Alt Title

Seruan Boikot Produk, akankah Boikot Ide Nasionalisme?

Seruan Boikot Produk, akankah Boikot Ide Nasionalisme?

Hanya dengan mencampakkan ide Nasionalisme kaum muslimin tidak akan lagi tersekat-sekat oleh sebuah negara kecil

Melainkan, mereka akan bangkit bersama dalam sebuah ide yang cemerlang yaitu ide persatuan kaum muslimin dalam bingkai sistem pemerintahan Islam dengan membawa ideologi Islam

____________________________________


Penulis Rismawati Aisyacheng 

Kontributor Tetap Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi AMK



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Setelah adanya balasan serangan dari Hamas pada 07 Oktober 2023 lalu. Di mana pasukan Hamas dari Gaza berhasil merobohkan pagar listrik dan Hamas berhasil mengambil alih pos Israel di bagian barat. Hasilnya, mengejutkan negara Israel. Karena itu, sejak balasan penyerangan Hamas tersebut membuat Israel sampai hari ini terus menerus menyerang Palestina secara membabi buta tanpa ada rasa belas kasih hingga mengakibatkan puluhan ribu jiwa meninggal, di antaranya ada anak-anak dan perempuan. 


Karena itu, beberapa negara marah dan mengecam apa yang di lakukan negara Israel terhadap Palestina, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, Kegeraman Asrorun Nian Sholeh selaku ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) mendorongnya untuk mengeluarkan fatwa Nomor 83 Tahun 2023 bahwa haram hukumnya membeli dan menggunakan produk Israel serta produk produsen pendukung negara Israel. Selain itu, MUI mewajibkan warga Indonesia untuk senantiasa mendukung perjuangan Palestina dan menyarankan pemerintah untuk membuat langkah tegas dalam membantu perjuangan atas kebebasan negara Palestina dari tangan Israel. (cnbcindonesia[dot]com, 11/11/2023)


Sebelum ketua MUI mengeluarkan fatwa, sudah banyak warga Indonesia melakukan inisiatif untuk memboikot produk-produk Israel. Bukan hanya Indonesia, tetapi puluhan negara yang warganya menyuarakan untuk melakukan pemboikotan terhadap produk Israel dan produk pendukung Israel. Alhasil, beberapa perusahaan yang dikabarkan mengalami kemerosotan akibat dari boikot, salah satunya adalah Starbucks Corp kedai kopi yang berpusat di Amerika Serikat, dan banyak cabangnya di beberapa negara termasuk di Indonesia. 


Hasil boikot, mungkin benar tidak akan menghentikan serangan Israel kepada negara Palestina. Tetapi, efeknya sangat besar untuk menjatuhkan perekonomian Israel beserta antek-anteknya. Karena itu, sebagai kaum muslim yang hatinya merasa sakit dan jiwanya bergetar melihat kebiadaban Israel yang tiada henti menyerang Palestina yang kini telah menargetkan penyerangan di Rumah Sakit Indonesia. Tentu, tidak akan tinggal diam mereka juga tidak mungkin ke Palestina berjuang bersama Hamas demi kebebasan tanah suci Al-Quds, karena mereka hanya rakyat biasa tidak punya kemampuan untuk berperang. Adapun jalan satu-satunya sebagai bukti kepedulian rakyat terhadap saudaranya di Palestina adalah memboikot produk-produk Israel dan pendukungnya. Apalagi ketua MUI telah memberi dukungan kepada rakyat untuk tidak membeli produk Israel dan produk pendukung Israel.


Aksi boikot yang terjadi telah memberi hasil penurunan pada laba saham perusahaan Israel dan pendukungnya. Namun, gencatan senjata, rudal dan bom tentara Israel terus menerus menghujani negeri Palestina. Semua itu tak lain karena adanya sokongan dari negara-negara barat termasuk negara adidaya Amerika Serikat. Selain itu, ide Nasionalisme yang melanggengkan penjajahan Israel terhadap Palestina. 


Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Nasionalisme adalah sebuah pemahaman untuk mencintai dan mempertahankan negaranya masing-masing serta mementingkan identitas suatu negara atau bangsa. Artinya, Nasionalisme adalah ide yang mengajarkan manusia untuk lebih mengutamakan negaranya daripada negara orang lain walaupun negara itu telah mendapatkan penyiksaan yang tidak berperikemanusiaan. Karena itu, terciptalah pemimpin-pemimpin yang lemah karena ide Nasionalisme ini. 


Lihat saja fakta yang terjadi, walau hari ini Palestina dibombardir oleh negara Zionis Israel, ternyata tak ada pemimpin yang tergerak hatinya untuk mengirimkan bala bantuan (Pasukan Tentara) kepada Palestina. Yang mereka lakukan hanya menjadi penonton dan sekadar marah serta hanya mengecam perbuatan Zionis Israel tersebut. Karena faktanya mereka mencari aman dari negara adidaya Amerika. Sebab, Amerika adalah negara yang berkuasa di dunia saat ini hingga seluruh pemimpin negara muslim hanya bisa tunduk dalam cengkeraman negara adidaya. 


Ide Nasionalisme memang telah menggerogoti jiwa para pemimpin muslim di dunia. Karena itu, sudah seharusnya ide Nasionalisme milik Barat ini ikut dicampakkan sebagaimana produknya, agar kaum muslim dan para pemimpinnya bisa bersatu melawan kezaliman di muka bumi ini. Hanya dengan mencampakkan ide Nasionalisme kaum muslimin tidak akan lagi tersekat-sekat oleh sebuah negara kecil. Melainkan, mereka akan bangkit bersama dalam sebuah ide yang cemerlang yaitu ide persatuan kaum muslimin dalam bingkai sistem pemerintahan Islam dengan membawa ideologi Islam. 


Karena, hanya pemimpin dalam sistem Islam yang mampu menggerakkan para pasukan tentaranya dalam menolong negara lain yang tertindas. Sebagaimana Rasulullah saw. dahulu saat menolong seorang wanita muslimah yang diganggu oleh orang Yahudi di pasar. Rasulullah saw sebagai pemimpin kaum muslim langsung menggerakkan bala tentaranya ketika mendengar kabar tersebut untuk mengepung pemukiman Yahudi yang telah mengganggu  wanita muslimah tadi. 


Sungguh luar biasa para pemimpin Islam terdahulu dalam menolong kaum muslim lainnya. Apalagi Islam mengajarkan bahwa kaum muslim yang sedang tertindas wajib hukumnya untuk ditolong karena kaum muslimin itu bersaudara bagaikan satu tubuh. Jika ada yang disakiti maka kaum muslim yang lain secara spontan akan merasakan sakitnya. 


Oleh karena itu, untuk menolong rakyat Palestina, selain boikot produk Israel dan pendukungnya, kita harus mencampakkan ide Nasionalisme yang mereka ciptakan untuk melemahkan kaum muslimin. Cara yang bisa kita lakukan adalah menyuarakan ide Ideologi Islam sebagai solusi tuntas dari penjajahan di Palestina. Wallahualam bissawab. [Dara]