Alt Title

Genosida Terus Membara, Mengapa Dunia Tetap Diam?

Genosida Terus Membara, Mengapa Dunia Tetap Diam?

 


Sudah menjadi rahasia umum bahwa Zionis sengaja dipasang oleh Amerika di Tanah Syam untuk mengamankan kepentingan mereka

Apapun yang ditempuh PBB untuk mencapai kesepakatan damai selalu berujung kegagalan karena dianulir melalui veto Amerika

__________________


Penulis Etik Rositasari

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pascasarjana UGM


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Terhitung per tanggal 7 Februari kemarin, tepat 5 bulan sudah Zionis Israel membantai kaum muslimin di Palestina. Hingga saat ini, alih-alih mengendurkan serangannya, tentara laknatullah ini justru semakin gencar melancarkan genosida. Kepulan asap dan bom terus membumbung dan menyelimuti langit Bumi Para Nabi selama lebih dari 150 hari. 


Tak puas membunuh, para pasukan biadab ini juga tega melakukan aksi kejam dengan menahan bantuan kemanusiaan yang datang, termasuk makanan. Akibatnya, tak sedikit kaum muslim yang akhirnya kelaparan. Beberapa dari mereka harus memakan kaktus untuk menyambung hidup. 


Seakan tak ingin memberikan kesempatan pada umat muslim Palestina, sekitar 85 penduduk Gaza mengungsi dalam keadaan kekurangan air bersih dan obat-obatan. Sementara, infrastruktur yang rusak dan hancur di wilayah tersebut mencapai 60%. Demikian, dengan korban jiwa yang berjatuhan. Dilansir dari antaranews (29/2/24), sebanyak lebih dari 30.000 jiwa melayang dan 70.000 lainnya terluka akibat serangan Zionis Yahudi sejak 7 Oktober lalu. 


Gugatan di Mahkamah Intenasional (ICJ) dilayangkan atas tindakan genosida tersebut. Namun, alih-alih menghiraukan, mereka tetap melenggang tak bergeming. Bahkan, eskalasi kekejaman yang dilakukan kian memuncak hari demi hari. Pada Kamis (29/2/24), Zionis Yahudi dengan tega memberondongkan peluru ke arah kerumunan warga Gaza yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan. Sungguh tindakan yang biadab!  


Benar, Palestina kian membara menghadapi kekejian Zionis yang membabi buta. Namun, sangat disayangkan, dunia nyatanya tak bisa berbuat apa-apa. Dunia, termasuk kaum muslim hanya bisa terpaku menyaksikan dalam keheningan. Aksi Raja Yordania belakangan ini yang turun langsung mengirimkan bantuan kemanusian lewat udara memang mendapat apresiasi dari umat muslim dunia. Layaknya oase di tengah gurun, aksi tersebut seolah menjadi tanda bahwa kepedulian muslim pada problem Palestina masih ada di tengah bungkamnya negeri Arab lain. 


Mesir, tak hanya bungkam, mereka justru mempersulit keadaan umat muslim Palestina dengan membangun tembok beton tinggi di sepanjang perbatasan Jalur Gaza. Sementara, aksi pemberian bantuan kemanusiaan oleh Raja Yordania yang banyak disanjung umat muslim, nyatanya tak bisa menyelesaikan masalah Palestina secara tuntas. 


Baru-baru ini AS melakukan hal serupa. Melalui jalur udara, mereka mengirimkan bantuan layaknya apa yang dilakukan Yordania. Tentu, ini hanya kamuflase untuk menutupi tangannya yang telah lebih dulu bersimbah darah umat muslim. Sementara, bagai kehilangan taji, para penguasa dunia khususnya negeri muslim hanya mampu mengutuk dan mengecam. Meski, mereka tahu bahwa Israel dan anteknya tak lagi mengerti bahasa diplomasi. Namun, berbagai pertemuan dan dialog kosong yang tak berarti terus saja menjadi andalan.   


Padahal, Palestina merupakan baromater umat muslim secara keseluruhan. Apa yang terjadi pada Palestina saat ini menggambarkan apa yang terjadi pada umat muslim seluruhnya. Ya, benar kita terjajah. Umat muslim terkungkung dalam sekat-sekat negara (nations state) yang menghalangi tangan mereka mengulurkan pertolongan kepada Palestina. 


Di sisi lain, kedudukan Zionis terus berada di atas angin. Bagaimana tidak, dunia internasional yang dimotori PBB seakan diam tak berkutik di hadapan anak emas negara adidaya ini. Hal ini sejatinya tak mengherankan. Bagaimana juga, PBB merupakan pihak yang membidani lahirnya Israel melalui Resolusi 181 tahun 1947. Resolusi ini sukses memecah Palestina menjadi dua bagian, negara Palestina dan Yahudi. 


Di samping itu, sudah menjadi rahasia umum bahwa Zionis sengaja dipasang oleh Amerika di Tanah Syam untuk mengamankan kepentingan mereka. Maka, sudah bisa dipastikan bahwa upaya apapun yang ditempuh PBB untuk mencapai kesepakatan damai selalu berujung menemui kegagalan karena dianulir melalui veto Amerika. 


Oleh karena itu, alih-alih mengharap PBB menjadi juru damai, umat muslim harus berani mengambil langkah lebih konkret dan taktis untuk mengatasi permasalahan Palestina. Pertama, umat muslim harus memutus kepercayaan sama sekali pada lembaga dunia, termasuk PBB. Sudah kita lihat bagaimana tingkah pongah Israel mempermainkan lembaga tersebut. Demikian, dengan peringatan dari Dewan Keamanan PBB, tak berpengaruh sedikit pun pada kelakuan bengis mereka. Kecaman yang minim hasil ini pada akhirnya hanya dianggap sebagai angin lalu oleh Israel. 


Sementara, “two state solution” dan diplomasi ramai digaungkan nyatanya tak mampu menjadi solusi. Justru hal itu merupakan bentuk pengkhianatan. Bagaimana tidak, Palestina adalah tanah kharaj yang diperoleh dari darah dan air mata kaum muslim, hingga Zionis datang dan menjadi parasit di Tanah Palestina. Bukankah tak masuk akal secara tiba tiba Palestina harus membagi tanahnya dengan parasit laknatullah tersebut?


Puluhan kali jalan diplomasi ditempuh, tetapi tetap saja berujung nihil. Wajar, memang Israel sudah tak lagi mengenal bahasa diplomasi. Dengan fakta ini, satu-satunya jalan untuk mengakhiri pendudukan Israel atas Palestina adalah melalui pengusiran paksa dan peperangan alih-alih melalui diplomasi.


Allah berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 14:

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum mukmin.”


Perang ini harus melibatkan umat muslim dunia secara keseluruhan. Karena, Al-Quds bukan hanya milik rakyat Palestina, melainkan milik muslim secara keseluruhan. Di sanalah berdiri kiblat pertama, makam para sahabat dan syuhada, dan tempat tinggal para nabi. 


Alhasil, satu-satunya cara mewujudkan hal tersebut dengan diterapkannya sistem Islam. Di mana, Islam akan mencerai-beraikan sekat-sekat antar bangsa dan mewujudkan persatuan kaum muslim. Islam akan menyerukan jihad untuk memerangi musuh-musuh Islam. Sudah tak ada jalan lain lagi, hanya dengan sistem Islam seluruh kaum muslim akan memperoleh kehormatannya kembali. Nyawa dan harta umat Islam dapat terjaga. Hanya dengan sistem Islam, penindasan terhadap umat Islam akan berakhir. Wallahualam bissawab. [Dara]