Alt Title

Kesejahteraan Hanya Ada dalam Sistem Islam

Kesejahteraan Hanya Ada dalam Sistem Islam



Negara ini kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA) tetapi tinggi angka kemiskinan

SDA yang seharusnya bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan rakyat, justru diserahkan kepada pemilik modal, pengusaha asing, maupun aseng

_________________________


Penulis Iis Nur 

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Therapist 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru-baru ini viral diberitakan tentang seorang ibu bernama Rosmini, meminta sedekah ke rumah-rumah dan berpindah-pindah tempat dengan cara  memaksa. Apabila ada yang menolak dia akan marah-marah dan mengucap sumpah serapah. Dikarenakan perbuatannya sudah membuat resah banyak masyarakat, maka Satpol PP membawanya ke RS Marzoeki Mahdi untuk diperiksa kejiwaannya.


Berdasarkan KTP yang dimiliki, ia beralamatkan di Jalan Jatimekar, RT 01 RW 05 Desa Margaasih, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung. Namun dia tak kembali terlihat semenjak rumahnya dijual tahun 2014 silam. Berita ini dibenarkan oleh Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Kabupaten Bandung Rahmatullah Mukti Prabowo.  (DetikJabar.id 30/04/2024)


Prabowo menjelaskan pihaknya sudah  mendatangi rumah yang pernah ditinggali oleh Rosmini itu. Namun setelah dicek, ternyata dia sudah lama tidak tinggal di sana. Walau sudah berapa kali dirazia oleh Satpol PP dan Dinas Bogor namun wanita itu tidak jera dan  kembali melakukan hal yang sama.


Penyakit sosial seperti Rosmini ini masih kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Jumlahnya bukannya berkurang, justru semakin bertambah. Razia  menjaring para tunawisma sering dilakukan oleh Dinas Sosial tetapi tidak juga menghentikan aktivitas mereka. Meski sudah diberikan bimbingan, pelatihan dan penyuluhan, setelah dilepaskan mereka selalu kembali ke jalanan dengan berbagai alasan. Misalnya karena kesulitan mendapatkan pekerjaan, ingin membuka usaha tapi tidak memiliki modal, bahkan ada juga yang beralasan sudah merasa nyaman.


Memang banyak faktor yang menyebabkan seseorang memilih meminta-minta atau mencari sumbangan. Mulai dari kemiskinan, kefakiran dan ketidakberdayaan disebabkan tidak memiliki keahlian sehingga tidak bisa menghasilkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan ada juga yang terpaksa melakukannya karena terdampak musibah seperti: banjir, kebakaran, gempa, penyakit menular dan lain-lain.


Sistem ekonomi sekuler kapitalis yang diterapkan negara saat ini telah membuat kesenjangan antara si kaya dan si miskin makin lebar. Negara hanya menempatkan dirinya sebagai regulator antara pengusaha dan rakyatnya, hingga abai akan amanahnya untuk mengurus dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.


Seperti yang kita ketahui, negara ini kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA) tetapi tinggi angka kemiskinan. Sebab SDA yang seharusnya bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan rakyatnya justru diserahkan kepada pemilik modal dan pengusaha asing maupun aseng. Sehingga kebijakan dan peraturan yang diberlakukan untuk mendukung kepentingan mereka. 


Sistem ekonomi sekuler kapitalis yang bersandarkan pada asas manfaat menyebabkan mereka yang masih berusia produktif, sehat dan kuat, justru memilih untuk menjadi pengemis. Meski masih kuat bekerja atau berdagang, tetapi banyak yang lebih memilih pekerjaan tersebut karena dianggap lebih mudah mendapat uang, tidak perlu modal besar dan tidak harus capek. Hal ini menunjukkan keberadaannya sebagai sistem  lemah yang gagal menyejahterakan rakyatnya dan tidak mampu menyelesaikan seluruh permasalahan kehidupan secara tuntas.


Berbeda dengan Islam, yang memandang bahwa seorang yang terkategori miskin pun seharusnya mempunyai harga diri, dan pantang untuk meminta pada manusia apalagi menjadi pengemis. Karena pada dasarnya perbuatan itu tidak dianjurkan bahkan hukumnya bisa menjadi haram ketika dilakukan dengan berdusta, memaksa atau menipu orang lain. Padahal, selama masih kuat dan mampu, syariat lebih menekankan untuk bekerja demi bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan keluarga. Hal ini jelas butuh support negara. Jangan dibiarkan mereka kebingungan atau keenakan.

 

Dalam Islam untuk menangani masalah pengemis setidaknya ada dua mekanisme yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Pertama, adanya kontrol sosial, dengan menjadikan keimanan sebagai landasan, sehingga anggota masyarakat sendirinya akan tergerak apabila ada tetangga yang kekurangan dan akan memastikan kebutuhannya terpenuhi. Setidaknya hal itu  akan menjadi dorongan untuk bersedekah dalam rangka meraih pahala dan rida Allah Swt..


Kedua,  Islam mewajibkan negara memberikan santunan dari harta baitulmal kepada orang-orang yang kurang mampu, tua renta, atau yang sudah tidak memiliki kemampuan untuk bekerja karena cacat misalnya. Penguasa juga diwajibkan  melakukan fungsi ri’ayah (mengurusi) umat, berinteraksi dengan rakyat setiap waktu, misalnya dengan  menjadi imam salat di masjid, berdialog dan mendengarkan semua keluhan. Dengan demikian, pemimpin dapat semakin dekat, mengenali dan  mengetahui segala persoalan yang mereka hadapi.


Tercatat dalam sejarah, pada saat kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab ra. ketika beliau mengetahui ada seorang laki-laki tua Yahudi meminta-minta, langsung menetapkan kebijakan menafkahi laki-laki tua itu dengan harta yang diambil dari baitulmal. Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya, karena seorang pemimpin harus memiliki sifat amanah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin."  (Riwayat Muslim)


Islam memiliki seperangkat sistem sebagai aturan yang datang langsung dari Sang Pencipta. Maka hanya dalam naungannya lah kesejahteraan rakyat akan terpenuhi secara menyeluruh.  Sudah saatnya kaum muslimin kembali pada peraturan yang benar dan menerapkannya secara kafah. Wallahualam bissawab. [GSM]