yang diuji oleh panitia penyelenggara.


Persaingan tentu saja sangat ketat karena diikuti oleh masyarakat seluruh Indonesia. Hal ini membuat calon mahasiswa memiliki kekhawatiran yang tinggi. Mereka yang memiliki sifat curang dan mental korup dalam diri mereka memilih cara tidak terpuji tersebut. Seharusnya mereka sadar bahwa cita-cita yang tinggi, berbanding lurus dengan proses dan perjuangan yang besar.


Namun faktanya, mereka memilih jalan pintas, yakni cara curang agar bisa lolos ke kampus ternama. Konsekuensinya mereka yang terbukti melakukan kecurangan akan mendapat hukuman yang akan sangat berat, yaitu tidak akan diterima di kampus negeri mana pun. Semua itu efek sifat tak jujur, membuat masa depannya berantakan.


Mengapa mereka memilih cara cepat dan curang? Mungkin dari seribu orang berhasil masuk satu orang yang curang. Akan tetapi, tidak menjamin apakah orang itu mampu bertahan dan belajar sampai akhir di universitas itu? Ini akan terjadi pada orang yang hidup jauh dari agama sehingga tidak takut akan dosa.


Ingin lolos masuk universitas bergengsi agar bisa jadi intelek hebat, tetapi cara yang ditempuh sangat tidak intelektual. Kaum terpelajar seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat di bawah agar mengedepankan kemampuan diri dan kejujuran. Namun kenyataannya, mereka berlomba adu cara jitu untuk mencontek dan berbuat curang. 


Fakta dalam Penyelenggaraan Ul UTBK untuk Seleksi SNBT memang ditemukan banyak calon mahasiswa yang berbuat tidak jujur. Ditemukan juga modus baru yakni memasang kamera yang tidak terdeteksi metal detector di behel gigi, kuku, ikat pinggang, dan kancing baju. Canggih ya! (Beritasatu.com, 25-04-2025)


Pihak panitia melakukan investigasi lebih lanjut dengan menggandeng banyak pihak yang terkait, baik internal maupun eksternal sebagai langkah preventif dan korektif. Juga mendata akun peserta yang melakukan kecurangan. Memberikan pertanyaan dalam naskah soal yang berbeda di tiap sesi ujian merupakan salah satu langkah yang diambil. Ini bertujuan untuk meminimalisasi terjadinya kebocoran soal.


Pihak panitia mengimbau kepada seluruh penanggung jawab pusat untuk meningkatkan kecermatan pemeriksaan peserta sebelum memasuki ruang ujian dan meningkatkan pengawasan terhadap para peserta saat ujian berlangsung. Miris, meski dari tahun ke tahun selalu dilakukan usaha pencegahan. Akan tetapi, selalu ada saja celah bagi mereka untuk melakukan kecurangan. Seiring bertambah canggihnya teknologi, menambah makin canggih pula bentuk kecurangan.


Fakta bahwa 78 persen sekolah dan 98 persen kampus masih ditemukan kasus menyontek ditemukan dari hasil survei KPK. Ini menandakan bahwa tingkat kecurangan di dunia pendidikan kita sangat tinggi dan memprihatinkan.(detikedu.com, 25-04-2025) 


Adaptasi dari kapitalisme sekularisme memengaruhi pikiran pelajar. Mereka memikirkan tentang hasil akhir tanpa peduli pada norma-norma apalagi nilai agama. Akhlak mereka hilang, pergi entah kemana, kejujuran bersembunyi di balik tujuan kesuksesan. Ketika yang dipentingkan hanya hasil akhirnya saja.


Tanpa peduli jalan yang ditempuh baik atau buruk. Orang itu telah melanggar norma-norma kejujuran dan keadilan. Mereka hanya berpikir tentang bagaimana bisa menjadi mahasiswa di kampus terbaik. Membanggakannya meski dengan cara manipulatif.


Hingga berangan-angan mendapat ijazah dan bisa bekerja di perusahaan ternama. Begitulah karakter orang-orang pecundang yang akan menambah deret panjang angka pengangguran karena minimnya ilmu dan pengetahuan di samping saat ini kesempatan kerja sangat sedikit.


Mereka selalu berangan tinggi, tetapi usaha dan kerja mereka tidak ada. Kebahagiaan mereka hanya terukur dari materi. Lebih dari itu mereka tidak peduli. Seorang penganut sistem kapitalis sekularisme akan lebih mementingkan bagaimana mendapat keuntungan yang besar buat dirinya pribadi.


Islam menjadikan ukuran kebahagiaan adalah keridaan Allah Swt.. Semata-mata agar Allah rida, jadi tak menghitung untung rugi dan lainnya. Mereka kaum muslim yang taat, menyandarkan dirinya pada aturan Allah Swt.. Apakah sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan menurut Allah?


Kehidupan di dunia ini diatur oleh Sang Kuasa. Semua aturan ada di dalam Al-Qur'an dan hadis sehingga umat muslim menjadikannya pedoman dalam melakukan aktivitas di dunia ini. Allah Swt. berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (QS. At-Taubah 9: 119)


Dalam Islam, pendidikan sangat penting. Belajar dalam Islam diwajibkan mulai dari buaian hingga liang lahat. Maksudnya adalah kita wajib belajar sampai kapan pun. Apabila seseorang telah tiada baru kewajiban itu akan hilang. Dalam Islam, bersikap jujur dan tidak curang sangat penting supaya mendapat keridaan Allah. Sebagaimana Baginda Rasulullah kita adalah manusia yang jujur dan benar. 


Islam membuat para pelajar menjadi orang-orang yang mengedepankan adab sebelum ilmu. Adab terhadap guru dan menomorsatukan nilai kejujuran. Mengapa adab sangat penting dalam Islam? Karena tanpa adab seseorang yang berilmu ia akan salah arah seolah-olah dia buta.


Umat Islam memiliki akidah yang kuat sejak dini sehingga mencetak generasi yang unggul dan cemerlang juga taat syariat. Hukum Allah yang mengatur baik buruknya suatu perbuatan. Pemuda dan pelajar Islam berperan dalam peradaban, hingga nantinya mereka memimpin peradaban di masa depan. Bahkan, semua teknologi canggih yang tercipta dari tangan mereka sesuai dengan tuntunan Allah dan digunakan untuk meraih rida Allah Swt. semata. Wallahualam bissawab.[Dara/MKC]