Alt Title

Miris, Marak Tawuran di Awal Ajaran, PR Besar Orang Tua, Guru, juga Negara

Miris, Marak Tawuran di Awal Ajaran, PR Besar Orang Tua, Guru, juga Negara

Sesungguhnya penyebab utama dari tawuran dan dekadensi moral lainnya adalah sistem kapitalisme-sekuler. Sistem ini memisahkan agama atau Tuhan dari kehidupan

Implikasinya adalah lahir manusia-manusia kehilangan arah tujuan hidup, tidak memiliki jadi diri yang kokoh dan mudah terbawa arus yang salah. Termasuk para pelajar

__________________________


Penulis Verawati S,Pd.

Kontributor Media Kuntum Cahaya dan Pegiat Literasi



KUNTUMCAHAYA.com, OPINI - Setelah beberapa pekan sekolah libur akhir tahun ajaran. Pekan kedua dan ketiga Juli ini, para pelajar masuk kembali. Tentu sebelumnya para orang tua dan siswa sendiri sibuk menyiapkan berbagai keperluan. Mencari sekolah, daftar ulang, membeli seragam dan keperluan lainnya. Biasanya tak sedikit uang dikeluarkan para orang tua, sehingga banyak yang meminjam hingga menjual perhiasan dan lain sebagainya. Semua orang tua berharap anak-anaknya berjuang untuk meraih kesuksesan. Namun, harapan itu meleleh, tatkala mereka mendapati anaknya yang diharapkan melakukan tawuran di awal ajaran. Bahkan ada yang terjadi di hari pertama sekolah dan akhirnya mereka ditangkap polisi.


Dilansir media Beritasatu[dot]com (23/07/2023), Di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor sekitar 20 pelajar menangis di hadapan orang tua mereka. Para pelajar ini sebelumnya ditahan sebab hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Mirisnya rata-rata mereka baru kelas satu sekolah menengah atas (SMA) alias siswa baru di sekolah. Wawan Gunawan salah satu dari orang tua merasa syok atas kejadian ini dan berharap tidak terulang lagi.


Miris, marak tawuran di kota-kota besar juga  di daerah terjadi pada awal tahun ajaran. Pertanyaannya, apa hasil dari pendidikan selama ini? Kenapa bisa terjadi bahkan marak dan berulang? Belum problem lainnya seperti narkoba, pergaulan bebas, aborsi, hamil di luar nikah kian hari kian banyak. Artinya, problem anak pelajar ini bukan sederhana dan kecil. Seperti gunung es yang mungkin terlihat kecil tapi masalah sesungguhnya begitu besar dan banyak. Terutama bahaya yang dihadapi. 


Faktor-Faktor Penyebab Pelajar Tawuran


Kalau dipelajari sesungguhnya penyebab pelajar tawuran bukan semata-mata dari faktor mereka sendiri. Bisa diidentifikasi menjadi dua yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal seperti krisis identitas, lemahnya pengendalian emosi dan juga eksistensi diri. Sedangkan faktor eksternal seperti kurangnya kasih sayang dari orang tua, ajakan teman dan sering melihat tontonan kekerasan serta lingkungan dan negara yang abai.


Namun, faktor-faktor di atas bukanlah penyebab utama dari pelajar tawuran atau pun melakukan kerusakan (dekadensi moral) lainnya. Sebab pelakunya bukan satu dua dan kejadiannya terus berulang. Kedua, sudah banyak solusi yang dilakukan seperti adanya pembinaan oleh guru agama atau guru BP di sekolah, penyuluhan dari berbagai pihak yang terkait. Tetapi semuanya tidak mampu menuntaskan. Justru kian hari terus bertambah. 


Sesungguhnya penyebab utama dari tawuran dan dekadensi moral lainnya adalah sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini memisahkan agama atau tuhan dari kehidupan. Implikasinya adalah lahir manusia-manusia kehilangan arah tujuan hidup, tidak memiliki jadi diri yang kokoh dan mudah terbawa arus yang salah. Termasuk para pelajar. Sistem ini menjadikan pendidikan hanya sekedar untuk meraih nilai dan ijazah untuk kerja,  jauh dari pemahaman agama dan tujuan pendidikan itu sendiri. Yaitu untuk menghilangkan kebodohan dan memuliakan manusia.


Sudahlah benteng pertahanan dari dalam lemah. Ditambah gencarnya serangan Barat. Barat dan negeri lainnya tengah melakukan penjajahan budaya dan pemikiran. Sehingga generasi di negeri ini hanya menjadi bebek dan menjadi tong sampah peradaban Barat. Melalui food, fashion, film dan fun.


Sistem ini pun memaksa keluarga terutama ibu untuk keluar dari rumah untuk menopang ekonomi keluarga. Sehingga anak kurang perhatian dan kasih sayang. Mereka lebih betah di luar dan berteman dengan hp. Jadilah manusia-manusia yang individualis dan hedonis.


Negara dalam sistem kapitalis menganut kebebasan jadi tidak menjamin tayangan yang beredar aman untuk masyarakat terutama anak-anak pelajar. Situs-situs pornografi, judi online, game online sangat mudah diakses dan jumlahnya sangat banyak. Sedangkan negara justru berlepas tangan.


Negara pun tidak bisa banyak memberikan solusi ekonomi. Negara dalam sistem kapitalis dimiskinkan. Justru yang kaya adalah para pemilik modal. Negara hanya mendapatkan pajak dan kekurangannya dengan berutang. Sebab sumberdaya alam negara telah diserahkan kepada pihak pemilik modal. Sehingga negara tidak sanggup memberikan fasilitas dan pelayanan publik termasuk pendidikan yang berkualitas.


Begitulah sistem kapitalisme-sekuler. Menjadikan anak-anak tumbuh besar bukannya menjadi anak yang berguna, melainkan menjadi monster yang menyusahkan. Hingga ada yang memutuskan untuk childfree, tidak punya anak.


Berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam, memiliki pilar-pilar yang kuat. Pertama, ketakwaan individu. Ketakwaan individu ini oleh orang tua terutama, dengan memberikan bimbingan untuk ketaatan kepada Allah dan hukum syarak. Dengan bimbingan yang penuh kasih sayang sehingga mereka merasa ringan untuk melaksanakannya. Hasilnya anak akan memiliki akhlak mulia dan jauh dari berbuat maksiat, anarki dan lain sebagainya


Kedua, kontrol masyarakat. Dalam sistem Islam, masyarakat akan hadir memberikan kontrol pada siapapun termasuk kepada negara sekali pun. Terlebih kepada para pelajar, mereka akan diingatkan untuk tidak berbuat maksiat. Sebab, masyarakat sadar jika keburukan dibiarkan efek yang ditimbulkan akan dirasakan bersama. Sehingga mereka berpikir daripada mengobati lebih baik mencegah.


Ketiga adalah negara. Negara akan hadir sebagai pengurus urusan umat. Dalam hal membangun generasi yang berkualitas negara menyiapkan sistem pendidikan berbasis akidah, mengedepankan sains dan teknologi serta menyiapkan pendidikan yang mencetak para pemimpin. Sekolah dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung dan terbaik. Semua biaya ditanggung negara. 


Selain itu, negara Islam memiliki syurthah atau polisi yang cukup. Sehingga keberadaannya membantu dalam mengamankan masyarakat. Di setiap sekolah pun disediakan qadhi hisbah (hakim) yang akan menyelesaikan perselisihan. Negara Islam bersikap tegas dalam menegakkan keadilan, pelaku kemaksiatan akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Termasuk  pelajar yang melanggar hukum.


Negara tidak memberikan izin pada situs-situs yang berbau porno dan merusak masyarakat. Sebaliknya negara akan memberikan tayangan yang mendidik dan mendekatkan kepada Allah Swt.. 


Demikianlah negara dalam sistem Islam, hadir untuk memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat. Menciptakan generasi khairu ummah yang membangun peradaban mulia. 


Sungguh PR berat hari ini tengah dirasakan oleh orang tua dan pihak sekolah yang turut mendidik generasi saat ini. Wallahualam bissawab. [GSM]