Quick Count Dimenangkan oleh Pengpeng
Surat PembacaPerlu diketahui peran media sosial sangat besar dan bisa dikendalikan oleh pemegang dana besar.
Selama ada celah dan usaha akhir yang bisa dilakukan, pasti semua cara ditempuh.
______________________________
KUNTUMCAHAYA.com, SURAT PEMBACA - Siapakah pengpeng? Merekalah, para penguasa dan pengusaha.
Bagi capres dan caleg, saat ini sangat tegang takut kalah. Bagi rakyat saat ini takut ada ribut bahkan takut ada yang saling menumpahkan darah. Berebut suara dari masa-masa kampanye hingga saat ini adalah sebuah perjuangan yang sangat menguras tenaga, harta dan pikiran, dengan tujuan untuk sebuah kemenangan.
Setiap capres dan caleg berharap menang. Usaha yang dilakukan tentu yang terbaik. Para capres dan caleg berharap ada keajaiban dari Allah, mereka melangitkan doa, berusaha agar menang.
Sayang, dalam sistem demokrasi ini, sebaik apa pun dan sesaleh apa pun capres dan calegnya, tetapi jika tidak didukung oleh pengpeng, bakalan kalah. Sehingga bisa dipastikan, pemilu 2024 adalah pemilu yang sangat bahaya. Kenapa?
Disebut bahaya karena para pengpeng berperan besar dalam menyumbangkan pikiran, harta/dana untuk memenangkan pemilu ini, demi melanggengkan kursi jabatannya dan demi melanggengkan perusahaan-perusahaan yang sudah besar saat ini. Karena jika para capres dan caleg yang didukung pengpeng kalah, maka pupuslah bisnis besar mereka.
Makanya, para pengpeng berusaha keras untuk memenangkan jagoannya. Jika jagoannya menang, muluslah bisnis yang sedang dijalankan saat ini. Dalam quick count ini, semoga dapat menyadarkan rakyat Indonesia.
Perlu diketahui peran media sosial sangat besar dan bisa dikendalikan oleh pemegang dana besar. Selama ada celah dan usaha akhir yang bisa dilakukan, pasti semua cara ditempuh. Biar pun cara-cara zalim yang dilarang agama tidak dipedulikan. Yang penting menang satu putaran, andai dua putaran pun akhirnya harus menang. Itulah cara kerja keras para pengpeng saat ini.
Semoga tulisan ini menjadikan masyarakat tersadarkan bahwa dalam sistem demokrasi ini masih berlaku rumus, yang kuat yang menang, bagai hukum hutan rimba, iya kan? Wallahualam bissawab. [SJ]
Ummu Bagja Mekalhaq (Lilis Lina Nastuti)
Majalaya