Kejar Pajak Rakyat Kembali Dipalak
Opini
Lebih parahnya lagi kebijakan pengejaran pajak kepada rakyat
justru berbanding terbalik dengan pengusaha
_________________________
Penulis Khusnawaroh
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pajak terus digencarkan, kali ini pemerintah melakukan gebrakan pemungutan pajak dengan mendatangi pemilik kendaraan yang menunggak bayar pajak di rumah-rumah mereka. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan akan kewajiban membayar pajak.
Hal ini pun dibenarkan oleh Korlantas Polri, bahkan pemerintah telah menyiapkan beberapa regulasi agar masyarakat patuh untuk membayar pajak kendaraannya. Salah satu regulasi tersebut yakni dengan mendatangi rumah pemilik kendaraan yang tercatat belum membayar pajak atau menunggak pajak.
Beberapa langkah ini ditempuh untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak sebab Korlantas Polri menilai tingkat kepatuhan masyarakat melakukan perpanjangan STNK 5 tahun masih sangat minim. Dari total 165 juta unit kendaraan terdaftar, tak sampai separuhnya membayar pajak. (Detik.com, 7-11-2024 )
Pajak Sumber Pemasukan Negara
Diketahui pajak merupakan sumber utama pendapatan di negeri kita, kekuatan terbesar keuangan negara berasal dari sektor pajak. Tak heran jika banyak cuitan netizen mengatakan "Apa-apa dipajakin".
Betapa tidak, mulai dari kendaraan mobil, motor, perumahan, tanah, penghasilan pun tak luput terkena pajak. Lebih parahnya lagi, pajak pun dikenakan tanpa pandang bulu.
Kesejahteraan rakyat tanpa dipungut pajak hanyalah mimpi di negeri kapitalis. Miris jika sampai tim pembina samsat bakal mendatangi rumah pemilik kendaraan yang menunggak pajak. Sepertinya pemerintah berencana lebih agresif memburu setoran pajak yang seakan tidak akan ada berakhirnya pungutan pajak kepada rakyat.
Sejatinya, rakyat sudah menderita dengan harga-harga barang kebutuhan yang makin naik, ditambah dengan subsidi-subsidi dicabut. Mulai dari subsidi listrik, subsidi BBM, dan lainnya sebab dianggap membebani anggaran negara. Kini pemerintah pun makin getol untuk memburu rakyat dengan pajak.
Kapitalisasi Biang Keroknya
Sejatinya, dimana letak ri'ayah (pengurusan) negara saat ini? Negara adalah pengurus urusan rakyat, salah satunya memenuhi kebutuhan masyarakat seluruhnya. Bukan justru membebani mereka dengan berbagai iuran untuk membiayai negara.
Negara seharusnya berusaha memberi kesejahteraan kepada rakyat, bukan malah memalak atau memungut harta rakyat. Lebih parahnya lagi kebijakan pengejaran pajak kepada rakyat justru berbanding terbalik dengan pengusaha. Pasalnya, para pengusaha besar justru bebas dari pajak. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pasal 60 ayat (2) PP55/2022.
Pasal 60 ayat (2) PP 55/2022 menyatakan bahwa wajib pajak orang pribadi yang memiliki peredaran bruto tertentu atas bagian peredaran bruto dari usaha sampai dengan Rp500.000.000 dalam 1 tahun tidak dikenai pajak penghasilan. Selain itu, banyak dari anggota pemerintah, seperti anggota DPRD yang justru menunggak pajak, tetapi tidak segera dikejar.
Kondisi ini sangat nampak kontradiksi, pengusaha yang memiliki penghasilan bruto Rp500 juta tidak dipungut pajak. Sementara rakyat kecil yang memiliki kendaraan motor harus didatangi setiap rumah untuk dipungut pajak. Hal ini kian membuktikan bahwa penguasa lebih berpihak pada pengusaha. Rakyat hidup susah dengan banyaknya potongan pajak, sementara pengusaha justru banyak mendapat keringanan pajak.
Mirisnya lagi hasil pajak yang menjadi modal utama pemasukan negara digunakan untuk membiayai modal pembangunan yang tidak memberikan pengaruh nyata bagi masyarakat secara menyeluruh. Inilah gambaran sistem hidup yang telah memisahkan peran agama dari kehidupan. Manusia dibuat sengsara oleh sekelompok manusia tertentu untuk kepentingan duniawi. Negara sebagai periayah urusan rakyat justru dijauhkan dari tanggung jawabnya tersebut.
Di sisi lain, kapitalisme yang diemban oleh penguasa sebagai ideologi bangsa tidak mampu menjaga manusia sesuai fitrahnya karena sistem kapitalis sekuler adalah sistem yang terbentuk dari akal manusia yang terbatas dan lemah yang cenderung rakus, tamak, dan zalim. Begitu pula melahirkan para penguasa yang sibuk untuk mencari keuntungan dari kepemimpinannya, bukan untuk melaksanakan kewajibannya.
Islam Solusinya
Semestinya negara tidak perlu memungut harta dari rakyat karena telah kaya dengan sumber daya alamn. Namun, sangat disayangkan yang terjadi malah sebaliknya. Sumber daya alam melimpah, tetapi rakyat sengsara. Rakyat sudah berat berjibaku dengan memenuhi kehidupan mereka masing-masing, ditambah harus menanggung bermacam-macam jenis pajak.
Apakah sistem seperti saat ini masih harus tetap dipertahankan? Sementara ada sistem yang lebih agung dan lebih mulia, yang bersumber dari Sang Maha Pencipta kehidupan yaitu Allah Swt..
Ialah sistem Islam yang sudah terbukti keberhasilannya dalam memimpin dunia mampu mensejahterakan masyarakat. Bukan hanya masyarakat muslim dan nonmuslim, semua terjaga, terlindungi, dan terjamin kebutuhan pokok mereka mulai dari sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan harta dan jiwa mereka, serta sistem pemenuhan upah yang manusiawi sehingga rakyat sejahtera.
Pajak dalam Islam bukan sebagai pemasukan negara secara tetap, tetapi ia hanya dijadikan sebagai pemasukan ketika Baitulmal benar-benar kosong. Bahkan pemungutan pajak pun dilakukan pada waktu tertentu saja. Negara Islam memiliki banyak sumber pemasukan mulai dari fai, kharaj, zakat, harta waris yang tidak ada pewarisnya, sumber daya alam, dan lainnya.
Khatimah
Dengan banyaknya pungutan pajak dan makin agresifnya penguasa terhadap pajak kepada rakyat semakin membuktikan secara nyata dan semakin terasa dampak keburukan dari sistem kapitalis sekuler. Sistem ini adalah sistem yang tidak layak untuk dipertahankan dan sudah seharusnya diganti dengan sistem Islam yang bersumber dari wahyu Allah Swt. Al-Qur'an dan sunah.
Sistem Islam akan membawa pada kesejahteraan dan keberkahan dari Allah. Firman Allah, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raf: 96)
Wallahualam bissawab. [GSM/MKC]