Alt Title

Maraknya PHK Massal, Menambah Derita Para Pekerja

Maraknya PHK Massal, Menambah Derita Para Pekerja

 


Keadaan masyarakat hari ini tak bisa dilepas dari paradigma kapitalisme sekularisme

Sistem yang mengedepankan keuntungan tanpa memperhatikan kondisi masyarakat

____________________


Penulis Susci

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut, Sulteng


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru-baru ini, PHK massal terjadi secara besar-besaran, melibatkan beberapa tenaga karyawan. PHK menjadi salah satu tindakan yang cukup merugikan bagi tenaga pekerja, khususnya kaum buruh. Pekerjaan yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian mereka, kini pupus ditelan fakta.


Perusahaan mengharuskan mereka untuk segera diberhentikan. Hal tersebut diungkap oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terkait nasib ratusan karyawan pabrik sepatu Bata yang menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK), di kawasan Purwakarta, Jawa Barat. (liputan6.com, 06/05/2024). Fakta PHK tak hanya dialami oleh satu perusahaan, melainkan di beberapa perusahaan lainnya, seperti di DKI Jakarta yaitu sekitar 47, 45 % dari jumlah yang terlaporkan. (satudata.kemnaker.go.id, 04/04/2024).


PHK menjadi jalan bagi sebuah perusahaan dalam memastikan perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian dari proses produksi yang dilakukan. Sebab, pemberhentian para tenaga pekerja, terjadi apabila suatu perusahaan terdeteksi akan mengalami kerugian, apabila Karyawan masih berjumlah tetap. Sehingga, mengurangi sebagian tenaga pekerja dianggap mampu menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Jika hal tersebut terjadi, akan berdampak pada meningkatnya kemiskinan di negeri ini. Biaya hidup yang semakin tinggi, semakin memperparah kondisi hidup masyarakat.


Dilema makin menghantui para tenaga pekerja. Mirisnya, mereka tak mampu mempertahankan keberadaannya di perusahaan tersebut. Namun di sisi lain, mereka harus berhadapan dengan fakta bahwa ancaman kemiskinan dan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup akan membersamai mereka dibeberapa hari kedepan selama mereka belum memiliki pekerjaan. Sekarang ini, harapan hanya tertuju pada keberadaan negara dalam menyelamatkan kehidupan mereka, agar tetap berada pada lingkaran stabil dalam memenuhi kebutuhan hidup.


Kapitalisme Sekularisme Sumber Masalah

Keadaan masyarakat hari ini tak bisa dilepas dari paradigma kapitalisme sekularisme. Sistem yang mengedepankan keuntungan tanpa memperhatikan kondisi masyarakat. Wajar jika hari ini liberalisasi SDA banyak diberikan kepada para pemilik modal. Sedangkan, negara belum siap mengelolah sendiri SDA yang dimiliki dengan berbagai macam pertimbangan. Legalisasi SDA kepada para pemilik modal,  mengakibatkan penguasaan sepenuhnya berada di bawah naungan para oligarki. Penguasaan totalitas bagi satu individu dalam membangun sebuah perusahaan akan memberikan legalitas kepada perusahaan tersebut untuk menerima atau memberhentikan karyawan sesuka hati. Sehingga, negara tidak memiliki kapasitas dalam mempertahankan para pekerja ketika mengalami PHK masal.


Berbeda halnya, apabila negara sendiri yang membangun perusahaan dan mengelola sendiri SDA yang dimiliki. Tentu, pekerjaan masyarakat akan terjamin. Masyarakat tidak akan berharap dan bergantung pada oligarki. Bahkan, nasib mereka tidak akan ditentukan oleh satu individu manapun. Namun, faktanya hal tersebut tidak disadari oleh negara. Menyerahkan sebagian tanggungjwab pengelolaan SDA dianggap sebagai sebuah kerjasama yang menguntungkan. Sayangnya, keuntungannya bukan untuk masyarakat, melainkan sebagian orang tertentu. Justru sebaliknya, masyarakat yang mengalami kesulitan dalam bekerja. Sebab, sebagian besar perusahaan dikelola oleh para pemilik modal.


Harapan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di bawah naungan negara akan sangat sulit didapatkan. Keberadaan negara hanya terlibat sebagai regulator dalam menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat. Pada dasarnya, yang menjadi pengelola inti dalam sebuah perusahaan dan berhak menerima dan memberhentikan para karyawan adalah perusahaan itu sendiri, bukan negara. Kondisi ini memberikan ruang besar-besaran pada individu swasta dalam memperhitungkan keuntungan, tanpa memperhatikan nasib para karyawan.


Oleh karena itu, berharap pada negara yang menerapkan kapitalisme sekularisme untuk menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya serta menjaga nasib masyarakat, nampak jauh api dari panggangnya. Pada akhirnya, masyarakat harus berjuang sendiri dalam mencari pekerjaan. Mirisnya, ketika kapitalisme sekularisme terus menjadi tumpuan negara hari ini, akan semakin melanggengkan keberadaan dan penguasaan para oligarki dalam mengelola SDA milik umum.


Islam Solusi Hakiki

Berbeda halnya dalam Islam. Islam akan menjamin kesejahteraan bagi setiap individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam menyadari bahwa sumber pemasukan pendapatan bagi setiap individu terletak pada pekerjaannya. Sebagaimana, Islam memberikan kapasitas ikhtiar bagi setiap individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Proses ikhtiar yang dilakukan oleh setiap individu akan dibekali oleh Islam, dalam bentuk pekerjaan. Islam akan memastikan negara membuka seluas-luasnya lapangan pekerjaan bagi setiap individu masyarakat. Negara dalam Islam akan memastikan tidak adanya satu individu yang mengalami pengangguran.


Selain itu, Islam sangat memperhatikan kebutuhan masyarakat. Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang amat sangat diperhatikan oleh Islam. Islam akan memastikan bahwa tidak ada masyarakat satupun yang mengalami kemiskinan. Kehidupan mereka akan dijamin oleh negara, sebagai penanggung jawab utama dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidup masyarakat dan negara. Jika pengangguran menjadi salah satu faktor dari kemiskinan, Islam akan memastikan pengangguran tidak dirasakan oleh individu masyarakat manapun.


Keyakinan tersebut berangkat dari keberadaan negara, sebagai pengelolaan tunggal dalam pembangunan perusahaan-perusahaan sebagai tempat-tempat produksi. Penguasaan sepenuhnya oleh negara akan memberikan hak paten kepada negara untuk menerima dan memberhentikan para pekerja sesuai dengan keputusan yang berlaku. Para oligarki tidak dibiarkan menguasai sepenuhnya sebuah perusahaan tanpa legalitas dari negara sebagai operator inti. Negara dalam Islam akan memastikan bahwa para oligarki tidak memiliki kapasitas dalam membangun perusahaan-perusahaan, yang bahan mentahnya berasal dari sumber daya alam milik umum.


Selain itu, Islam memiliki sumber pemasukan keuangan yang mampu menyediakan pembangunan infrastruktur maupun perusahaan-perusahaan tanpa adanya intervensi dari pihak manapun, seperti fa'i, kharaj, jizyah, ghanimah, dan lain sebagainya. Kemandirian negara dalam membangun perusahaan-perusahaan akan menjadikan negara bebas mengelola sendiri perusahaan tersebut, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Keuntungannya akan secara menyeluruh dirasakan oleh masyarakat, baik dari segi pekerjaan maupun gaji yang layak.


Oleh karena itu, sudah seharusnya umat menyadari bahwa keberadaan kapitalisme sekularisme hanya menjadi benalu dalam kehidupan hari ini. Segala persoalan terjadi, akibat dari keberadaan kapitalisme sekularisme yang berasaskan kepentingan segolongan tertentu. Sehingga, Hanya Islam satu-satunya solusi yang mengatasi persoalan unat hari ini, termasuk PHK massal. Sebab, Islam berasal dari Allah Swt. Tuhan pencipta alam semesta. Wallahualam bissawab. [Dara]