Alt Title

Stunting Masalah Genting yang Seakan Tak Penting

Stunting Masalah Genting yang Seakan Tak Penting

 


Sepanjang peradaban Islam tegak selama kurang lebih 1400 tahun lamanya, nyaris sempurna tanpa kemiskinan. 

Jikapun kemiskinan menimpa rakyat secara individu, maka itu dapat segera dilakukan pengentasan

______________________________


Penulis Susi Trisnawati

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Heryawan gencar melakukan Sosialisasi Kampanye Penurunan Stunting bersama Mitra Kerja yaitu BKKBN yang mendapat amanah dari pemerintah menjadi leading sector, garda terdepan dalam upaya percepatan penurunan stunting di Indonesia.


Kampanye tersebut dihadiri oleh ratusan warga bersama Fazar Supriadi Santosa selaku Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat 2008-2018 Ahmad Heryawan, Wawan Ruswandi selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bandung, dan Yofans Dwiaprihandijat dari Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2AKBP3A) Kabupaten Bandung. Kampanye kali ini diadakan di Villa Anissa, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Selasa (6/2/2024).


Pada kampanye tersebut, Netty Prasetiyani Heryawan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah stunting mulai dari hulu. Yakni, sejak sebelum pernikahan dan masa kehamilan yaitu dengan mengoptimalkan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).


Karena menurut beliau, anak-anak yang mengalami stunting kemampuan otaknya sebatas pada usia kelas satu SD akibat kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan. Hal ini bisa saja menjadi musibah peradaban yang mengakibatkan Indonesia kekurangan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.


Oleh sebab itu, dengan diadakannya kampanye terkait stunting, pemerintah berharap anak-anak Indonesia tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan cerdas. Anak-anak yang bercita-cita tinggi untuk mengelola Bumi Nusantara ini.


Masalah stunting saat ini senantiasa beredar di kehidupan sehari-hari, yang sejatinya, masalah stunting disebabkan kemiskinan ekstrem. Sulitnya mencari pekerjaan karena minimnya lapangan kerja, harga bahan pokok melejit, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan menjadikan  beban hidup bertambah berat.


Sehingga biaya untuk memenuhi gizi ibu hamil dan balita terasa sulit. Memang pemerintah senantiasa menyalurkan bantuan untuk mencukupi gizi ibu hamil dan balita, tetapi bantuan tersebut tak mampu menyeimbangi kebutuhan gizi yang seharusnya. 


Upaya apa pun yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani kasus stunting tetap tak akan menjadi solusi. Sebab akar permasalahannya adalah pada penerapan ekonomi kapitalisme yang jelas telah memberikan hak kebebasan kepemilikan kepada individu.


Sehingga menjadikan kekayaan berputar pada segelintir elite saja. Pemerintah sendiri hanya bertugas sebagai regulator bagi para korporator yang menetapkan kebijakan hanya untuk kemaslahatan pengusaha.


Sementara dalam sistem Islam, negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dengan baik. Pemimpin dalam Islam meyakini bahwa tugas kepemimpinannya itu adalah amanah dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Dalam sistem Islam, negara akan mewujudkan dan menjamin kesejahteraan rakyatnya, baik berupa sandang, pangan dan papan. Begitu pun dengan kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Selain itu, negara akan mendistribusikan kekayaan alam secara merata ke seluruh pelosok negeri. Sehingga tidak akan terjadi kemiskinan atau ketimpangan sosial seperti saat ini.


Untuk mencegah terjadinya stunting, pemerintah akan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat tentunya dengan menyediakan dan memudahkan akses pangan yang halalan thayyiban. Disamping itu, pusat pelayanan kesehatan akan memberikan konsultasi gizi dan penyuluhan secara gratis.


Negara juga akan membangun pos-pos makanan untuk mengolah makanan lokal menjadi makanan yang memiliki kandungan gizi, ataupun memberikan bantuan seperti susu, telur, minyak, dan lain sebagainya.


Sepanjang peradaban Islam tegak selama kurang lebih 1400 tahun lamanya, nyaris sempurna tanpa kemiskinan. Jikapun kemiskinan menimpa rakyat secara individu, maka itu dapat segera dilakukan pengentasan.


Masa Khulafaur Rasyidin sepeninggal Nabi hingga para khalifah setelahnya merupakan salah satu potret keberhasilan sistem kepemimpinan Islam dalam memberantas kemiskinan. Sebagai contoh pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dari bani Abbasyiah. Tidak terdapat satu orang pun warga miskin karena tingkat kemakmuran penduduknya sejahtera secara merata.


Oleh karena itu, solusi dari persoalan stunting dan kemiskinan tidak lain dengan mencampakkan akar penyebabnya, yakni sistem kapitalisme. Berikutnya, terapkan sistem yang telah Allah Swt. turunkan, yaitu sistem Islam.


Dengan kata lain, terapkan syariat Islam secara kafah dalam semua aspek kehidupan. Hanya Islam yang mampu mengatasi semua problematika kehidupan. Wallahualam bissawab. [SJ]