Alt Title

Mengikat Generasi dengan Kemuliaan Syariat Islam

Mengikat Generasi dengan Kemuliaan Syariat Islam

 


Pondasi sebuah rumah yang dilandasi oleh ketakwaan kepada Allah

Mengikatnya dengan syariat adalah kunci utama mencetak generasi peradaban yang baik

____________________


Penulis Ai Nurjanah

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Tidak ada yang bisa mengobati luka hati seorang ibu yang anaknya menjadi korban pembunuhan. Apalagi pelaku kejahatan dilakukan oleh temannya sendiri. Dikutip dari sukabumiku.id (2/5/2024), seorang anak laki-laki berusia 6 tahun menjadi korban pembunuhan temannya sendiri yang masih berusia 14 tahun. Menurut pernyataan pelaku, korban tidak hanya dibunuh namun menjadi korban kekerasan seksual atau sodomi. Korban ditemukan di jurang perkebunan sekitar rumah neneknya. 


Kasus yang serupa juga terjadi di Jambi. Di mana, tiga orang anak harus berurusan dengan hukum setelah membunuh temannya sendiri Airul Harahap (13 tahun) di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwdin (metrojambi.com, 4/5/2024).


Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengungkapkan bahwa kasus anak yang sekarang bermasalah dengan hukum sangat meningkat drastis. Pada periode tahun 2020 sampai dengan tahun 2023 per 26 Agustus 2023 tercatat hampir 2000 anak bersangkutan dengan hukum. Sebanyak 1467 anak ini berstatus sebagai tahanan dan sebagian di antaranya masih dalam proses peradilan. Sementara, sebanyak 526 anak sedang dalam status tahanan negara. 


Melihat begitu banyaknya fenomena kriminalitas yang terjadi pada generasi masa kini, menjadi bukti salah satu kegagalan dalam sistem pendidikan yang seharusnya mampu membekali mereka dengan pedoman menjalani kehidupan sebagaimana harusnya. Hal ini menjadi PR besar bagi para pendidik baik di sekolah maupun orang tua. 


Pada dasarnya, generasi unggul yang tidak akan terjebak dalam perilaku tercela, akan lahir dari proses pembinaan yang benar. Hal itu sudah tertuang jelas dalam aturan Islam. Saat pendidikan Islam yang diterapkan maka lahirnya generasi unggul bukan hanya sekadar harapan. 


Namun, saat ini aturan Islam tidak diterapkan dalam kehidupan secara keseluruhan. Sehingga umat Islam yang dinyatakan sebagai umat terbaik justru tengah terkoyak-koyak. Di balik kebutuhan hidup yang makin sulit ujian pun terasa makin pelik. Tidak sedikit dari mereka yang tergoda melakukan hal-hal maksiat atau terlibat dalam suatu tindakan kejahatan. 


Padahal Allah Swt. ketika menciptakan dunia ini sudah satu paket dengan aturan-Nya. Syariat Islam sempurna mengatur apa yang boleh dilakukan dan apa yang menjadi larangan. 


"Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, "Ya Tuhanku, mengapa engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman, "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (juga) pada hari ini kamu pun dilupakan" (TQS Thaha (20): 123-126)


Di zaman sekarang, segala apapun diusahan untuk menggapai materi sebanyak-banyaknya. Dan pada akhirnya, melupakan akan tanggung jawab kita terhadap anak-anak. Dengan begitu gampangnya kita pasrahkan pendidikan seutuhnya pada institut pendidikan. Kita lupa bahwa pendidikan seorang anak adalah di dalam rumah dan menjadi pondasi utama. 


Kini, sudah saatnya bagi orang tua untuk bangkit dan mengetahui akan pentingnya menanamkan akidah kepada anaknya. Karena, akidah Islam merupakan landasan bagi seorang muslim. Mengikat anaknya dengan syariat Allah Swt. hal yang tidak boleh ditinggalkan.


Pondasi sebuah rumah yang dilandasi oleh ketakwaan kepada Allah serta mengikatnya dengan syariat adalah kunci utama mencetak generasi peradaban yang baik. Kita harus memahami bahwa setinggi apapun orang yang berilmu jika nafsunya lebih mendominasi maka ilmunya tidak ada manfaatnya. Pemikiran cemerlang hasil dari tempaan pembinaan dan pendidikan yang benar akan menjadi cahaya penerang dalam mengarungi kehidupan. Sehingga akan ada benteng kokoh yang menjaga generasi dari berbagai godaan dan ada keinginan kuat untuk bersama-sama berjuang mengubah keadaan. 


Bergantung dan bersandar kepada Allah merupakan salah satu tanda orang yang bertakwa. Begitupun sebaliknya, jika manusia tidak bergantung dan tidak menjadikan Allah sebagai sandarannya mereka termasuk sifat orang yang bodoh. Kesadaran ini akan menuntun pada upaya perjuangan penerapan aturan Allah dalam segala sendi kehidupan. Jika generasi sibuk dengan hal ini maka tidak akan mungkin mereka terjebak dalam perilaku kejahatan seperti yang terjadi saat ini. Wallahuallam Bissawab. [Dara]