Kehormatan dan Nyawa Direnggut, Keadilan pun Mereka Rebut
Opini
Sungguh miris tinggal di negeri yang mengadopsi sistem kapitalisme sekuler
Hukum dengan mudahnya bisa dibeli, diatur, diporak-porandakan
_________________________
Penulis Siti Sopianti
Kontributor Media Kuntum Cahaya
KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Banyak sekali kasus di Indonesia yang mendapatkan respon dan atensi yang besar dari masyarakat. Akhir-akhir ini terdengar kembali mencuat ke udara kasus Vina yang terjadi 2016 silam. Tidak ditemukannya seluruh pelaku membuat publik bertanya-tanya. Sehingga terkesan ada yang ditutup-tutupi. Tentu ada pihak yang dirugikan dalam hal ini, yakni keluarga korban. Keadilan di negeri ini memang barang yang sangat langka. Terlebih untuk mereka yang ada di kalangan bawah, seperti kita rakyat jelata. Namun jika yang jadi korban orang berkuasa dan berduit. Mereka dengan gampang serta mudahnya memperoleh apa yang mereka mau.
Adapun kronologi perjalanan kasus Vina ini berawal saat Vina dengan pacarnya Eki meninggal dunia karena dibunuh sekelompok orang yang katanya geng motor. Kasus Vina ini terjadi delapan tahun lalu. Vina merupakan remaja berusia 16 tahun yang tinggal di kampung Samadikun, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat. Kasus pembunuhan remaja ini diwarnai teka-teki sejak peristiwa terjadi pada 27 Agustus 2016. Kasus Vina ini sampai menarik simpati seorang pengacara kondang Hotman Paris. Beliau berpendapat bahwa ada kejanggalan dalam penyelidikan awal. Hal tersebut tampak pada 31 September 2016 delapan pelaku pembunuh ditetapkan sebagai tersangka. Namun, ketiga pelaku lain buron dan sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).
Pasal 338, 351, 170, dan 285 KUHP pun ditetapkan pada kedelapan tersangka tersebut. Itu artinya mereka diancam hukuman karena perbuatan penganiayaan, pemerkosaan serta Undang-Undang perlindungan anak. Bang Hotman pun mempertanyakan soal tiga pembunuh Vina yang kini masih buron, tetapi tidak dimasukkan ke dalam BAP dari delapan tersangka yang ditangkap lebih awal.
Lucunya lagi setelah disebar pencarian DPO 3 orang. Dan kasus ini menjadi viral di televisi dan media sosial. Di tahun 2024, mungkin karena desakan dari masyarakat. 3 dari DPO itu akhirnya dicari dan ditangkaplah satu orang tersangka yang membuat masyarakat tercengang. Bagaimana mungkin tersangka yang diduga anak geng motor. Namun yang ditangkap seorang buruh bangunan. Statement yang janggal lagi dari pihak yang berwajib sehingga membuat publik bertanya-tanya yaitu yang awalnya mencari 3 orang buron. Setelah satu orang ditangkap, dua orang DPO yang lain dihapuskan dan dianggap tidak ada.
Belum lagi sikap dari Bapak alm Eki yang merupakan korban juga dalam kasus Vina. Terkesan aneh tidak menggebu-gebu mencari keadilan. Padahal beliau sendiri seorang penegak hukum. Inilah beberapa kejanggalan yang terjadi dalam kasus Vina. Hukum terkesan dipermainkan, dibuat skenario janggal yang disusun dengan rapi.(TribunKaltim.co/02/06/2024).
Bukan hanya keluarga Vina yang tidak mendapatkan keadilan. Hal yang sama juga terjadi pada keluarga Noven. Andriana Yubelia Cahya Rezeki merupakan siswi SMK Baranangsiang Bogor, yang dibunuh pada tahun 2019 silam. Perempuan yang duduk dibangku kelas XII SMK ini ditusuk oleh seorang pria di sebuah gang di Jln Riau, Baranangsiang Bogor Jawa Barat. Wajah pelaku pembunuhan Noven sebetulnya sudah tampak di CCTV. Namun sayang, lagi lagi keadilan tidak berpihak pada keluarga korban. Publik pun dibuat gemas olehnya. Rasanya aneh, wajah pelaku yang sudah tampak di CCTV. Namun sampai saat inipun belum ada titik terang. (Kompas.com, 29/09/2023).
Jika 2016 ada kasus Vina, 2019 ada kasus Noven. Yang tak kalah mirisnya di tahun 2007 terjadi pemerkosaan dan berakhir pembunuhan pada salah satu siswi di daerah Bojong gede Bogor. Lebih miris dan tidak adil lagi. Bahkan polisi kehilangan jejak pelaku. Sehingga kasus ini tidak ditindak lanjuti. Kabar burung itu tersebar di tengah masyarakat, di daerah tempat penulis tinggal.
Sungguh miris bukan tinggal di negeri yang mengadopsi sistem kapitalisme sekuler. Uanglah yang berbicara. Materi mereka jadikan Tuhan. Hukum dengan mudahnya bisa dibeli, diatur, diporak-porandakan. Lihat saja perlakuan penegak hukum kepada para koruptor sudah tentu berbeda dibandingkan kepada rakyat yang mencuri ayam, susu hanya untuk menyambung hidup. Aturan Allah Swt. mereka abaikan. Syariat Islam ditabrak sana sini hanya demi kepentingan. Kehormatan sudah direnggut, nyawa pun melayang, keadilan pun mereka rebut.
Sebuah perlindungan keamanan yang seharusnya rakyat peroleh dari negara dan penguasa. Namun itu semua jauh dari kata aman. Padahal dalam kacamata Islam, penguasa itu pemimpin yang harus mengurusi urusan rakyatnya.
Seorang penguasa (Khalifah) juga merupakan junnah (perisai) bagi umat atau rakyatnya.
“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Islam juga sangat menjamin kehormatan dan keamanan perempuan. Di mata Islam, para wanita itu dianggap sebagai kehormatan yang harus dijaga dan dilindungi keamanannya. Untuk menjaga itu semua, Islam memiliki konsep aturan yang unik demi menjaga keamanan para wanita. Islam melarang seorang wanita berdua-duaan dengan laki-laki tanpa ada mahramnya, bahkan menegaskan yang ketiganya adalah setan. Sabda Rasul saw.:
وَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِإِمْرَأَةٍ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Janganlah seorang pria ber-khalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah setan.” (HR Ahmad)
Islam mewajibkan perempuan didampingi mahram ketika akan melakukan perjalanan selama 24 jam. Islam juga mewajibkan menutup aurat dengan jilbab dan khimar (kerudung). Islam juga menerapkan hukum qishash untuk pelaku pembunuhan, atau mengganti dengan diyat sebanyak 100 ekor unta jika keluarga yang dibunuh memaafkan pembunuhnya.
Perlindungan dalam Islam tidak main-main terhadap umatnya. Hal tersebut tampak saat Rasulullah saw. melindungi seorang muslimah yang diganggu oleh laki-laki Yahudi Bani Qainuqa hingga tersingkap auratnya. Rasulullah mengirim pasukan kaum muslim untuk mengepung perkampungan Bani Qainuqa hingga menyerah dibuatnya. Dan Rasulullah saw. mengusir mereka keluar dari Madinah.
Hal yang sama juga dilakukan Khalifah Al-Mu’tashim Billah pada tahun 837, yang menyambut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi.
Setelah mendengar laporan pelecehan tersebut, maka sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Panjangnya barisan tentara tersebut tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan pada bulan April 833 Masehi. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah Al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi. (SuaraMubhalighah.01/03/2024).
Masha Allah, sangat luar biasa bukan penjagaan kehormatan wanita dalam sistem Islam yang dicontohkan Rasulullah saw, para sahabat dan khalifahnya. Dan semua wanita dilindungi dengan tidak memandang kasta dan status sosial wanita tersebut. Meskipun wanita tersebut seorang budak. Dan keadilan semacam itu hanya akan terwujud, jika aturan Islam tegak dimuka bumi ini. Wallahualam bissawab. [GSM]