Alt Title

Tarif Tol Naik, Buah Sistem Kapitalistik

Tarif Tol Naik, Buah Sistem Kapitalistik

 


Saat ini, jalan tol merupakan aset negara yang telah dikuasai oleh asing

Mau tak mau jalan tol yang seharusnya menjadi fasilitas publik memaksa masyarakat untuk membayarnya


____________________


Penulis Ani Yunita

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pemerhati Generasi


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Netizen Indonesia murka melihat kenaikan tarif jalan tol yang signifikan. Lebih bengis tahun ini naik 35% dari sebelumnya. Hal ini, mendulang komentar dari masyarakat "Jalan tol masih berlubang, banyak yang rusak pula tidak layak naik, padahal kualitas masih amat buruk". 


Sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia (09/03/24), Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (MBZ),  Pasuruan-Probolinggo, Serpong-Cinere, dan Surabaya-Gresik bakal menaikkan tarif kedua tol tersebut mulai hari Sabtu (9 Maret 2024). 


Tak dimungkiri tiap menjelang ramadan dan lebaran semua kebutuhan menjadi naik dari mulai harga bahan-bahan kebutuhan pokok hingga kenaikan tarif tol. Apakah hal ini sudah menjadi tradisi? Mari kita simak!


Ladang Bisnis para Kapitalis


Sudah diketahui, negara demokrasi menganut konsep liberalisme memberikan peluang terbuka bagi investor asing dengan mudah membeli aset negara. Saat ini, jalan tol merupakan aset negara yang telah dikuasai oleh asing. Mau tak mau jalan tol yang seharusnya menjadi fasilitas publik memaksa masyarakat untuk membayarnya. 


Beberapa daftar ruas jalan tol yang dikuasai asing di antaranya tol Cikopo-Palimanan (Cipali), tol Cengkareng-Kunciran, tol Ngawi-Kertosono, tol Solo-Ngawi. Walaupun beberapa tol masih dimiliki oleh negara, pada faktanya pendanaan untuk pembangunan infrastruktur tol tidak sepenuhnya ditanggung negara. Namun, negara secara terbuka melenggangkan investasi asing masuk untuk ikut serta dalam pembangunan jalan tol. Jelas ini adalah ladang para elite kapitalis mencari keuntungan, sungguh sangat menyengsarakan rakyat. 


Dari kenaikan tarif tol di atas akan berimbas pada naiknya ongkos distribusi barang konsumsi ke wilayah yang mengalami kenaikan. Disisi lain, menjelang lebaran dipastikan banyak masyarakat melakukan mudik. Mobilitas masyarakat akan meningkat. Tetapi, di balik kegembiraan dan antusiasme ini tak bisa dimungkiri beban dan kesulitan meningkat lebih tinggi dari biasanya.


Kebutuhan yang Dijamin Negara


Jalan tol termasuk fasilitas umum menyangkut aktivitas banyak orang. Negara Islam sudah kewajibannya membangun dengan layak dan memberi harga murah atau bahkan gratis. Namun saat ini negara tidak berperan dalam hal ini. Negara sibuk mencari pundi-pundi kekayaan dan bersikap sebagai regulator saja. 


Adapun layanan transportasi dan pembangunan infrastruktur dalam Islam mutlak diurusi oleh negara saja tak boleh dengan dana hutang dan dicampuri oleh investor asing. Dana pembangunan berasal dari sumber kas baitulmal yang terdiri atas harta fai, anfal, ghanimah, usyur, khumus, rikaz, zakat, jizyah, kharaj, serta barang tambang. 


Negara Islam menerapkan kebijakan-kebijakan infrastruktur strategis dengan menggunakan tiga prinsip, yaitu :


Pertama, pembangunan infrastruktur ialah tanggung jawab negara yang tidak boleh diambil alih oleh investor asing atau swasta. 


Kedua, negara akan merencanakan pembangunan wilayah yang strategis dengan fasilitas lengkap sehingga bisa dijangkau oleh pejalan kaki saja. Mengingat ketika Baghdad dijadikan sebagai ibukota, di sana dibangun masjid, sekolah, perpustakaan, tempat singgah bagi musafir, taman, industri gandum, area komersial, tempat pemakaman umum, tempat pengelolaan sampah, hingga pemandian umum yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Karena semua fasilitas dekat satu sama lain hal ini akan memudahkan masyarakat untuk beraktivitas sehingga dengan berjalan kaki bisa dijangkau. 


Ketiga, Negara Islam membangun insfrastruktur dengan standar teknologi yang terbaik Sehingga sangat layak, aman dan nyaman saat digunakan. 


Sungguh luar biasa Negara Islam mengatur dan mengurusi hak-hak masyarakat, negara bertanggung jawab secara detail untuk melangsungkan hidup rakyatnya secara sejahtera. Sungguh, rindu penerapan sistem Islam yang mana berkaca pada semrawutnya masalah saat ini dan menambah beban terus menerus memupuk penderitaan pada rakyat. Wallahualam bissawab. [Dara]