Alt Title

Fitrah Ibu yang Tercerabut

Fitrah Ibu yang Tercerabut



Ada pepatah mengatakan, jika ingin menghancurkan suatu bangsa maka cukup hanya dengan menghancurkan sosok ibu atau wanita dalam negara tersebut. 

Sebab jika sosok ibu sudah hancur maka secara otomatis kehancuran sebuah generasi dalam negara pun ikut serta. 

________________________________________________


Penulis Hany Handayani Primantara, SP

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Aktivis Muslimah


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Pernahkah terpikir bahwa seorang ibu yang memiliki perangai lemah lembut serta penuh kasih mampu bersikap di luar nalar, yakni menghabisi darah dagingnya sendiri.


Secara fitrah memang menyalahi, sebab fitrah seorang ibu adalah melindungi anak-anaknya. Seperti induk ayam yang bersikap galak ketika anak-anaknya diusik. Dia bahkan bisa berlaku lebih kasar demi menjaga serta melindungi anak-anaknya dari ancaman luar. Seperti itulah naluriah seorang ibu.


Namun saat ini keadaan berubah, fenomena ibu yang mampu menelantarkan anaknya. Bahkan menghabisi nyawa anaknya semakin marak terjadi di mana-mana. Seperti kasus yang terjadi di wilayah Bangka Belitung. Seorang ibu berusia 38 tahun ditangkap polisi karena terlibat pembunuhan. Korban adalah bayinya sendiri, dibunuh dengan cara sadis yakni ditenggelamkan di sebuah ember usai dilahirkan. Kemudian mayatnya dibuang di semak-semak dalam kebun milik warga sekitar. Dilansir dari media online Kumparan.com (24/01/24)


Miris ketika mendapati fakta demikian yang ternyata bukan hanya terjadi di satu daerah saja, melainkan hal ini seakan jadi fenomena massal di beragam daerah Indonesia. Padahal mayoritas orang Indonesia adalah muslim.


Di mana dalam Islam digambarkan sosok seorang ibu adalah sosok sentral dalam sebuah rumah tangga. Yakni sebagai ummu wa rabbatulbait, posisi yang sangat menentukan arah generasi mendatang akan seperti apa.


Usut punya usut ternyata sebagian besar masalah dari tercerabutnya fitrah ibu ini disebabkan oleh faktor ekonomi. Mengingat kehidupan saat ini yang semakin sulit, tingginya beban hidup akhirnya mematikan fitrah keibuan. Sekuat apa pun keimanan seseorang namun jika tak dibarengi dengan ruang lingkup yang baik yakni ketika fungsi keluarga tidak optimal, masing-masing tak mampu menjalankan kewajibannya.


Serta masyarakat yang acuh tak peduli terhadap sesama, bersikap individualistis memperparah keadaan tersebut. Belum lagi jika tidak adanya pengayoman negara yang menjamin kesejahteraan masyarakat maka sangat wajar jika kestabilan emosi dan fisik seorang ibu teruji. 


Mentalnya seakan meraung akibat kondisi yang tak mendukung fungsi ibu dalam keluarga maupun masyarakat. Betapa banyak ibu di luar sana yang pada akhirnya harus terpaksa meninggalkan kewajiban utamanya di rumah demi membantu suami mencari nafkah.


Bahkan menjadi tulang punggung utama demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak ayal fungsi keluarga pun akhirnya terganggu dengan keluarnya sosok ibu dari rumah. Nampak sepele namun pengaruhnya besar sekali bagi keluarga, masyarakat bahkan sebuah negara.


Ada pepatah mengatakan, jika ingin menghancurkan suatu bangsa maka cukup hanya dengan menghancurkan sosok ibu atau wanita dalam negara tersebut. Sebab jika sosok ibu sudah hancur maka secara otomatis kehancuran sebuah generasi dalam negara pun ikut serta. Sebegitu pentingnya peran ibu dalam kehidupan.


Maka Islam pun tak tanggung-tanggung memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada sosok ibu. Di mana Islam menggambarkan letak surga ada di bawah telapak kaki ibu. Seruan Rasul kepada seorang anak yang mesti mendahulukan ibunya ketimbang bapaknya pun sampai diseru sebanyak tiga kali. Hal ini menunjukkan betapa utamanya peran seorang ibu dalam Islam.

.

Dari sekian faktor yang memengaruhi fenomena tercerabutnya fitrah seorang ibu, nyatanya semua berkaitan erat dengan penerapan sistem yang ada. Jika dilihat, wajar jika kehidupan seorang ibu kian hari kian sulit sebab saat ini kaum ibu seakan diminta untuk berjuang sendiri dalam memenuhi kehidupan pribadinya maupun keluarganya.


Tak seperti dalam Islam, Islam justru sangat menjaga fungsi ibu dalam rumah tangga. Maka seorang ibu dijamin kehidupannya dalam negara yang berbasis aturan Islam. Dimuliakan selayaknya ratu dan memiliki power besar dalam menentukan kebijakan dalam mendidik anak-anak mereka. 


Jaminan kesejahteraan bagi sosok ibu ini bisa melalui beragam mekanisme. Di antaranya jalur nafkah. Seorang ibu tak dipusingkan dengan kewajiban nafkah sebab dijamin oleh kepala rumah tangga, dalam hal ini suami atau ayah dari anak-anak mereka. Dukungan masyarakat pun tak lepas dari bentuk apa pun. Termasuk saling membentuk lingkungan yang kondusif bagi generasi.


Belum lagi dari negara yang akan memberikan santunan jika dibutuhkan, sebab negara yang berbasis Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu. Hal itu yang meniscayakan ketersediaan dana bagi kelangsungan kehidupan bernegara.


Di mana lagi kita bisa menemukan sistem yang begitu memuliakan sosok perempuan terkhusus kaum ibu selain dalam sistem Islam. Sebuah sistem yang mampu memanusiakan manusia dan mampu mengatur semua kalangan termasuk kaum nonmuslim yang jelas-jelas tak berakidah Islam.


Sebab Islam datang dengan rahmatan lil alamin bukan sekadar rahmat bagi kaum muslim semata. Jadi tunggu apalagi, seruan bagi kaum muslim untuk segera mengambil alih seluruhnya untuk meraih rida Allah.


Dengan kembali pada fitrahnya kepada Islam terutama para ibu yang sudah jenuh dengan sistem saat ini. Mari kembalikan fitrah seorang ibu dengan penerapan Islam kafah dalam bingkai syariat yang nyata dalam kehidupan bernegara.


Sebagaimana janji Allah kepada kaum muslim dalam ayat berikut: 


"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya." (QS. Ath-Thalaq: 4).


Wallahualam bissawab. [SJ]