Pemimpin Itu Melayani, Bukan Menzalimi
Opini
Selain terkesan mengacuhkan kezaliman oligarki terhadap rakyat
negara justru menjadi pelaku kezaliman itu sendiri
_________________________
Penulis Ummi Qyu
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Komunitas Rindu Surga
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI- Belakangan ini semakin terkuak bagaimana sikap penguasa terhadap rakyat negeri ini, juga kezaliman para oligarki terhadap hak-hak rakyat. Hak-hak rakyat dirampas tanpa ampun, seperti kasus-kasus yang terjadi di berbagai daerah akhir-akhir ini yang diduga kuat dilakukan oleh oligarki.
Salah satunya yaitu pemagaran laut yang membentang sekitar 30,16 km telah merampas hak publik seperti yang terjadi di daerah Tangerang, Banten. Laut yang semestinya menjadi milik bersama dan bisa diakses oleh siapa saja, sekarang dikuasai oleh kelompok tertentu atau oligarki demi kepentingan bisnis mereka.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid sendiri mengakui pagar laut ini sudah bersertifikat Hak Guna Bangun (HGB). Sertifikat-sertifikat itu bahkan sudah dimiliki oleh beberapa perusahaan. Fenomena ini semakin menunjukkan betapa negara tidak berpihak kepada rakyat. (cnnindonesia.com, 20-01-2025)
Kasus berikutnya di sektor tambang yang menjadi sumber daya strategis seharusnya dikelola oleh negara dan hasilnya untuk kepentingan rakyat. Akan tetapi, tambang justru dikelola dan dikuasai oleh segelintir orang.
Mereka meraup keuntungan besar dan menikmati hasilnya. Sedangkan warga sekitar alih-alih mendapat manfaat yang mereka dapatkan adalah rusaknya ekosistem, pencemaran lingkungan, juga konflik agraria yang tak ada ujungnya.
Selain terkesan mengacuhkan kezaliman oligarki terhadap rakyat, negara justru menjadi pelaku kezaliman itu sendiri. Contoh kasusnya yaitu kebijakan berupa larangan menjual LPG 3 kg langsung ke pengecer. Meskipun pada akhirnya, keputusan ini dibatalkan oleh pemerintah setelah diprotes oleh banyak pihak. Namun, sikap ini tidak serta merta cukup untuk menunjukkan kepekaan terhadap masalah kehidupan masyarakat.
Kezaliman Akibat Kapitalisme
Melihat fakta di atas, semakin tampak kebijakan politik saat ini. Penguasa lebih berpihak kepada para pemilik modal dan abai terhadap rakyat. Meskipun banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat, nyatanya belum ada tindakan tegas. Bahkan negara cenderung melindungi para oligarki dan memuluskan kepentingan mereka.
Padahal seharusnya pemerintah lebih berpihak kepada rakyat yang menjadi tanggung jawabnya. Yakni dengan memenuhi berbagai kebutuhan hidup mereka bukan malah mempersulitnya. Inilah gambaran pemimpin dalam kapitalisme, sistem yang banyak melahirkan aturan yang menzalimi rakyat. Tak hanya itu, sistem ini juga melahirkan pemimpin yang tidak amanah, berbuat curang dan minim hati nurani.
Pemimpin Islam Melayani Rakyat
Dalam Islam, pemimpin atau kepala negara itu hakikatnya pengurus dan pelayan rakyat.
Sebagaimana sabda Nabi saw. yang artinya: "Pemimpin (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR. Al-Bukhari)
Pemimpin yang amanah akan menunaikan tugas ri'âyah (mengurus) yaitu memelihara semua urusan rakyatnya seperti menjamin pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan bagi setiap individu), serta menjamin pemenuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara cuma-cuma, termasuk melindungi dari kezaliman dan ancaman para kaum elite oligarki.
Pemimpin dalam Islam juga harus memiliki siifat tanggung jawab. Di antaranya yang paling menonjol adalah sifat kuat, takwa, lembut terhadap rakyat, dan tidak membuat rakyat menjauh. Kuat disini bukan berarti hanya fisik saja, tetapi kuat kepribadiannya (syakhsiyah), yaitu kuat dalam pola pikir ('aqliyah) Islam,sehingga ia mampu memahami segala perkara berdasarkan akidah dan syariat. Pemimpin juga harus memiliki pola sikap (nafsiyah) yang islami. Agar ia bisa menjalankan kepemimpinan sesuai dengan akidah dan syariat Islam.
Ketakwaan akan berkesinambungan dengan kekuatan kepribadian seorang pemimpin agar lebih terkontrol dan tidak kebablasan. Ketakwaan itu berkaitan dengan dirinya sendiri juga dalam ri'âyah terhadap urusan rakyatnya sehingga seorang pemimpin akan ber-taqarrub. Senantiasa sadar akan selalu diawasi oleh Allah Swt..
Meski demikian, sifat takwa tidak menghalanginya dalam bersikap tegas ketika menegakkan kebenaran yang berkaitan dengan perintah dan larangan Allah Swt.. Walaupun tegas, sikap seorang pemimpin juga harus memiliki sikap yang lembut kepada rakyatnya dan tidak memberatkan.
Oleh karena itu Rasulullah saw. pernah berdoa tentang hal ini yang artinya, "Ya Allah, siapa saja yang menangani urusan umatku, lalu dia mempersulit mereka, maka persulitlah dia, dan siapa saja yang menangani urusan umatku, lalu dia berlaku lembut kepada mereka, maka perlakukanlah dia dengan lembut.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Seperti itulah gambaran tanggung jawab pemimpin terhadap rakyatnya. Melayani dengan sepenuh hati dengan dasar keimanan dan takwa sehingga para pemimpin Islam akan terhindar dari sifat zalim sebagaimana pemimpin dalam sistem kapitalis ini.
Semuanya itu hanya akan terwujud dalam sistem pemerintahan Islam. Karena pemimpin yang bersikap baik saja tidak cukup. Akan tetapi, harus beriringan dengan sistem yang baik pula yang bersumber dari Zat Yang Maha Baik yakni Allah Swt.. Itulah amanah Rasulullah saw. sepeninggalnya beliau kepada kaum muslim. Wallahualam bissawab. [SM/]