Alt Title

Akibat Kebebasan Berekspresi, Pelajar Makin Arogan

Akibat Kebebasan Berekspresi, Pelajar Makin Arogan

  

Semua itu tak luput dari sistem demokrasi sekuler yang selalu menjunjung tinggi kebebasan dari segala hal

Menjauhkan agama dari kehidupan, yang akhirnya membawa mereka jauh sekali dengan Allah Swt.

________________


Penulis Tuti Sugiyatun Sp.d I

Kontributor Media Kuntum Cahaya, Guru dan Aktivis dakwah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Permainan perang sarung biasanya dilakukan para remaja seusai salat tarawih. Namun, saat ini permainan saling memukul dengan sarung itu dilakukan secara berlebihan. Aktivitas itu justru berkembang menjadi cara baru para pelajar untuk melakukan tawuran. Yang membuat kaget, mereka tidak hanya murni dengan sarung saja untuk berperang, tetapi setiap sarung yang akan digunakan untuk tawuran diisi dengan batu, gir motor, bola bergerigi, atau senjata tajam dan yang lainnya.


Baru-baru ini terjadi tawuran perang sarung antar pelajar. Dalam semalam 3 lokasi tawuran perang sarung antar pelajar terjadi, diantaranya di Pangkalpinang, Sabtu (16/03/2024). Lokasi tawuran perang sarung pertama terjadi di Jalan Gandaria 2, Kelurahan Kacang pedang, Pangkalpinang. Kemudian, lokasi kedua tawuran perang sarung terjadi di Kelurahan Bukit Besar, sedangkan yang ketiga terjadi di Jembatan Jerambah Gantung. Mirisnya, pelaku tawuran perang sarung tersebut mayoritas dilakukan oleh pelajar SMP hingga SMA.


Ada 22 orang pelajar sebagai pelaku yang diamankan oleh jajaran Polres Pangkalpinang dan Polda Kep. Bangka Belitung. Kasat Reskrim Polresta Pangkalpinang, AKP Riza mengatakan para pelajar ini diamankan pada Sabtu (16/3/2024). Para pelaku ini nantinya akan diberikan pembinaan dan pemanggilan orang tua disertai dengan surat perjanjian untuk tidak mengulangi perbuatannya. (Bangka.tribunnews.com, 17/03/2024).


Peristiwa tawuran tersebut tentu membuat kita sangat miris. Pasalnya menurut penuturan orang tuanya, para pelajar ini berangkat dari rumah, berpamitan untuk ke sekolah. Namun, ternyata bukannya belajar di sekolah, mereka justru malah melakukan tawuran. Hiingga menimbulkan korban luka, bahkan bisa jadi sampai meninggal.


Tingkah para pelajar ini bak seperti gengster di film-film Barat. Mereka berlagak seperti mafia kelas kakap yang seolah-olah kebal dan tidak takut dengan ancaman apapun. Mereka membawa senjata tajam dan saling sepak terjang menyerang satu sama lain sampai nafsu amarahnya terlampiaskan hingga korban berjatuhan. Ada yang luka-luka, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa. Sangat ironis, tawuran ini seperti budaya yang diturunkan kepada generasi ke generasi berikutnya. Seolah itu wajib diikuti dan saling berkaitan hiingga sangat sulit untuk dihilangkan budaya tawuran tersebut.


Para pelajar ini pola pikirnya sangat labil. Karena, sebenarnya mereka itu hanya ingin pengakuan dan pujian saja. Hingga mereka menciptakan perilaku yang aneh dan arogan. Terkadang tidak masuk akal. Di samping itu, tingkat ketakwaan yang labil pula yang akhirnya menggiring mereka berbuat dengan tanpa standar perbuatan. Apakah halal atau haram? Apakah diridai atau dimurkai Allah Swt? Semua itu tak luput dari sistem demokrasi sekuler yang selalu menjunjung tinggi kebebasan dari segala hal. Juga menjauhkan agama dari kehidupan, yang akhirnya membawa mereka jauh sekali dengan Allah Swt.. Bahkan, mereka sangat berani untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat hingga perbuatan itu mendatangkan murka-Nya.


Kemudian, dari sisi keluarga disibukkan dengan aktivitas memperbaiki ekonomi keluarga. Selain itu, masyarakat makin abai dan tidak peduli sesamanya. Sedangkan sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara lebih mengedepankan nilai akademik dibandingkan nilai moral dan akhlak yang ada di tengah masyarakat. Sebagai contoh, ketika pendidikan agama di sekolah sangat minim. Bagaimana mungkin akan membentuk generasi yang bertakwa sesuai tujuan pendidikan nasional? Padahal tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur. 


Kurikulum pendidikan negeri ini sejatinya masih mengikuti kurikulum sistem pendidikan internasional yang menjunjung tinggi HAM. Ketika generasi merasa terikat dan terpaksa dengan aturan agama maka atas nama HAM dan liberalisasi mereka bisa menggugat. Selama sistem pendidikan nasional masih mengikuti kurikulum internasional yang sekuler dan liberal maka tujuan sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan pribadi beriman dan bertakwa itu ibarat hanya angan-angan saja. Maka, sikap aroganlah yang selalu ditonjolkan, bukan sikap yang dibimbing syariat Allah. Itulah sistem kapitalisme yang tidak pernah memberikan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi, seperti kasus tawuran.


Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem Islam. Islam mampu menyelesaikan setiap permasalahan dari akarnya. Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas dalam menyelesaikan masalah tawuran pelajar. Hal yang paling mendasar adalah menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara sehingga seluruh aturan kehidupan tegak berdasarkan asas keimanan. Ini menjadikan setiap perilaku warga negara, termasuk pemuda terikat dengan pemahaman Islam. Setiap individu akan paham bahwa Allah Swt. akan menghisab setiap amal perbuatan manusia sehingga tidak ada yang bisa berbuat sesuai dengan keinginan nafsunya, karena setiap perbuatan memakai standar halal dan haram.


Negara akan memberikan sanksi bagi para pelaku kejahatan, apabila benar-benar terbukti melakukan tindakan kriminal (pidana) sesuai dengan kejahatan yang telah dilakukannya. Semua itu agar menjadi efek jera bagi para pelakunya. Dengan begitu para pemuda akan menghabiskan hidupnya di jalan Allah Swt. Serta menjadi jiwa-jiwa yang taat pada syariat.


Kemudian, negara akan menerapkan kurikulum pendidikan islam. Dengan penerapan ini akan lahir pemuda-pemuda gagah berani, tangguh dan berkepribadian Islam. Serta mencetak para intelektual, juga para pemimpin yang akan menegakkan keadilan dan melenyapkan kezaliman.


Dengan penerapan Islam kafah maka akan mewujudkan kembali Islam rahmatan lil a'lamin. Terlebih para pemuda yang dicintai Allah akan mendapatkan naungan Allah kelak di akhirat. Seperti sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, "Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan, kecuali naungan-Nya, yakni imam yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah, ….” (HR. Bukhari)


Maka dari itu, dengan penerapan sistem Islam secara kafah, masalah tawuran pelajar akan terselesaikan dengan solusi yang tuntas. Yang menyelesaikan sampai pada akar permasalahan dan tidak akan menzalimi antara yang satu dengan lainnya. Begitu pula kasus tawuran ini tidak akan terjadi, karena negara akan melindungi setiap warga negaranya. Wallahualam bissawab. [Dara]