Alt Title

Perayaan di Tengah Penderitaan Kaum Muslim, Pantaskah?

Perayaan di Tengah Penderitaan Kaum Muslim, Pantaskah?

 


Umat Islam harus menyadari bahwa mereka satu tubuh. Perasaan yang muncul harus karena dorongan akidah, bukan sekadar rasa simpati, empati maupun lainnya

Sehingga ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ukhuwah islamiyah

______________________________


Penulis Siska Juliana 

Tim Media Kuntum Cahaya 


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Baru saja kita mengalami pergantian tahun. Seperti sudah menjadi tradisi, pergantian tahun disambut dengan pesta kembang api. Peristiwa ini terjadi di berbagai negara, tak ketinggalan di negara kita. Salah satu kota yang mengadakannya adalah di Jakarta. Mayoritas masyarakat berbondong-bondong menyaksikan pesta kembang api. Jalanan pun diprediksi macet menjelang detik-detik pergantian tahun. (cnnindonesia[dot]com, 31/12/2023) 


Nahasnya, di saat negeri-negeri kaum muslimin merayakan pergantian tahun dengan pesta meriah, di saat yang sama kaum muslimin di Gaza dibayang-bayangi penjajahan oleh Zionis Yahudi. Hampir 2,3 juta penduduk Gaza telah dipaksa keluar dari rumah mereka. Belum lagi korban meninggal akibat serangan kebiadaban Yahudi yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. (detik[dot]com, 31/12/2023) 


Penderitaan muslim Rohingya pun belum terhenti. Selama bertahun-tahun mereka mengalami stateless akibat genosida rezim Myanmar. Mereka mencari suaka, namun tidak mendapatkannya. Justru pengusiranlah yang mereka terima. Hingga hidup di dalam perahu selama berbulan-bulan mengarungi lautan.


Perayaan pergantian tahun di tengah penderitaan kaum muslimin menjadi bukti abainya umat terhadap urusan saudaranya yang berbeda negara. Sikap umat pun mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap Palestina. Aksi boikot produk Yahudi dan sekutunya pun mulai melonggar. 


Sikap umat Islam juga terpecah belah dalam menghadapi muslim Rohingya. Ada pro dan kontra saat ingin membantu saudara muslim kita. Selain itu, pembungkaman yang dilakukan oleh Meta makin kuat pada akun yang menunjukkan pembelaannya terhadap Palestina.


Sikap kaum muslimin yang seperti ini merupakan buah dari nasionalisme yang sudah tertancap kuat di benak mereka. Nasionalisme merupakan produk pemikiran Barat yang sengaja disebarkan untuk meracuni pemikiran kaum muslimin. Dengan pemikiran tersebut, kaum muslimin mencukupkan diri untuk mencintai wilayah mereka masing-masing. 


Ikatan ini diperkuat dengan dibentuknya nation state. Sehingga mereka merasa aman jika tidak ada ancaman, dan muncul sikap heroik ketika gangguan datang. Maka tak heran saat kaum muslimin yang diikat dengan ikatan nasionalisme, pembelaan kepada kaum muslimin Palestina menjadi tidak masif lagi bahkan terhenti. 


Umat Islam harus menyadari bahwa mereka satu tubuh. Perasaan yang muncul harus karena dorongan akidah, bukan sekadar rasa simpati, empati maupun lainnya. Sehingga ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ukhuwah islamiyah. 


Sebagaimana hadis Rasulullah saw.


"Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu organ sakit maka seluruh tubuh demam dan tak bisa tidur." (HR. Muslim dan Ahmad). 


Rasa sakit ini akan ditunjukkan dengan pembelaan, memberi pertolongan kepada saudara muslim yang tertindas dan terzalimi. Secara individu, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan.


Namun, pertolongan itu tidak cukup dan bukanlah solusi hakiki. Karena yang terjadi bukan bencana kemanusiaan, tetapi penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi dan sekutunya. Maka yang dibutuhkan adalah tentara untuk mengusir penjajah Yahudi.


Oleh karena itu, kaum muslimin wajib berjihad membela saudaranya di Palestina. Hanya saja, organisir pasukan tidak bisa dilakukan tanpa diatur oleh negara. Begitupun terkait muslim Rohingya. Mereka butuh perlindungan, diedukasi, dan diberi suaka karena telah menjadi korban genosida rezim Myanmar.


Tindakan tersebut bisa dilakukan oleh sebuah negara yang bisa menyelamatkan kaum muslimin, yaitu Daulah Islam. Khalifah adalah perisai yang melindungi kaum muslimin. Orang-orang berperang di belakangnya untuk mengembalikan kemuliaan Islam. Kaum muslimin akan selamat dari kezaliman musuh Islam di belahan dunia mana pun. 


Saatnya mencampakkan nasionalisme kemudian bersatu dengan ikatan akidah di bawah naungan sistem Islam. Wallahualam bissawab.