Alt Title

Bencana Berulang Akibat Penerapan Kebijakan Kapitalistik

Bencana Berulang Akibat Penerapan Kebijakan Kapitalistik


Inilah buah dari kerakusan dan ketamakan manusia akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Perumahan, infrastruktur, pariwisata terus dibangun dan digalakan demi meraih keuntungan segelintir orang. 

Kapitalisme condong kepada pengusaha abai kepada rakyat. Akibatnya musim penghujan banjir, musim kemarau kekeringan

________________________________________


Penulis Ummu Aidzul

Tim Media Kuntum Cahaya dan Tenaga Pendidik


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Sejak penghujung tahun hingga awal bulan Januari, curah hujan terpantau cukup tinggi, terjadi di wilayah Kabupaten Bandung. Masyarakat diminta terus waspada akan kemungkinan timbulnya banjir yang terus berulang ketika musim penghujan tiba. 

Di Kabupaten Bandung, ada sebanyak 102 rumah rusak akibat terjangan angin kencang dan banjir bandang pada tanggal 25 Desember 2023 lalu. Rata-rata kerusakan terjadi pada bagian atap, namun ada juga yang rata dengan tanah. Data ini dilaporkan oleh Pusat Pengendali dan Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB). Tidak hanya itu, cuaca buruk telah mengakibatkan 6 orang mengalami cedera akibat tertimpa material rumah yang roboh. (CNN Indonesia, 26-12-2023)


Musim penghujan telah menghantui dan membuat khawatir masyarakat. Banjir selalu terjadi baik dengan curah hujan yang intensitasnya besar maupun kecil. Sudah dianggap sesuatu yang lumrah bila banjir terjadi di Bale Endah, Rancaekek, Gedebage, Dayeuh Kolot maupun wilayah lainnya. Bahkan berpeluang semakin meluas jika curah hujan turun lebih besar lagi.


Sayangnya, berbagai penanganan yang telah diusahakan, seperti membuat kolam retensi, perluasan dan pembersihan gorong-gorong, pengerukan sungai belum mampu menyelesaikan. Bahkan boleh dikatakan banjir bukan hanya berulang tapi lebih meluas dan tambah parah.


Jika ditelaah lebih lanjut, berbagai musibah termasuk banjir disebabkan kelalaian manusia sendiri. Akibat salah kebijakan, hutan gundul, tanah resapan air terus berkurang. Pembangunan yang jor-joran telah mengenyampingkan dampak bagi lingkungan dan masyarakat. Rakyat hanya diminta waspada bukannya mengkaji ulang kebijakan. Maka wajar penanganan parsial tidak akan membuahkan hasil. Memperbaiki di hilir, sementara hulunya tak tersentuh. Pembangunan dijadikan kebanggaan di sisi lain menyengsarakan.


Inilah buah dari kerakusan dan ketamakan manusia akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Perumahan, infrastruktur, pariwisata terus dibangun dan digalakan demi meraih keuntungan segelintir orang. Kapitalisme condong kepada pengusaha abai kepada rakyat. Akibatnya musim penghujan banjir, musim kemarau kekeringan. 


Allah Swt. telah menyatakannya dalam Quran Surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya:

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar."


Dalam sebuah negara penganut kapitalisme, kebijakan ditakar berdasarkan untung rugi bukan periayahan atau kepengurusan. Menguntungkan dijalankan, merugikan enggan dilakukan. Bantuan dari pemerintah untuk korban bencana seringkali dinilai lamban dan minim padahal merupakan tanggung jawabnya. 


Antisipasi dan penanganan bencana dalam sistem Islam sangat berbeda dengan kapitalisme. Pembangunan haruslah disertai dengan perhatian akan dampak terhadap lingkungan. Rakyat menjadi perhatian utama. Infrastruktur dibangun asasnya bukan keuntungan melainkan memberi kemudahan bagi rakyat. Penguasa diharamkan berbisnis dengan rakyat, karena hubungan penguasa rakyat bukan ibarat penjual dan pembeli sebagaimana dalam kapitalisme.


Seorang pemimpin dalam pandangan Islam adalah raa'in (pengurus) urusan rakyat, ia akan segera menanggulangi berbagai permasalahan yang menimpa, termasuk bencana alam yang terjadi pada masyarakat. Seperti yang pernah terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ketika terjadi musibah kekeringan dan kelaparan di Makkah dan Madinah. Ia segera meminta bantuan kepada seluruh wali (gubernur) untuk menolong rakyat yang tengah didera musibah. Seorang penguasa tidak akan berdiam diri dan menyerahkan penanggulangan bencana kepada rakyatnya sendiri, padahal jelas semua itu merupakan tanggung jawab kepemimpinannya dalam mengurus rakyatnya. Karena kelak kepemimpinannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. 


Demikianlah, bencana akan terus berulang selama sistem kapitalis sekuler terus diterapkan. Kita pun harus berupaya menerapkan seluruh aturan Islam secara kafah yang akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi bukan sebagai bencana.

Wallahualam bissawab. [GSM]