Alt Title

Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?

Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?

 


Kapitalisme telah memutus ikatan harmonis dalam sebuah keluarga

Relasi antara orang tua dan anak menjadi buruk seiring buruknya pemahaman agama dalam keluarga

______________________________


Penulis Ida

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Apoteker


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Krisis moral kian menghantui negeri ini. Fenomena anak membunuh orang tuanya mulai bermunculan. Kasus yang sungguh di luar akal sehat ini perlu mendapat perhatian serius.


Seperti yang terjadi pada pedagang yang ditemukan tewas di sebuah toko perabot kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur. Pelaku pembunuhan adalah dua orang anak kandungnya yang berusia 16 dan 17 tahun. Menurut hasil penyelidikan, pelaku menusuk ayahnya dengan sebilah pisau lantaran pelaku merasa sakit hati setelah dimarahi karena kedapatan mencuri. (Liputan 6, 23/06/2024)


Kasus serupa terjadi di kawasan Pesisir Barat, Lampung, seorang anak tega menghabisi ayah kandungnya yang tengah menderita strok. Remaja berusia 19 tahun tersebut emosi lantaran diminta membopong sang ayah ke kamar mandi. Pelaku memukuli korban hingga menyebabkan cedera di kepala dan korban dilarikan ke rumah sakit. Keesokan harinya korban meniggal dunia. (Liputan 6, 21/06/2024)


Ditinjau dari segi mana pun, fenomena ini sungguh sadis dan miris karena pelaku masih berusia remaja tetapi sudah menyandang gelar kriminal. Bagaimana mungkin seseorang bisa membunuh orang yang telah membesarkan dan mengasuhnya? Sungguh di luar akal sehat.


Semarah apa pun anak terhadap orang tuanya, tetap tidak akan membenarkan tindak kekerasan bahkan sampai pembunuhan. Apakah seperti ini bibit-bibit generasi emas mendatang? Generasi yang diisi oleh anak-anak durhaka.


Dampak Sekularisme

Hegemoni ideologi sekuler telah berhasil menggerus keimanan manusia, sehingga ia berpaling dari kebenaran yang hakiki menuju kesesatan yang nyata. Sekularisme telah mencetak generasi yang miskin iman dan pemarah, tidak mampu mengontrol emosi dalam dirinya serta rapuh luar dalam. 


Rusak sudah hubungan dirinya dengan Allah akibat terlalu menyembah hawa nafsunya dan rusak pula hubungan dirinya dengan sesama manusia. Akibat paling fatal dari menuruti hawa nafsu adalah ketidakmampuan untuk memanusiakan atau memuliakan manusia. Segala tindakan menyakiti bahkan membunuh orang lain adalah bukti bahwa seseorang telah gagal memanusiakan manusia.


Memang benar tidak ada manusia sempurna di dunia ini. Orang tua juga memiliki banyak kekurangan. Tidak bisa dimungkiri beberapa tindakan orang tua membuat anak merasa sakit hati. Namun haruskah dengan memukul atau membunuh? Bukankah jasa-jasa kebaikan orang tua lebih banyak? Mengapa sulit sekali untuk berdamai dan memaafkan? 


Pandangan hidup sekularisme membuat manusia menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Agama sudah bukan perkara penting yang harus dipelajari. Oleh sebab itu, kewajiban birrul walidain banyak diabaikan dan tidak diaplikasikan di kehidupan. Lebih parah lagi, sistem pendidikan sekuler tidak membentuk seseorang memiliki kepribadian yang baik, melainkan hanya membentuk budak-budak korporat yang gila materi.


Kapitalisme telah memutus ikatan harmonis dalam sebuah keluarga. Relasi antara orang tua dan anak menjadi buruk seiring buruknya pemahaman agama dalam keluarga. Ikatan yang mengikat mereka hanyalah atas dasar kepentingan dan manfaat semata. Jika manfaat telah hilang, maka hilang pula rasa hormat kepada orang tua. Akibatnya, menghabisi orang tua menjadi hal yang mudah bagi anak.


Kembali pada Sistem Islam

Hanya sistem Islam yang berhasil memanusiakan manusia. Sistem pendidikan Islam tidak menjadikan materi sebagai tujuan utama, tetapi menjadikan pembentukan karakter yang utama. Islam mendidik generasi agar menjadi generasi yang amar makruf nahi mungkar, istikamah dalam ketaatan, termasuk hormat kepada orang tua.


Islam dengan pengaturannya telah memberikan solusi bagi manusia dalam mengatur nalurinya, sehingga manusia tidak terjerumus ke dalam hawa nafsu. Islam sebagai sebuah sistem kehidupan juga akan melakukan segala daya upaya untuk memberantas kemaksiatan melalui upaya preventif dan kuratif. Wallahualam bissawab. [SJ]