Aksi Koboy Bikin Dongkol
Opini
Seorang muslim Aksi Koboy Bikin Dongkol tidak sepantasnya melakukan tindakan sia-sia
Semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak
________________________
Oleh Yani Ummu Qutuz
Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Siapa sih yang tidak kaget bila ada yang menodongkan senjata saat sedang berjalan mengendarai kendaraan? Apalagi di tempat sepi, ini yang dilakukan seorang pria yang bernama Fajar Handika Nugraha. Terlihat dari video, aksinya pun viral di media sosial. Sambil mengendarai sepeda motor dia menodongkan pistol ke pengendara roda empat, di Jalan Layang Jakarta-Supratman, Kota Bandung, pada Kamis (8/8/2024) pukul 18.30 WIB. (Tribunjabar.com, 14-8-2024)
Aksi Koboy ini dibenarkan oleh Kasatreskrim Polrestabes Bandung, AKBP Abdul Rahman. Namun, AKBP Abdul Rahman menegaskan bahwa senjata yang digunakan bukan senjata sungguhan tapi senjata mainan. Pelaku sudah diamankan dan dalam proses pemeriksaan, ujarnya saat dihubungi pada Rabu (14/8/2024).
Akhirnya, Koboy ini pun meminta maaf atas ulahnya tersebut. Ia meminta maaf kepada warga, karena aksinya tersebut telah meresahkan masyarakat Kota Bandung. Padahal ia hanya menakut-nakuti dengan menggunakan senjata mainan milik adiknya. Polisi telah mempertemukan Fajar dengan korban. Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Abdul Rahman mengatakan bahwa kejadian itu berakhir damai, pelaku dan korban sudah saling memaafkan. (detikNews.com, 15/8/2024)
Tindakan yang dilakukan oleh kepolisian patut kita apresiasi, cepat tanggap dalam menjalankan tugas. Walaupun kejadian itu hanya berupa prank atau candaan pelaku. Aksi menakut-nakuti atau prank sudah membudaya di masyarakat kita saat ini. Aktivitas ini dianggap sepele, “hanya menakut-nakuti,” padahal dampaknya luar biasa. Bagaimana jadinya kalau yang kena prank itu punya penyakit jantung, atau dia menyerang balik pelaku karena merasa terancam jiwanya, tentu akibatnya bisa fatal? Apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi aktivitas prank?
Siapa pun tentu tidak ada yang mau ditakut-takuti. Kita pasti akan merasa dongkol, sebel, marah, atau bahkan dendam jika ditakut-takuti. Perilaku ini muncul dari prinsip liberal yang lahir dari rahim demokrasi. Prinsip kebebasan yang dianut oleh masyarakat dan di ‘’amini’’ oleh negara. Mereka berpikir toh itu hanya bercanda, main-main, dan sekadar cari hiburan.
Inilah cermin masyarakat sakit, buah dari diterapkannya sistem sekularisme. Di mana peran agama dipinggirkan. Agama tidak dijadikan landasan dalam berpikir dan bertindak. Mereka akan melakukan apa pun yang mereka mau tanpa memikirkan dampak dan akibat dari perbuatannya, baik di dunia, bahkan sampai akhirat.
Terlebih dalam sistem kapitalis tekanan hidup begitu berat, sehingga banyak orang butuh hiburan. Mungkin awalnya hanya bercanda untuk sekadar melepaskan diri dari kepenatan. Namun, lama-kelamaan budaya prank ini tumbuh subur, bahkan menjadi sarana untuk menghasilkan rupiah. Banyak perusahaan multimedia yang membuat konten-konten prank, seperti di TikTok, Youtube, dan sebagainya.
Sebagai seorang muslim, seharusnya kehidupan mereka dipenuhi amal saleh dengan melakukan berbagai amal kebaikan. Bukan malah melakukan perbuatan yang sia-sia dan melanggar syariat Islam. Bagaimanapun aktivitas bercanda atau prank adalah tindakan yang sia-sia. Seorang muslim Aksi Koboy Bikin Dongkol tidak sepantasnya melakukan tindakan sia-sia, karena semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Bercanda atau bersenda gurau, sesungguhnya dibolehkan oleh syariat Islam. Rasul saw. bukanlah orang yang kaku, beliau pernah beberapa kali melontarkan gurauan pada para sahabat. Hal itu beliau lakukan untuk mengakrabkan diri dan menyenangkan hati. Namun, beliau tetap melarang bergurau jika isi gurauannya adalah sebuah kedustaan.
Abu Hurairah ra. telah meriwayatkan ketika beliau berkumpul dengan para sahabat dan mencandai mereka, Rasul saw. bersabda, artinya: “Aku tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak benar.” (HR Tirmidzi, Bukhori, dan Ahmad)
Berbeda dengan prank, tindakan ini tidak dibenarkan dalam Islam karena membuat kaget dan menakut-nakuti orang lain. Rasul saw. bersabda, artinya: “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR Abu Sa'ad, sahih)
Pada riwayat hadis yang lain menyebutkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, artinya: “Tidak boleh seseorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” (HR Abu Daud, hasan)
Dalam sebuah kisah disebutkan pula, suatu ketika Nabi Muhammad saw. sedang melakukan perjalanan bersama para sahabatnya. Tidak lama kemudian, ada seorang diantara mereka yang tertidur dengan tali miliknya. Melihat hal tersebut sebagian sahabat mencoba mengagetkan sahabat yang sedang tertidur, dengan cara mengikat tubuhnya. Hal ini dilakukan agar saat terbangun, sahabat tersebut kaget.
Rasulullah saw. mencegah hal itu melalui sabdanya, artinya: “Siapa yang mengacungkan besi kepada saudaranya, malaikat melaknatnya. Meski itu hanya bercanda, atau bersenda gurau dan tidak ada niat untuk memukulnya.” (HR Muslim)
Jadi, menakut-nakuti dan membuat kaget seorang muslim merupakan perbuatan yang dilarang. Apa pun motif dan alasannya, bahkan menurut hadis lainnya, apabila prank dilakukan sengaja untuk menghibur, maka dosanya lebih besar lagi.
Perilaku ngeprank, saat ini telah merebak di tengah masyarakat. Akibat diterapkannya sistem kapitalisme liberalisme dalam kehidupan. Tatanan kehidupan yang serba bebas meniscayakan siapa pun boleh melakukan apa pun yang disukainya. Tak peduli halal dan haram, bermanfaat atau sia-sia, bahkan ketika merugikan orang lain pun mereka abaikan. Akhirnya lahirlah orang-orang yang nir akhlakul karimah, rapuh, dan juga lemah.
Berbeda dengan Islam, label umat terbaik yang telah disematkan kepada kaum muslimin, menjadikan mereka orang-orang yang unggul. Baik dari sisi akhlak maupun dari sisi penguasaan sains dan teknologi. Umat terbaik hanya akan lahir dari penerapan Islam kafah dalam sebuah institusi negara Khilafah Islamiah.
Oleh karenanya, menjadi tugas kita untuk segera mewujudkan kembali institusi Khilafah tersebut. Melalui metode dakwah yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.. Yuk, kita berkontribusi dalam dakwah syariat dan Khilafah! Kalau bukan kita, lalu siapa lagi?
Wallahualam bissawab. [MGN-SH/MKC]