Alt Title

Lalai Pengawasan, BBM Bersubsidi di Banggai Laut Mengalami Kelangkaan

Lalai Pengawasan, BBM Bersubsidi di Banggai Laut Mengalami Kelangkaan

 


Pemberian BBM berjenis pertalite kepada para swasta menjadikan ketersediaan BBM berjenis pertalite di SPBU berkurang, sehingganya penyediaannya pun terbatas

Padahal pertalite disalurkan kepada pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat

______________________________


Penulis Susci

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut, Sulteng


KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Kabupaten Banggai Laut akhir-akhir ini kian dihadapkan dengan adanya kelangkaan BBM berjenis pertalite yang memberikan dampak signifikan bagi sebagian masyarakat.


Berdasarkan informasi dari pantauan wartawan beberapa pekan terakhir ini, terlihat antrean panjang terjadi di SPBU yang didominasi oleh pengendara pengisian BBM berjenis pertalite. Padahal jumlah pasokan BBM yang dikirimkan di dua SPBU Kabupaten Banggai Laut berkisar 8 ton per hari. Memungkinkan dengan jumlah pasokan tersebut akan mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat, tanpa harus melakukan antrean panjang.


Menurut pengamat, BBM tersebut diduga mengalami penimbunan di salah satu tempat seperti di rumah-rumah untuk diperjualbelikan kembali dalam bentuk eceran. (kabarbenggawi[dot]com, 7/11/2003)


Sebagaimana yang diketahui, BBM merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam membantu segala macam bentuk operasional. Masyarakat akan sulit mengakses pekerjaan dan berbagai aktivitas lainnya, apabila kebutuhan BBM tidak terpenuhi dengan baik. Pemenuhan BBM merupakan kebutuhan urgen masyarakat yang harus diperhatikan oleh pemerintah setempat, bukan dibiarkan begitu saja.


Kelangkaan BBM jenis pertalite yang terjadi di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah menimbulkan keresahan bagi masyarakat setempat. Pasalnya, kelangkaan BBM di SPBU memberikan dampak negatif di berbagai sektor, seperti antrean menjadi panjang, bahkan tak sedikit masyarakat harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan BBM yang diperlukan.


Hal tersebut menyebabkan sebagian pekerjaan harus tertunda. Tak hanya itu, kelangkaan BBM di SPBU menyebabkan terjadinya kemacetan di sekitar wilayah SPBU, disebabkan banyaknya kendaraan beroda empat yang terparkir di pinggir jalan, sehingga mengganggu proses berkendara. 


Di tengah kelangkaan BBM berjenis pertalite, justru BBM tersebut banyak beredar di rumah-rumah dengan penjualan eceran yang memiliki harga lebih murah dibandingakan penjualan SPBU. Sehingga, mayoritas masyarakat banyak mengambil dari penyediaan SPBU, karena terkesan murah.


Tak sedikit dari masyarakat rela mengantre demi mendapatkan harga BBM tersebut. Penyaluran BBM berjenis pertalite kepada para swasta untuk melakukan penjualan eceran, akan menyebabkan stok penyimpanan BBM di SPBU mengalami kelangkaan. Menipisnya ketersediaan BBM menjadikan penyaluran kepada masyarakat akan sedikit, sehingga memicu antrean panjang.


Hal tersebut menggambarkan kurangnya pengawasan pemerintah daerah setempat. Pengawasan yang hilang menyebabkan kondisi tersebut justru terus menerus terjadi, bahkan nyaris tak akan selesai. Sehingga, dibutuhkan keseriusan pemerintah dalam mengawasi segala macam bentuk penyaluran kepada masyarakat agar berjalan secara merata, tanpa adanya upaya keberpihakan kepada para swasta.


Oleh karena itu, masyarakat mengimbau kepada pemerintah daerah setempat untuk segera menindaklanjuti hal tersebut. Sebab, telah memberikan keresahan bagi sebagian masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah yang sangat membutuhkan BBM jenis pertalite. Sayangnya, imbauan tersebut belum mendapatkan respon oleh pemerintah setempat, padahal dampak dari kelangkaan BBM sudah dirasakan oleh masyarakat. 


Inilah paradigma ekonomi kapitalistik, segala sesuatu akan distandarkan pada asas manfaat. Penimbunan harta maupun barang menjadi hal yang biasa. Pemberian BBM berjenis pertalite kepada para swasta menjadikan ketersediaan BBM berjenis pertalite di SPBU berkurang, sehingganya penyediaannya pun terbatas. Padahal, penyaluran BBM berjenis pertalite tersebut disalurkan kepada pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.


Islam Solusi Terpenuhinya Kebutuhan Masyarakat 


Dalam Islam, negara bertugas sebagai fasilitator dan regulator dalam berbagai sektor. Keberadaan negara senantiasa didasarkan pada keimanan dan ketakwaan, bukan asas manfaat layaknya kapitalisme sekularisme.


Islam memahami bahwa pemberian kemudahan fasilitasi dan regulasi adalah hak rakyat dan kewajiban negara, sehingga penyaluran BBM berjenis apa pun akan dipastikan sampai kepada masyarakat dengan aman, cepat, berkualitas, serta dengan harga yang terjangkau.


Islam tidak akan dengan mudah menyalurkan BBM berjenis apa pun kepada para swasta, di saat negara mampu memberikan langsung kepada masyarakat dengan harga yang murah. Sebab, negara dalam Islam memahami bahwa segala sesuatu yang beredar kepada swasta, akan mengalami peningkatan harga yang kian memberatkan masyarakat.


Apalagi, ketersedian BBM makin menipis, tentu Islam tidak akan memberikan begitu saja BBM kepada pihak swasta. Islam akan melarang segala macam peredaran yang merugikan masyarakat,  apalagi sampai menyebabkan penimbunan barang oleh swasta. Keberadaan negara inilah yang mampu memutuskan segala macam kezaliman di tengah-tengah masyarakat. 


Kebijakan dan keputusan negara Islam, tak dapat dipisahkannya dari penerapan Islam secara menyeluruh terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk peredaran BBM kepada pihak swasta. Islam akan memastikan tepenuhinya kebutuhan masyarakat secara menyeluruh. Sehingga, tak akan ada lagi masyarakat yang merasa resah dengan kondisi hari ini, seperti kelangkaan BBM berjenis apa pun.


Penerapan Islam pula menghadirkan para pemimpin yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.. Keimanan dan ketakwaan itulah yang menjadikan para pemimpin takut dalam melakukan berbagai macam kebijakan yang menciptakan kerugian maupun keresahan masyarakat. 


Sebab, pemimpin dalam Islam memahami bahwa kekuasaan merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt., sehingga keberadaannya sebagai pemimpin akan senantiasa disertakan dengan keimanan dan ketakwaan. Wallahu alam bissawab. [SJ]